MELEPASKAN
Upa. Amaro Tanhadi
Kita harus menyadari bahwa sudah menjadi sifat alamiah dari apapun di dunia
ini untuk timbul, berlangsung dan lenyap kembali, mengingkari fakta kebenaran
ini berarti menyiksa diri sendiri kedalam jurang ketidaktahuan dan penderitaan
yang berkepanjangan.
Ketika seseorang merasa kesakitan dan sudah tidak kuat lagi memikul beban
berat yang ada dipundaknya, maka jalan satu-satunya agar ia tidak menderita
adalah meletakkan dan melepaskan beban itu dari pundaknya.
Tapi pada umumnya masih sangat banyak orang yang tidak menyadari bahwa di
pundaknya terdapat beban berat yang selalu dipikulnya kesana-kemari, sehingga
ia juga tidak menyadari bahwa beban itu telah menyakiti dirinya sendiri dalam
bentuk ketidakpuasan, stres, kekecewaan, kesedihan, kemarahan dan lain
sebagainya.
Secara lahiriah, kebanyakan batin manusia sangat terikat dan berusaha
mati-matian untuk mempertahankan harta benda miliknya dengan anggapan bahwa semua
kepemilikan itu dapat memberikan kebahagiaan seumur hidupnya tanpa menyadari
bahwa semua kepemilikannya itu suatu saat akan mengalami perubahan, rusak dan
lenyap dengan berbagai cara.
Apapun yang kita cintai; ayah, ibu, anak, istri, saudara, dan kerabat
dekat, harta benda, ketenaran dan kedudukan, bahkan terhadap sesuatu yang kita
benci sekalipun, suatu saat, yaitu ketika kematian itu tiba , maka mau atau
tidak mau, rela atau tidak rela, semuanya itu pasti akan kita tinggalkan dan
berpisah dengan mereka.
Oleh karenanya, janganlah menggenggam erat-erat sesuatu apapun yang ada di
dunia ini, sehingga kita enggan bahkan tidak rela untuk melepaskannya. Terikat atau melekat kepada sesuatu yang bersifat tidak tetap/bisa berubah dan dapat mengalami kerusakan pastilah akan menimbulkan ketidakpuasan, kekecewaan dan kemarahan, sebaliknya, melepaskan sesuatu
dengan kesadaran, pengertian dan kebijaksanaan, akan memperoleh kepuasan dan
kebahagiaan di dunia ini selagi masih hidup dan kebahagiaan di alam kehidupan
setelah kematian.
"O, para bhikkhu,
Dhamma yang Aku ajarkan ibarat rakit yakni untuk
menyeberang,
dan bukan untuk digenggam (dilekati).
Para bhikkhu,
karena Dhamma yang Kuajarkan kepada kalian seperti
halnya sebuah rakit, engkau seharusnya meninggalkan (tidak melekat dengan) apa
yang baik,
apalagi yang tidak baik".
( MN.22 :
Alagaddupama Sutta )
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar