KISAH WANIA YANG MEMAKAN
HABIS TELUR-TELUR DARI SEEKOR AYAM
Dhammapada XXI : 291
Suatu ketika hiduplah seorang wanita di suatu desa
dekat Savatthi. Ia mempunyai seekor ayam betina dalam rumahnya; setiap kali
ayam itu bertelur, ia memakannya. Ayam itu sangat terluka hatinya dan marah
serta bertekad membalas dendam kepada wanita tersebut, sehingga ayam itu
membuat suatu keinginan agar dilahirkan sebagai makhluk dengan posisi yang
dapat membunuh keturunan wanita itu. Keinginan ayam itu terpenuhi karena ia
terlahir kembali menjadi seekor kucing, dan si wanita terlahir kembali sebagai
seekor ayam betina di rumah yang sama. Kucing itu memakan habis telur-telur si
ayam. Dalam kehidupan mereka berikutnya, ayam betina menjadi seekor harimau dan
kucing menjadi seekor rusa. Harimau memakan rusa beserta keturunannya. Dengan
demikian, permusuhan berlangsung terus selama lima ratus kali kehidupan kedua
makhluk tersebut.
Pada masa kehidupan Sang Buddha, salah satu dari
mereka terlahir kembali sebagai seorang wanita dan yang satu lagi sebagai
raksasa wanita.
Dalam suatu kesempatan, wanita tersebut sedang kembali
dari rumah orang tuanya menuju rumahnya sendiri dekat Savatthi. Suaminya dan
anak laki-lakinya yang masih balita juga bersamanya. Ketika mereka sedang
beristirahat dekat dengan suatu kolam di tepi jalan, suaminya pergi untuk mandi
di kolam tersebut. Pada saat itu si wanita melihat raksasa wanita dan
mengenalinya sebagai musuh lamanya. Dengan membawa anaknya, ia melarikan diri
menjauhi raksasa wanita itu, menuju ke Vihara Jetavana dimana Sang Buddha sedang
membabarkan Dhamma. Ia meletakkan anaknya di kaki Sang Buddha.
Raksasa wanita yang mengejar wanita itu tiba di pintu
vihara, namun makhluk halus penjaga pintu gerbang vihara tidak mengizinkannya
untuk masuk. Ketika melihat hal itu Sang Buddha menyuruh Y.A. Ananda untuk
membawa masuk raksasa wanita ke hadapan Beliau. Ketika raksasa itu datang, Sang
Buddha menegur baik wanita maupun raksasa wanita, perihal rantai permusuhan
yang panjang di antara mereka.
Beliau mengatakan, "Jika kamu berdua tidak datang
kepada-Ku hari ini, permusuhanmu akan berlangsung tanpa akhir. Permusuhan tidak
dapat diredakan oleh permusuhan, permusuhan hanya dapat diredakan oleh cinta
kasih".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
291 berikut:
Barangsiapa menginginkan kebahagiaan
bagi dirinya sendiri
dengan menimbulkan penderitaan pada
orang lain,
maka ia tidak akan terbebas dari kebencian;
ia akan terjerat dalam kebencian.
Pada saat khotbah Dhamma berakhir, raksasa wanita
menyatakan berlindung dalam Tiga Permata, yaitu Buddha, Dhamma dan Sangha;
sedangkan wanita itu mencapai tingkat kesucian sotapatti.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar