11.
UPEKKHA
Keseimbangan
Batin
Upekkha adalah keseimbangan batin atau
berpikiran setara kepada semua makhluk. Dalam Abhidhamma, upekkha disebut sebagai tatramajjhattata cetasika.
Upekkha tidaklah seperti cinta kasih, karena
tidak ada cinta didalamnya; bukan pula kegembiraan simpatik karena tidak ada
kegembiraan didalamnya; juga bukan kebencian karena tidak ada kebencian dan
dengki didalamnya. Upekkha berada
pada suatu kenyataan bahwa kamma
membawa akibat baik dan buruk, bergantung pada perbuatan baik atau buruk. Tema
pokok upekkha adalah kammassaka; setiap makhluk mewarisi kamma-nya sendiri.
Sekarang ini
kita sering memakai istilah upekkha
untuk menyikapi anak-anak dan murid-murid yang nakal. Maksudnya, orang tidak
peduli dengan kesejahteraan anak atau muridnya, apakah mereka berkelakuan baik
atau buruk. Ini termasuk meninggalkan kewajiban. Dalam hal upekkha, pihak-pihak yang berkenaan dengan dirinya disikapi dengan
pikiran yang tidak berat sebelah, bebas dari ekstrem cinta dan benci. Upekkha dapat muncul dalam pikiran orang
biasa, tetapi jhana-upekkha hanya
bisa dicapai setelah menguasai tiga pelopor, yaitu : metta, karuna, dan mudita.
Empat Kediaman Luhur (Brahmavihara)
Metta (Cinta kasih), Karuna (Belas kasihan), Mudita
(Kegempiraan simpatik), dan Upekkha
(Keseimbangan batin) secara bersama disebut Empat Brahmavihara, yaitu empat keadaan pikiran yang luhur (brahma=luhur, vihara=kediaman). Dengan kata lain "tinggal dengan memancarkan
pikiran cinta kasih, atau belas kasihan, atau kegembiraan simpatik, atau
keseimbangan batin kepada semua makhluk adalah kehidupan yang luhur."
Menjalani
hidup dengan sifat-sifat tersebut membuat hidup tidak gersang karena panas
kebencian, iri hati, dan kedengkian. Ini adalah suatu. Kehidupan yang
diselimuti oleh sejuknya brahmavihara.
Mengembangkan Metta
Penuhilah
pikiran Anda terus-menerus dengan metta,
dengan begitu Anda akan sungguh-sungguh mengembangkan metta kepada semua makhluk. Dengan kata lain metta harus dikembangkan agar pikiran menjadi terpenuhi dengan
cinta kasih.
Memancarkan Metta.
Ketika Anda
memancarkan metta secara langsung
kepada seseorang, sementara. Anda memusatkan pikiran kepada orang tersebut dan
berharap :" Semoga dia berbahagia.", metta Anda akan terhubung dengan orang yang menerima metta. Ini terjadi karena seakan metta Anda telah menjangkau pikiran
orang itu. Ketika Anda memancarkan metta kepada
seseorang, dewasa ini orang bilang "Anda mengirimkan metta kepada seseorang."
Bagaimana mengirimkan Metta
Untuk
mengirimkan metta, uncarkan kalimat
pali berikut :
"Sabbe
satta avera hontu, abhayapajja hontu, anigha hontu, sukhi attanang
pariharantu.",
artinya
adalah :
1). Semoga
semua makhluk bebas dari marabahaya.
2). Semoga
semua makhluk bebas dari penderitaan batin
3). Semoga
semua makhluk bebas dari penderitaan jasmani
4). Semoga
semua makhluk menjaga diri dengan bahagia.
Cara efektif mengirimkan Metta
Hanya ketika
Anda sungguh-sungguh mengharapkan kesejahteraan orang lain atau makhluk hidup
lain, kita dapat katakan bahwa metta telah
terpancarkan dengan baik. Jika Anda hanya mengatakan "Avera hontu..dst, mencoba menghafal namun pikiran berkeliaran
kemana-mana dan tanpa konsentrasi, Anda tidak. Mengirimkan metta secara efektif. Lebih baik memancarkan metta dengan ungkapan kita sendiri daripada dengan bahasa pali, jadi Anda harus menyebutkan nama
orang yang Anda tuju ketika Anda memancarkan metta kepada orang tsb.
Contohnya :
"Semoga Ibuku terbebas dari bahaya dan kesulitan; semoga Ibuku berbahagia
batin dan jasmani; semoga Ibuku sehat dan panjang usia."
Anda harus
mengulang kalimat tsb. dengan kesungguhan dan ketulusan yang besar. Demikian
pula ketika Anda memancarkan metta kepada
ayah, guru, dan lain-lain.
Untuk
memancarkan metta kepada semua
makhluk, Anda tinggal mengganti nama "Ibuku" dengan "Semua
makhluk."
Singkat
kata, Anda cukup menguncarkan :" Semoga Ibuku bebas dari bahaya dan
baik-baik saja," " Semoga ayahku...Semoga guruku..." Yang paling
hakiki dalam memancarkan metta adalah
memiliki minat dan kesungguhan yang kuat demi kesejahteraan, kedamaian, dan
kemajuan semua makhluk.
Bagaimana Mengirimkan Karuna
Karuna cetasika adalah
belas kasihan kepada semua makhluk yang menderita karena kesengsaraan. Intinya
adalah mengharapkan dengan tulus untuk meringankan mereka dari kesengsaraan.
Untuk menyebarkan karuna, kita
menguncarkan kalimat Pali : “ Dukkha muccantu” yang berarti “ Semoga
mereka terbebas dari penderitaan”. Karuna
sejati adalah pengharapan kuat agar makhluk lain terbebas dari penderitaan
dan mendapatkan kebahagiaan. Pengharapan “ Semoga dia cepat meninggal” agar dia
cepat terbebas dari penderitaan bukanlah karuna,
melainkan byapada-duccarita
(perbuatan jahat melalui pikiran).
Karuna sejati berarti sikap luhur belas
kasihan kepada orang atau makhluk yag menderita. Hanya dengan mengucapkan “Dukkha muccantu” tanpa dilandasi dengan
aksi nyata bukan merupakan karuna
sejati.
Bagaimana mengirimkan Mudita
Mudita adalah bersimpati, turut bergembira
terhadap kesuksesan, kemakmuran, dan prestasi yang diraih orang lain. Ini
adalah pengharapan tulus agar orang lain terus menikmati kekayaan, kedudukan,
kemajuan, kebahagiaan, ketenaran, dan sebagainya. Untuk mengirimkan mudita, seseorang harus menguncarkan “ Yathaladdhasampattito ma vigacchantu”, yang
berarti “ Semoga mereka tidak kehilangan keberhasilan atau kebahagiaan yang
telah mereka raih “ serta memancarkan kegembiraan simpatik ketika Anda
menyaksikan kesejahteraan seseorang. Sekadar mengucapkan kalimat Pali tersebut tanpa dilandasi dengan
ketulusan dan kesungguhan bukan merupakan mudita
sejati.
Bagaimana memancarkan Upekkha
Upekkha adalah keseimbangan batin, memandang
dengan benar dan tidak memihak. Memancarkan upekkha
adalah untuk merenungkan: “ Setiap orang mewarisi kamma masing-masing; apa pun yang terjadi baik atau buruk adalah
karena kamma mereka sendiri.”
Dengan kata
lain, kita merenungkan :” Meskipun saya memancarkan metta demi kebahagiannya, dia hanya akan berbahagia jika memiliki kamma baik; meskipun saya menaruh belas
kasihan kepadanya, dia hanya akan terbebas dari penderitaan jika memiliki kamma baik; meskipun saya berbahagia
dengan kemakmurannya dan tidak menginginkan kehilangan kebahagiaannya, dia
hanya akan bisa menjaga kesejahteraan dan hidupnya jika memiliki kamma baik. Maka dari itu, saya tidak
seharusnya merasa khawatir dengan keadaannya; dia memiliki kamma sebagai hartanya sendiri.”
Catatan tentang Brahmavihara
Empat
Kediaman Luhur pikiran ini memiliki pancaran yang berbeda-beda. Metta
memancarkan cinta kasih dan kasih sayang kepada semua makhluk. Karuna
memancarkan belas kasihan kepada semua makhluk yang menderita. Mudita
akan mengambil kebahagiaan makhluk sebagai objeknya dan memancarkan kegembiraan
simpatik. Upekkha memandang semua makhluk sebagai pewaris kamma masing-masing dan memancarkan
keseimbangan kepada mereka.
Perlu
dicatat bahwa seseorang tidak bisa memancarkan keempat brahmavihara secara bersamaan kepada semua makhluk atau orang
tertentu. Jika Anda ingin memancarkan gelombang pikiran metta dengan efektif, Anda harus menguncarkan keempat baris Pali diatas “
Avera hontu..pariharantu” atau sesuai dengan bahasa kita sendiri
dengan penuh konsentrasi.
Sama halnya
jika Anda ingin memancarkan karuna
terhadap penderitaan makhluk lain, dalam bahasa Pali atau bahasa kita sendiri. Jika kita mengucapkan kalimat
tersebut tanpa dilandasi dengan pengertian artinya atau tanpa niat tulus, usaha
Anda tidak efektif. Kegiatan ritual asal-asalan banyak dijumpai di kalangan
umat Buddha dewasa ini. Oleh karena itu orang yang yakin dan taat kepada Tiga
Permata (Tiratana) mengemban
kewajiban untuk memberikan contoh yang baik untuk diteladani oleh generasi masa
depan.
Sumber
:
Abhidhamma
sehari-hari Bab III. hal 108-113 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar