MEMAHAMI BATIN
Dalam praktik
meditasi, kita berlatih untuk mengembangkan penyadaran murni sehingga kita akan
senantiasa sadar. Berlatih dengan energi dan kesabaran, batin bisa menjadi
teguh. Kemudian, fenomena indra apapun yang kita alami, baik menyenangkan
ataupun tak menyenangkan, dan apa fenomena batin pun seperti reaksi kegembiraan
dan kekecewaan, kita akan misa melihatnya dengan jernih. Fenomena adalah satu
hal, dan batin adalah hal lainnya. Mereka adalah hal yang terpisah.
Ketika sesuatu
berkontak dengan batin dan kita menjadi senang karenanya, kita ingin
mengejarnya. Ketika sesuatu tidak menyenangkan, kita ingin lari darinya. Ini
bukanlah melihat batin, melainkan mengejar-ngejar fenomena. Fenomena adalah
fenomena, batin adalah batin. Kita harus memisahkan mereka dan mengenali apa
batin itu dan apa fenomena itu. Barulah kita bisa tenteram.
Ketika seseorang
berbicara kasar kepada kita dan kita marah, itu berarti kita terkelabui oleh
fenomena dan mengejar mereka, batin tertangkap oleh obyeknya dan mengikuti
suasana hatinya. Tolong pahami semua hal yang kita pahami di luar dan di dalam
batin ini hanyalah tipuan. Mereka tidaklah pasti atau nyata, dan ketika kita
mengejar mereka, kita kehilangan jalan kita. Buddha ingin kita bermeditasi dan
meliha kesejatian mereka, kesejatian dunia. Dunia adalah fenomena enam inda;
fenomena adalah dunia.
Jika kita tidak
memahami Dhamma, jika kita tidak mengetahui batin, dan tidak mengetahui
fenomena, maka batin dan obyek-obyeknya menjadi tercampur aduk. Kemudian kita
mengalamai derita dan merasa batin kita menderita. Kita merasa batin kita
berkelana, tak terkendali mengalami berbagai kondisi tidak bahagia, berubah
menjadi berbagai keadaan.
Sebenarnya bukan
itulah yang terjadi : Tidak ada banyak batin, melainkan banyak fenomena.
Namun jika kita
tidak sadar akan kita sendiri, kita tidak tahu batin kita, sehingga kita
mengikuti hal-hal ini. Orang bilang, "Batinku sedih", "Batinku
tidak bahagia", " Batinku kacau balau." Tapi sebenarnya tidak
demikian. Batin bukanlah apa-apa; namun kotoran batinlah yang begitu.
Orang-orang pikir
batin mereka tak nyaman atau tak bahagia, namun sesungguhnya batin adalah hal
yang paling nyaman dan bahagia. Ketika kita mengalami berbagai keadaan yang
tidak memuaskan , itu bukanlah batin.
Catat ini : ketika
nanti Anda sedang mengalami hal-hal ini, ingat “ Ajahn Chah bilang,’ Ini
bukanlah batin.’”
Kita berlatih
untuk menjangkau batin-batin yang “tua”. Batin orisinil ini tak terkondisi. Di
dalamnya tiada baik atau buruk, panjang atau pendek, hitam atau putih. Namun
kita tidak puas menetap dengan batin ini, karena kita tidak melihat dan
memahami segala sesuatu dengan jernih.
Dhamma berada
diluar kebiasaan batin yang biasa. Sebelum kita berlatih dengan baik, kita
mungkin mengelirukan yang salah sebagai benar dan yang benar sebagai salah.
Jadi, adalah penting untuk mendengarkan ajaran untuk mendapatkan pemahaman
Dhamma dan mampu mengenali Dhamma dalam batin kita sendiri. Kebodohan ada di
dalam batin. Kecerdasan ada dalam batin. Kegelapan dan khayalan berada dalam
batin. Pengetahuan dan Pencerahan berada dalam batin.
Ini seperti piring
kotor, atau lantai kotor, di rumah Anda yang dinodai dengan lemak dan kotoran.
Dengan sabun dan air untuk mencucinya, Anda bisa menyingkirkan kotorannya.
Ketika kotoran lenyap, Anda mendapatkan piring atau lantai yang bersih. Disini,
yang ternodai adalah batin. Ketika kita berlatih dengan benar, hal yang bersih
ditemukan, seperti halnya lantai kotor yang dibuat bersih. Ketika kotoran
disikat habis, maka kondisi bersihpun muncul. Hanya kotoranlah yang
menutupinya.
Batin dalam
keadaan alaminya, batin sejati, adalah sesuatu yagn stabil dan tak ternoda.
Batin terang dan bersih. Batin menjadi terselimuti dan terkotori karena batin
bertemu dengan obyek-obyek indra dan menjadi terpengaruh oleh obyek-obyek
tersebut lewat suka dan tidak suka. Ini bukan berarti batin secara alaminya
ternoda, namun batin hanya belum mantap dalam Dhamma, sehingga fenomena bisa
mencemarinya.
Sifat batin
orisinil tidaklah tergoyahkan. Batin orisinil itu hening. Kita tidak hening
karena kita bergejolak oleh obyek-obyek indra, dan kita berakhir sebagai budak
keadaan batin yang berubah-ubah. Jadi, praktik sesungguhnya berarti mencari
jalan pulang ke batin orisinil kita, batin yang “tua”.
Praktik menemukan
rumah lama kita, batin orisinil yang tak goyah dan tak berubah mengikuti
berbagai fenomena. Batin orisinil bersifat damai sempurna; itu adalah sesuatu
yang sudah di dalam kita.
Buku : Ini Pun Akan Berlalu – Ajahn Chah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar