Meditasi Itu Bagaikan Sebatang Kayu
Meditasi itu bagaikan sebatang kayu. Pemahaman dan
penyelidikan (vipassana) di salah
satu ujung; ketenangan dan konsentrasi (samatha)
di ujung yang lain. Jikalau kita memungutnya, apakah hanya satu ujung yang
terbawa? Atau keduanya? Saat seseorang mengambil sebatang kayu, kedua ujungnya
terangkat bersama. Lalu, bagian mana yang vipassana, dan mana yang samatha?
Dimana batas persisnya?
Sesungguhnya: keduanya adalah pikiran. Bilamana
pikiran ini menjadi damai, awalnya kedamaian ini muncul dari ketenangan
samatha. Kita memusatkan dan menyatukan pikiran dalam kekhusukan meditatif
(samadhi). Akan tetapi, bilamana kedamaian dan ketenangan dari samadhi itu
berlalu, penderitaan bakal datang menggantikan. Mengapa demikian? Karena
kedamaian yang dihasilkan dari meditasi samatha saja itu masih berdasarkan
kemelekatan. Kemelekatan ini kemudian bisa justru menjadi penyebab penderitaan
lagi. Jadi, ketenangan bukan merupakan tujuan akhir.
Sang Buddha menyaksikan berdasarkan pengalamanNya sendiri
bahwa kedamaian pikiran seperti itu bukanlah yang pamungkas. Sebab-sebab
terdalam yang mendasari proses eksistensi (bhava) belumlah terpadamkan
(nirodha). Kondisi yang menyebabkan kelahiran kembali masih ada. Usaha
spiritualnya belum mencapai kesempurnaan. Mengapa? Karena: masih ada
penderitaan. Jadi berlandaskan ketenangan samatha itu beliau melanjutkan
kontemplasi, meng-investigasi dan menganalisa hakekat realitas terkondisi
hingga ia terbebas dari kemelekatan, bahkan kemelekatan terhadap ketenangan itu
sendiri.
Ketenangan ini masihlah merupakan bagian dari dunia
eksistensi yang terkondisi dan merupakan realitas-konvensional. Melekat pada
kedamaian ini adalah kemelekatan pada realitas-konvensional; selama kita
melekat, kita akan terjerumus dalam eksistensi dan kelahiran kembali. Jadi,
kalau cuma berhenti dan hanya menikmati ketenangan samatha saja masih akan
membawa kepada eksistensi berikutnya serta kelahiran kembali. Tatkala
kegelisahan dan gejolak pikiran mereda, seseorang melekat pada buah kedamaian
tersebut.
Petikan bacaan
pilihan dari :
Buku :
Unshakeable Peace (Damai Tak Tergoyahkan) – Ven. Ajahn Chah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar