5. ALOBHA
(Tidak
Serakah, Kedermawanan)
Tidak
berkeinginan secara berlebih adalah alobha, tidak melekat terhadap sesuatu, dan
merupakan lawan dari keserakahan atau menginginkan sesuatu secara berlebihan.
Lobha dan alobha seperti halnya api dan air. Sementara lobha menginginkan
sesuatu, alobha tidak menginginkan sesuatu samasekali karena merupakan sifat
dari ketidaktamakan, kemurahan hati, kedermawanan, Dalam kehidupan sehari-hari
pun kita bisa mengamati dua sikap yang berlawanan ini, yaitu dalam seseorang
yang tamak dan seorang yang merasa berkecukupan.
Bhikkhu Serakah
Seorang
bhikkhu tamak selalu mengejar derma dan derma. Ia pun memberikan ceramah yang
mengandung bujukan demi mendapatkan derma semata. Ketika mendapatkan apa yang
diinginkan, dia sangat melekat dan tidak berpikir untuk menyalurkannya sebagai
derma. Bahkan dia menjadi sombong dan berpikir tinggi dengan perolehannya,
tetapi dia tidak tahu bahwa sebenarnya dia merendahkan dirinya sendiri dengan
bersikap manis dan sopan di hadapan para dermawan potensial.
Orang Serakah
Seseorang
yang serakah tidak jauh berbeda dengan bhikkhu yang serakah. Dia mencari harta
benda dengan satu dan laincara karena pikirannya dikuasai oleh keserakahan, Dia
tidak merasa puas atas apa yang telah
didapatkannya. Karena serakah, dia selalu mengejar dan menimbun lebih banyak
lagi kekayaan. Dia akan berpikir :” Ini milikku, itu milikku. Kupunya ini.
kupunya itu.” Ketika dia meninggal , ia akan terlahir kembali di alam hantu
kelaparan (peta). Keserakahannya akan mendorong dia jatuh ke apaya, alam
rendah. Itulah buruknya keserakahan.
Bhikkhu yang Tidak Serakah
Seorang
bhikkhu yang tidak serakah tidak akan melekat dengan perolehan materi. Ketika
dia mendapatkan persembahan, dia tidak akan merasa somong karena dia mengerti
bahwa persembahan merupakan niat baik para umat dan penyantun. Jangankan
seorang bhikkhu, bahkan orang awam pun akan merasa malu melekat pada makana dan
derma. Seorang yang bermoral tinggi tidak akan serakah, malah sebaliknya dia
akan pemurah dan berhati lembut. Seperti itulah, seorang bhikkhu yang tidak
serakah tidak akan mengutamakan materi.
Orang yang Tidak Serakah
Di antara
sekian banyak orang, seseorang yang tidak serakah mencari penghidupan dengan
cara-cara yang benar dan sah saja. Dia mempraktikkan penghidupan benar. Dia
menjauhkan diri dari kesenangan indrawi. Dia mempunyai belas kasihan dan
bermurah hati kepada orang miskin. Dalam memberikan dana makanan dia tidak
pernah ragu. Niat baik semacam itu dalam istilah pali disebut muttacagi, yang
berati memberikan secara rela tanpa ragu. Orang seperti itu bahkan bisa
melepaskan tahta, harta, dan kuasa untuk menjadi petapa dengan pikiran yang
puas, tinggal dalam gubuk hutan.
nda akan
melihat perbedaan antara orang serakah dengan orang pemurah, seperti halnya dua
orang yang berlari berlawanan arah. Bagi mereka yang bertekad menjadi
Bodhisatta atau oang baik dengan parami, harus terlebih dahulu menganalisis
pikirannya : “ Apakah aku serakah atau pemurah?” Jika mereka termasuk serakah,
mereka harus mengubah pikirannya saat ini juga pada kehidupan ini. Jika
seseorang bisa menaksir dirinya sebagai pemurah, dia harus tetap melakukan
perbuatan baik karena dia sekarang memiliki suatu landasan yang sangat baik.
Jadi semua orang harus mengembangkan sati supaya menjadi orang yang tidak
serakah.
Sumber :
Abhidhamma
sehari-hari Bab III. hal 89-92 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar