Senin, Agustus 04, 2025

Siapakah Penemu Kertas

 

SIAPAKAH PENEMU KERTAS?

 

Coba bayangkan hidup di jaman sebelum adanya kertas, orang-orang menggunakan pelepah bambu, dan lontar, kulit binatang yang telah dikeringkan, maupun bebatuan untuk menulis sesuatu. Bagaimana tebalnya sebuah buku yang ditulis menggunakan pelepah bambu. Dengan adanya kertas yang digunakan sekarang, membuat kegiatan tulis menulis menjadi lebih mudah dan nyaman.

 

Tapi tahukah anda siapa yang menemukan pertama kali bahan kertas ini?

 

Penemunya ternyata bernama Ts’ai Lun, seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan yang kemudian diangkat menjadi sekretaris kerajaan pada masa Dinasti Han. Dengan jabatannya tersebut, pekerjaan Ts’ai Lun selalu berhubungan dengan urusan tulis menulis. Pada masa itu, umumnya warga Cina menggunakan pelepah bambu dan bahan sutra  untuk media tulis menulis. Buku bambu tersebut sangat berat, sehingga sulit dibawah ke mana-mana, sedangkan buku berbahan sutra harganya sangat mahal.

 

Inilah hal yang mendasari Ts’ai Lun untuk berupaya mencari alternatif bahan untuk media tulis menulis yang murah dan mudah dibawa ke mana-mana. Pada tahun 105 Masehi, Ts’ai Lun mempersembahkan contoh kertas kepada Kaisar Ho Ti (Catatan Tiongkok tentang penemuan Ts’ai Lun ini terdapat dalam penulisan sejarah resmi dinasti Han).

 

Penemuan Ts’ai Lun ini membuat perubahan radikal dan bersejarah dalam hal tulis menulis di negeri Cina. Penemuan ini segera berkembang dan tersebar ke Arab dan Eropa, hingga ke seluruh dunia. Penemuan penting yang menjadi sebuah warisan dunia yang sangat bermanfaat bagi kehidupan di dunia.

 

 

-oOo-

 

 

 

6 Fakta Unik Tentang Hujan

 

6 FAKTA UNIK TENTANG HUJAN

 

Tahukah Anda fakta unik seputar hujan?


Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.


Berikut ini adlaah 6 fakta seputar hujan yang harus Anda tahu:


1. Rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam

Air jatuh ke bumi dengan kecepatan yang rendah karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepat-an yang lebih rendah. Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tidak memiliki sifat gesekan. Jika hujan terjadi seperti gelembung air yang besar yang turun dari langit, maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan.


2. Ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter dan maksimum pada altituda 10.000 meter

Efek yang ditimbulkan oleh satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari ketinggian 15 cm.


3. Dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi

Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505x1012 ton.


4. Butiran air hujan berubah bentuk ratusan kali tiap detik

Kalau butiran air hujan itu dibekukan akan membentuk keping kristal yang indah, tidak seperti air biasa yang di bekukan di freezer/kulkas

5. Setelah hujan turun, tanah, ilalang, rerumputan akan mengeluarkan bau wangi yg khas, senyawa ini dinamakan "petrichor"

Petrichor ( berasal dari bahasa Yunani /latin petra berarti batu dan icor yang berarti cairan yang mengalir di pembuluh darah para dewa) adalah nama aroma hujan ke bumi kering. Istilah ini diciptakan pada tahun 1964 oleh dua peneliti Australia, Bear dan Thomas. Bau berasal dari minyak atsiri tanaman tertentu selama musim kering yang kemudian diserap oleh tanah liat dan batu berongga. Saat terjadi hujan, minyak atsiri dilepaskan ke udara bersama dengan yang senyawa geosmin laiinya sehingga menghasilkan aroma khas. Bear dan Thomas (1965) menunjukkan bahwa minyak "petrichor" menghambat perkecambahan biji dan awal pertumbuhan tanaman.

6. Dan fakta terakhir yang paling misterius dan mengejutkan ilmuan.

Hujan memiliki kemampuan untuk menghipnotis manusia untuk me-resonansi-kan ingatan masa lalu. Dan tanpa bisa mendapatkan bukti ilmiah, para ilmuan hanya bisa menyimpulkan “Di dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu”. Dan pada titik ini – para ilmuan meyakini bahwa - manusia biasanya mendapatkan inspirasi.

 

 

-oOo-

 

Minggu, Agustus 03, 2025

Menghadapi Ketakutan dengan Kesucian Batin

 

MENGHADAPI KETAKUTAN

DENGAN KESUCIAN BATIN

(Refleksi atas Bhayabherava Sutta, MN 4)

Oleh: Upa. Amaro Tanhadi

 

Pendahuluan

 

Dalam gelapnya malam hutan, bahkan suara ranting patah bisa menjadi teror. Ketika sendiri, jauh dari manusia, berbagai ketakutan muncul dalam batin. Namun dalam Bhayabherava Sutta, Sang Buddha menunjukkan bahwa ketakutan bukan di luar, melainkan berakar dari dalam. Ketenangan sejati datang bukan dari menghindari kegelapan, melainkan dari pemurnian batin.

 

1.    Kisah Sang Buddha dalam Keheningan Hutan

 

Dalam sutta ini, Sang Buddha menceritakan kepada para bhikkhu bagaimana ia dulu, sebelum tercerahkan, tinggal di tempat-tempat sunyi dan menakutkan: hutan, kuburan, gua, dan puncak gunung. Di sana, ia menghadapi berbagai ketakutan: suara binatang malam, kegelapan pekat, rasa sendirian yang menusuk.

 

Namun alih-alih lari, beliau melatih batinnya untuk menghadapi ketakutan itu secara langsung. Beliau merenung:

 

Siapa pun yang takut saat berdiri, akan tetap takut ketika duduk. Maka biarlah aku tetap pada posisiku hingga rasa takut itu berlalu.”

 

Ini adalah sikap batin yang teguh: tidak menyerah pada ketakutan, tidak melarikan diri, tetapi melatih batin untuk tetap tenang, sadar, dan bijaksana.

 

2.    Sumber Ketakutan Bukan di Luar

 

Sang Buddha menjelaskan bahwa:

 

·       Ketakutan lahir dari batin yang tidak bersih.

Seseorang yang menyimpan rasa bersalah, niat jahat, atau pikiran tidak bajik, akan mudah merasa takut, karena dalam dirinya sendiri ada ketegangan dan konflik.

 

·  Batin yang murni adalah tempat perlindungan sejati.

Jika seseorang telah memurnikan sila, tidak menyimpan niat buruk, dan mengembangkan meditasi dengan benar, maka batin menjadi teduh dan tak terguncang, bahkan di tempat yang paling menyeramkan.

 

3.    Ketenangan dari Kebajikan

 

Sutta ini juga menegaskan hubungan antara moralitas dan ketenangan. Batin tidak akan bisa diam bila:

·       Menyimpan kemarahan tersembunyi

·       Menyesali tindakan tidak bajik

·       Memelihara keinginan dan kebohongan

 

Namun jika seseorang hidup dalam sila (etika) yang murni, maka tidak ada lagi yang perlu ditakuti — bahkan saat sendiri di hutan, karena hati bersih adalah tempat paling aman di dunia.

 

4.    Praktik untuk Umat Awam

 

Meskipun tidak semua dari kita bermeditasi di hutan, kita semua menghadapi “hutan” kita sendiri:

·  Kecemasan terhadap masa depan

·  Ketakutan akan kehilangan

·  Rasa gelisah dan kesepian

 

Kita bisa melatih seperti Buddha:

·  Jangan lari dari ketakutan → hadapi dengan sadar

·  Jaga kemurnian sila → membangun ketenangan batin

·  Latih meditasi → membangun fondasi keberanian sejati

 

Penutup:

 

Keberanian Sejati Muncul dari Ketenangan

 

Buddha bukan hanya penakluk dunia luar, tetapi penakluk batin sendiri. Dalam Bhayabherava Sutta, kita belajar bahwa kekuatan sejati bukanlah fisik, melainkan ketenangan dalam keheningan, kejernihan dalam kegelapan.

 

“Dengan batin bersih dan terang, Sang Tathagata tidak gemetar di tempat yang bahkan para perampok pun takut mendekat.” (parafrase MN 4)

 

Semoga kita semua belajar menumbuhkan keberanian bukan dari menolak ketakutan, tetapi dari hati yang bersih dan batin yang damai.

 

Sādhu, sādhu, sādhu.