KISAH MAHAKAPPINA THERA
Dhammapada VI: 79
Mahakappina adalah raja dari Kukkutavati. Ia mempunyai
seorang permaisuri bernama Anoja. Ia juga memiliki seribu orang menteri yang
membantu kelangsungan pemerintahan.
Suatu hari raja bersama seribu orang menteri pergi ke
taman. Di sana mereka bertemu dengan beberapa pedagang dari Savatthi. Mendengar
tentang Buddha, Dhamma, dan Sangha dari para pedagang, raja dan
menteri-menterinya segera pergi ke Savatthi.
Pada hari itu, ketika Sang Buddha mengamati dunia
dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, Beliau melihat bahwa Mahakappina dan
para menterinya sedang dalam perjalanan menuju Savatthi. Beliau juga mengetahui
bahwa mereka dapat mencapai tingkat kesucian arahat.
Sang Buddha pergi ke suatu tempat yang jauhnya 120
yojana dari Savatthi untuk menemui mereka. Di bawah pohon Banyan di tepi sungai
Candabhaga, Sang Buddha menunggu mereka.
Raja Mahakappina dan para menterinya datang ke tempat
dimana Sang Buddha menunggu. Ketika mereka melihat Sang Buddha dengan enam
warna terpancar dari tubuhnya, mereka mendekati Sang Buddha dan menghormat
Beliau. Sang Buddha kemudian memberikan khotbah kepada mereka. Setelah mendengarkan
khotbah itu raja dan para menterinya mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Mereka memohon kepada Sang Buddha untuk diterima menjadi bhikkhu. Sang Buddha
melihat masa lalu (kehidupan lalu) mereka, dan mengetahui bahwa mereka sudah
pernah mempersembahkan jubah kuning pada kehidupan lampau.
Beliau lalu berkata kepada mereka "Ehi
bhikkhu", dan mereka semua menjadi bhikkhu.
Sementara itu, Permaisuri Anoja, mendengar tentang
kepergian raja ke Savatthi, memanggil istri dari seribu orang menterinya dan bersama-sama
mereka mengikuti jalan yang dilalui raja. Mereka juga sampai ke tempat dimana
Sang Buddha sebelumnya menemui Raja Kukkutavati. Mereka menemui Sang Buddha
yang memancarkan enam warna dan kemudian menghormat Beliau. Pada saat itu Sang
Buddha dengan kemampuan batin-Nya membuat raja dan para menterinya tidak dapat
dilihat, sehingga istri-istri mereka tidak dapat melihat mereka. Oleh karena
itu ratu bertanya dimana raja dan para menterinya berada. Sang Buddha berkata
kepada ratu dan rombongannya untuk menunggu beberapa saat dan menyatakan tak
lama lagi raja akan datang bersama para menterinya. Kemudian Sang Buddha
memberikan khotbah lain kepada mereka. Pada saat khotbah berakhir raja dan para
menterinya mencapai tingkat kesucian arahat. Ratu dan para istri menteri
mencapai tingkat kesucian sotapatti. Setelah itu ratu dan rombongannya melihat
bhikkhu yang baru saja ditahbiskan dan mengenali mereka bahwa mereka sebelumnya
adalah suaminya.
Wanita-wanita itu kemudian memohon ijin kepada Sang
Buddha untuk diterima menjadi bhikkhuni; mereka langsung pergi ke Savatthi. Di
sana mereka diterima menjadi bhikkhuni, dan tak lama kemudian mereka juga
mencapai tingkat kesucian arahat. Kemudian Sang Buddha kembali ke Vihara
Jetavana bersama seribu bhikkhu.
Di Vihara Jetavana, Mahakappina ketika beristirahat
sepanjang malam atau pada siang hari sering berkata "Oh, bahagia!"
(Aho Sukham). Para bhikkhu yang mendengarkan beliau mengucapkan kata-kata itu
beberapa kali dalam sehari, melaporkan hal tersebut kepada Sang Buddha.
Kepada mereka Sang Buddha menjawab "Anakku
Kappina telah merasakan bahagianya kehidupan dalam Dhamma dengan pikiran yang
tenang; ia mengucapkan kata-kata itu sebagai ungkapan kegembiraan yang
meluap-luap berkenaan dengan nibbana".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
79 berikut:
Ia yang mengenal Dhamma
akan hidup berbahagia dengan pikiran
yang tenang.
Orang bijaksana selalu bergembira dalam
ajaran
yang dibabarkan oleh para Ariya.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar