UNGKAPAN BUDDHIS DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
a. Namo Buddhaya
Bermakna ‘Hormat kepada Sang Buddha’. Istilah
ini digunakan oleh umat Buddha sebagai kata pembuka untuk memulai pembicaraan
ataupun dalam menulis surat.
Catatan :
pembacaan doa Buddhis dimulai dengan ‘Namo
Tassa Bhagavato Arahato Sammasāmbuddhassa’ dan diakhiri dengan ‘Sabbe Sattā
Bhavantu Sukhitattā’.
b. Mettacittena
Bermakna ‘Dengan pikiran cinta kasih’.
Digunakan sebagai kata penutup untuk mengakhiri suatu surat.
c. Anumodana
Bermakna ‘Berbahagia atas perbuatan baik yang
dilakukan oleh orang lain’. Ungkapan ini dipakai seseorang sebagai pernyataan
yang ditujukan kepada orang lain yang telah melakukan suatu perbuatan baik pada
dirinya, sebagai suatu ungkapan yang lebih bernilai daripada sekedar ucapan
‘terima kasih’ yang biasa disampaikan.
d. Sukhi Hontu
Bermakna ‘Semoga berbahagia’, disampaikan
untuk mendoakan kebahagiaan seseorang atau pihak lain yang dituju.
e. Sabbe Sankhara Anicca
Bermakna ‘Segala sesuatu yang tercipta tidak
kekal’, suatu ungkapan yang menyatakan bahwa di alam semesta ini tidak ada
sesuatu yang kekal abadi dan tidak berubah.
Umumnya dipergunakan sebagai ungkapan pada
saat seseorang meninggal dunia (yang merupakan suatu kondisi perubahan
perpindahan dari alam ini ke alam lain sesuai dengan kamma masing-masing).
Umat Buddha dapat
pula menyampaikan ungkapan : “Semoga almarhum/ almarhumah memperoleh
kebahagiaan tertinggi” pada saat berdoa di depan jenazah atau dituliskan pada
sampul/kartu tanda simpati.
Sumber :
BUKU PANDUAN KURSUS DASAR AGAMA BUDDHA
Diterbitkan oleh Pengurus Pusat Majelis
Agama Buddha Theravada Indonesia, Jl. Agung Permai XV/12 Blok C Sunter Agung
Podomoro- Jakarta Utara 14350, Edisi Pertama, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar