KISAH SEORANG BHIKKHU
DARI NEGERI KAUM VAJJI
Dhammapada XXI: 302
Pada malam bulan purnama di bulan Kattika, penduduk
Vesali merayakan festival perbintangan (nakkhatta) secara besar-besaran.
Seluruh kota bersinar, dan ada banyak hiburan, dengan nyanyian, tarian, dan
lain-lain. Ketika itu ada seorang bhikkhu yang sedang melihat ke arah kota,
sambil berdiri sendiri di vihara. Bhikkhu itu merasa kesepian dan tidak puas
dengan keadaannya.
Perlahan, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Tidak
ada seorang pun yang keadaannya lebih buruk dariku".
Saat itu juga, makhluk halus penjaga hutan
menghampirinya dan berkata, "Makhluk-makhluk di alam neraka (niraya) iri
hari terhadap keadaan makhluk-makhluk di alam dewa; demikian pula orang-orang
iri hati dengan keadaan mereka yang hidup sendiri di dalam hutan".
Mendengar kata-kata ini, bhikkhu tersebut menyadari
kebenaran kata-kata itu dan ia menyesal bahwa ia telah berpikir sedemikian
sempit terhadap keadaan seorang bhikkhu.
Pagi-pagi buta pada keesokan harinya, bhikkhu tersebut
pergi menghadap Sang Buddha dan melaporkan kejadian itu. Dalam jawaban Beliau,
Sang Buddha menceritakan kepadanya tentang betapa sulitnya kehidupan semua
makhluk.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
302 berikut:
Sungguh sukar untuk menempuh kehidupan
tanpa rumah (Pabbajja);
sungguh sukar untuk bergembira dalam
menempuh kehidupan tanpa rumah. Kehidupan rumah tangga adalah sukar dan
menyakitkan.
Tinggal bersama mereka yang tidak sesuai
sungguh menyakitkan.
Hidup mengembara dalam proses tumimbal
lahir (Samsara) juga menyakitkan. Karena itu janganlah menjadi pengembara
(dalam samsara),
atau menjadi pengejar penderitaan.
Bhikkhu itu mencapai tingkat kesucian arahat, setelah
khotbah Dhamma berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar