KISAH DEVA
ANKURA
Dhammapada XXIV: 356 s/d 359
Sang Buddha
mengunjungi Alam Dewa Tavatimsa untuk membabarkan Abhidhamma kepada Dewa
Santusita, yang sebelumnya adalah ibu kandung Beliau. Selama masa itu, terdapat
dewa yang bernama Indaka di alam Dewa Tavatimsa. Indaka, dalam kehidupannya
yang lampau adalah seorang pria, yang telah mempersembahkan sedikit dana
makanan pada Anuruddha Thera. Karena perbuatan baik ini dilakukan kepada
seorang Thera dalam masa keberadaan ajaran Buddha, maka ia mendapat pahala
berlipat ganda. Kemudian, setelah kematian, ia dilahirkan kembali dalam Alam
Tavatimsa dan menikmati kemewahan alam dewa.
Pada saat itu,
terdapat dewa lain yang bernama Ankura di Alam Dewa Tavatimsa yang telah banyak
memberikan dana; jauh lebih banyak daripada apa yang telah Indaka berikan.
Tetapi dana itu dilakukan di luar masa keberadaan ajaran Buddha. Sehingga
meskipun dananya besar dan banyak, ia menikmati pahala kehidupan dewa dalam
ukuran yang lebih kecil daripada Indaka, yang telah mempersembahkan sangat sedikit
dana.
Ketika Sang Buddha
berada di Tavatimsa, Ankura bertanya kepada Beliau alasan ketidak-sesuaian
perolehan pahala itu.
Kepadanya Sang
Buddha menjawab, "O dewa! Ketika memberikan dana kamu seharusnya memilih
kepada siapa kamu memberi, karena perbuatan dana seperti halnya menanam bibit.
Bibit yang ditanam di tanah yang subur akan tumbuh menjadi pohon atau tanaman
yang kuat dan hebat, serta akan menghasilkan banyak buah; tetapi kamu telah
menebarkan bibitmu di tanah yang tandus, sehingga kamu memperoleh sangat
sedikit".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
356 sampai dengan 359 berikut ini:
Rumput liar merupakan bencana bagi sawah
dan ladang; nafsu indria merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang
dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari nafsu indria akan
menghasilkan pahala yang besar.
(356)
Rumput liar merupakan bencana bagi sawah
dan ladang; kebencian merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang
dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari kebencian akan menghasilkan
pahala yang besar.
(357)
Rumput liar merupakan bencana bagi sawah
dan ladang; ketidak-tahuan merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana
yang dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari ketidak-tahuan akan
menghasilkan pahala yang besar.
(358)
Rumput liar merupakan bencana bagi sawah
dan ladang; iri hati merupakan bencana bagi manusia. Karena itu, dana yang
dipersembahkan kepada mereka yang telah bebas dari iri hati akan menghasilkan
pahala yang besar.
(359)
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar