KISAH TAMBADATHIKA
Dhammapada VIII: 100
Tambadathika mengabdi kepada raja sebagai penjagal
para pencuri selama lima puluh lima tahun, dan ia baru saja pensiun dari
pekerjaannya. Suatu hari, setelah mempersiapkan bubur nasi di rumahnya, ia
pergi ke sungai untuk mandi. Ia mempersiapkan bubur nasi itu untuk dimakannya
setelah kembali dari sungai.
Pada waktu Tambadathika mengambil bubur nasi,
Sariputta Thera yang baru saja bangun dari meditasi Jhana Samapatti, berada di
muka pintu rumahnya.
Pada saat melihat Sariputta Thera, Tambadathika
berpikir, "Meskipun dalam hidupku saya telah menghukum mati para pencuri,
sekarang saya seharusnya mempersembahkan makanan ini kepada bhikkhu itu".
Kemudian ia mengundang Sariputta Thera untuk datang ke
rumahnya dan dengan hormat mempersembahkan bubur nasi tersebut.
Setelah bersantap Sariputta Thera mengajarkan Dhamma
kepadanya, tapi Tambadathika tidak dapat memperhatikan, sebab ia begitu gelisah
mengingat masa lalunya sebagai seorang penjagal. Ketika Sariputta Thera
mengetahui ini, ia memutuskan untuk menanyakan dengan bijaksana apakah ia
membunuh pencuri atas kehendaknya atau ia diperintahkan untuk melakukan hal
itu. Tambadathika menjawab bahwa ia diperintah raja untuk membunuh mereka dan
ia tidak berniat untuk membunuh.
Kemudian Sariputta Thera bertanya, "Jika
demikian, apakah kamu bersalah atau tidak?"
Tambadathika menyimpulkan bahwa ia tidak bertanggung
jawab atas perbuatan jahat tersebut, ia tidak bersalah.
Oleh karena itu ia menjadi tenang dan meminta kepada
Sariputta Thera untuk meneruskan penjelasannya. Dengan mendengarkan Dhamma
penuh perhatian, ia hampir mencapai tingkat kesucian sotapatti, ia hanya
mencapai anulomaññana. Setelah khotbah Dhamma berakhir, Tambadathika menyertai
perjalanan Sariputta Thera sampai jarak tertentu, dan kemudian ia pulang
kembali ke rumahnya.
Pada perjalanan pulang seekor sapi (sebenarnya setan
yang menyamar sebagai seekor sapi) menyeruduknya sehingga ia meninggal dunia.
Ketika Sang Buddha berada dalam pertemuan bhikkhu pada
sore hari, para bhikkhu memberitahu Beliau perihal kematian Tambadathika.
Ketika ditanyakan di mana Tambadathika dilahirkan kembali, Sang Buddha berkata
kepada mereka bahwa meskipun Tambadathika telah melakukan perbuatan jahat
sepanjang hidupnya, karena memahami Dhamma setelah mendengarnya dari Sariputta
Thera, ia telah mencapai anulomaññana sebelum meninggal dunia. Ia dilahirkan
kembali di alam sorga Tusita.
Para bhikkhu sangat heran bagaimana mungkin seseorang
yang melakukan perbuatan jahat seperti itu dapat memperoleh pahala demikian
besar setelah mendengarkan Dhamma hanya sekali.
Kepada mereka, Sang Buddha berkata, "Daripada
suatu penjelasan panjang yang tanpa makna, lebih baik satu kata yang mengandung
pengertian dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
100 berikut:
Daripada seribu kata yang tak berarti,
adalah lebih baik sepatah kata yang
bermanfaat,
yang dapat memberi kedamaian kepada
pendengarnya.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar