Sang Buddha Tidak Dapat Membantu Kita
Untuk Terlahir di Alam Surga
Ada seorang
Kepala Desa dari suatu desa datang untuk berbicara pada
Sang Buddha. Kepala desa tersebut berkata pada Sang Buddha bahwa di sana di
sebelah Barat terdapat kumpulan Brahmana yang memiliki tradisi yang aneh.
Di samping tradisi memikul air, mandi di air untuk
memurnikan diri mereka dan memuja api, ketika sanak keluarga mereka meninggal
dunia, mereka segera membawa jasad tubuh keluar dari rumah, dan merentangkan
jasad tersebut tinggi-tinggi di udara. Jasad tersebut dihadapkan ke langit dan
mereka meneriaki nama dari orang yang meninggal tersebut dan menunjukkan dia
jalan ke surga. Mereka percaya karena jasad tersebut menghadap langit, yang
meninggal dapat melihat langit, dan ketika mereka meneriaki rohnya, secara
otomatis, rohnya akan naik ke surga. Lalu kepala desa berkata mungkin Sang
Buddha (yang memiliki kekuatan supranormal) dapat membawa setiap orang yang
telah meninggal dunia untuk terlahir kembali di alam surga. (Ini adalah pertanyaan yang menarik
karena bahkan sampai pada era yang moderen ini, orang-orang tertentu masih
mempercayai Sang Buddha dapat membantu kita untuk terlahir kembali di alam
surga).
Sang Buddha kemudian menjawab dengan sebuah perumpamaan;
Sang Buddha : “Andaikan
seorang pria datang menuju ke tepi danau yang sangat dalam, dan memegang sebuah
batu besar yang berat di kedua tangannya, dan kemudian melemparnya ke tengah
danau. Sekarang, dikarenakan batunya mulai tenggelam ke dalam air, semua orang
ramai berdatangan dan berteriak pada batu tersebut, memuji batu itu, meminta (Berdoa) batu tersebut untuk mengapung di permukaan dan mengapung menuju tepian. Apakah
batunya dapat mengapung?”.
Kepala desa :” Itu tidak mungkin karena batunya berat, secara alamiah
akan tenggelam ke dalam air”.
Sang Buddha : “ Dengan cara yang sama, andaikan seseorang telah melakukan
banyak kejahatan, dia telah membunuh, mencuri, berasusila, berbohong dan
sebagainya. Ketika dia meninggal dunia (dan kamma buruknya menarik dia ke bawah),
orang ramai berdatangan dan meneriaki dia untuk pergi ke surga; mungkinkah ia
dapat pergi ke sana?”
Kepala desa : “Itu tidak mungkin karena ia telah banyak melakukan
kejahatan; sama kasusnya dengan batu tersebut, dia akan tenggelam menuju
kelahiran kembali yang buruk”.
Kemudian
Sang Buddha berkata :” Andaikan seseorang lainnya datang ke
tepian danau yang dalam. Dia mengambil secangkir minyak dan melemparkan
secangkir minyak itu ke tengah danau. Cangkirnya akan tenggelam tetapi
minyaknya, karena ringan, akan mengapung di permukaan. Dikarenakan minyaknya
mengapung di permukaan, orang berdatangan dan meneriaki minyaknya untuk
tenggalam ke dalam air. Mungkinkah minyak tersebut dapat tenggelam?”.
Kepala desa :” Itu tidak mungkin karena minyaknya ringan, dan secara
alami akan mengapung”.
Sang Buddha : “ Dengan cara yang sama, andaikan seseorang telah melakukan
banyak kebajikan, tidak pernah melukai makhluk hidup, dan ketika saatnya tiba
dia meninggal dunia. Jika banyak orang berdatangan dan berteriak, dan
mengutuknya pergi ke neraka, mungkinkah ia dapat pergi ke neraka? “
Kepala desa :” Itu
tidak mungkin karena dia adalah orang yang baik. Secara alamiah dia akan pergi
ke surga, diangkat oleh kamma baiknya sendiri”.
Dengan menjawab pertanyaan ini, kepala desa memahami apa
yang dimaksudkan Sang Buddha, yakni, Sang Buddha tak dapat menolong kita.
Apakah kita mengapung atau tenggelam, adalah tergantung pada kamma kita. Itulah
sebabnya mengapa ajaran Buddhis berbeda dengan ajaran lainnya, dengan kata lain
Sang Buddha tidak berkata bahwa dengan menjadi seorang Buddhis, anda dijaminkan
suatu tempat di surga. Tidak ada pilih kasih.
Apakah anda pergi ke surga atau tempat manapun,
tergantung pada kamma anda sendiri. Kita tidak dapat menyuap surga untuk membukakan
pintu bagi kita – ini adil.
Sumber :
-
Only We Can Help Ourselves -Bhikkhu Dhammavuddho
Maha Thera
-
Samyutta
Nikaya 42.6 : Paccha-bumika Sutta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar