FENOMENA YANG TERKONDISI
Oleh : Amaro Tanhadi
Semua
fenomena di alam semesta ini merupakan keadaan relatif yang terkondisi dan
tidak bisa muncul dengan sendirinya tanpa kondisi-kondisi yang mendukungnya.
Sebagai
contoh : Kita amati sebuah lampu minyak. Api dalam lampu minyak menyala tergantung
pada minyak dan sumbu. Selama ada minyak dan sumbu, maka api dalam lampu minyak
bisa menyala.
Dengan
menganalisa dan merenungkan bahwa apapun fenomena yang ada di dunia ini adalah
terbentuk dari unsur-unsur yang saling kait-mengait atau saling bergantungan
itulah kita dapat memperoleh gambaran apapun yang terbentuk (terkondisi) dari ‘unsur-unsur
pembentuk’ (pengondisi), sesungguhnya tidak memiliki ‘Inti diri’. ‘ Inti
pembentuk’ atau ‘Roh’ didalamnya. (Sabbe
dhamma anatta).
Sampai
disini dapat kita lihat, bahwa Sang Buddha tidak pernah menutup-nutupi segala
sesuatu yang Beliau ketahui secara langsung melalui pengalamanNya sendiri ;
bahwa apapun di dunia ini ‘ Ada sebab musababnya’, bukan karena takdir/nasib,
tapi ada sebab-sebabnya.
Kalau
kita lihat sepintas, sepertinya Ajaran Buddha ini ruwet, rumit, dan mendetil
sekali, sehingga tidak sedikit umat Buddha sendiri merasa kesulitan, bosan, dan
malas untuk mempelajari Buddha Dhamma. Sehingga tidak sedikit pula yang
mengambil jalan pintas dengan mengatakan : “ yang penting adalah praktiknya”.
Dapat
kita bayangkan, bagaimana jika yang disebut ‘Praktik’ itu dijalankan secara
membabi-buta tanpa terlebih dahulu mengikuti petunjuk-petunjuk yang benar?,
tentu saja akan bersifat spekulatif, kemungkinan ‘nyasar/salah jalan’ jauh lebih besar daripada benarnya, dan tentu
saja bukan ‘jalan pintas’ itu dari tujuan Sang Buddha mengajarkan Dhamma ini.
Prinsip
Utama Ajaran Buddha tentang fenomena ini adalah seperti yang Beliau sabdakan
dan tercatat pada Samyutta Nikaya II.28 :
“ Dengan timbulnya ini, maka timbullah
itu,
dengan adanya ini, maka adalah itu,
dengan padamnya ini, maka padamlah
itu,
dengan tidak adanya ini, maka itupun
tidak ada.”
Karena
ketidakmampuan mereka untuk memahami sebab-musabab yang saling bergantungan
(Paticcasamuppada), maka orang terjerat seperti bola benang dan tidak dapat
melihat kebenaran, selalu diliputi penderitaan, terlahir dalam kondisi yang sedih
dan suram, dimana ada kebingungan dan penderitaan berkepanjangan. Dan mereka
tidak tahu bagaimana melepaskan diri mereka sendiri untuk keluar.” demikian
menurut Sang Buddha pada saat Beliau berbicara kepada Ananda.
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar