3, 4. HIRI (Malu Berbuat Buruk) dan
OTTAPPA (Takut Akan Akibat Berbuat Buruk)
Hiri adalah hal
yang dijunjung oleh mereka yang menghargai martabat dan kehormatan mereka.
Sedangkan Ottappa adalah hal yang dijunjung oleh mereka yang menghormati
orang tua, guru, teman, dan anggota keluarga lainnya. Penjelasan lebih lanjut
adalah sebagai berikut :
Ketika
seseorang beralasan : “ Saya berasal dari keluarga baik-baik, jadi tidak
seharusnya saya melakukan tindakan yang tidak terpuji, tidak pantas bagi saya
berpenghidupan sebagai nelayan atau pemburu binatang.” Demikian, dia merasa
malu untuk melakukan penghidupan yang tidak benar dan dia selalu mengembangkan
kehormatan keluarga atau marganya.
Seseorang
yang terpelajar juga berpendapat “ Kita adalah orang terpelajar, kita
seharusnya merasa malu melakukan tindakan tidak baik. Kita seharusnya
menghindarkan diri dari pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.”
Para orang
tua juga beralasan :” Kita sudah tua, dan sepantasnya bersikap dewasa serta
bijaksana. Jika kita berbuat buruk, kita akan jatuh ke situasi yang memalukan.”
Ketiga
contoh tersebut menunjukkan peranan penting hiri, suatu faktor mental positif,
yang ada pada orang yang menghargai martabat dan kehormatan.
Mereka yang
memikirkan orang lain juga akan berpikir : “ Jika saya melakukan kejahatan,
keluarga, teman, kerabat, guru akan disalahkan karena perbuatan saya. Oleh
karena itu saya tidak akan melakukan kejahatan apa pun. Saya akan menghindari
kejahatan.” Ini merupakan contoh yang baik untuk Ottappa. Jadi seseorang bisa memiliki hiri dan ottappa dengan
mencoba memikirkan orang lain dengan dasar simpati dan memegang kehormatan dan
martabat kenalan dekatnya. Namun jika Anda tidak memiliki pertimbangan simpati
terhadap keluarga, guru, dan lain-lain. Anda kekurangan hiri dan ottappa, dan
akibatnya akan melakukan banyak perbuatan buruk dalam hidup Anda.
Hiri dan Ottappa melindungi Anda dari perbuatan amoral, mencegah anak
berbuat tak pantas kepada ibunya, atau mencegah saudara laki-laki berbuat
asusila terhadap saudara perempuannya. Keduanya dijuluki sebagai penjaga dunia-Lokapala Dhamma: hiri dan ottappa
melindungi Anda dari perbuatan amoral. Jadu keduanya adalah murni dan postif,
yang disebut juga dengan “Sukka Dhamma”.
Kedua Dhamma tersebut menjaga manusia
agar selalu dalam disiplin moral dan pengendalian moral yang membedakan manusia
dengan binatang.
Tanpa adanya
hiri dan ottappa, manusia akan tenggelam dalam kejahatan, dan tak ada
bedanya dengan binatang. Dewasa ini malah banyak orang yang kurang punya hiri dan ottappa, sebagai contoh dari cara berpakaian, cara makan, dan
kelakuan yang kurang senonoh. Jika hal ini dibiarkan berkembang, dunia segera
berakhir dalam keruntuhan.
Hiri dan Ottappa
Palsu
Meskipun hiri dan ottappa adalah faktor mental positif (kusala cetasika), ada juga hiri
dan ottappa yang palsu. Malu dan
takut melakukan kejahatan, pantang melakukan perbuatan salah (duccarita) adalah karena hiri dan ottapa sejati. Malu dan takut untuk menjalankan sila, mengunjungi pagoda dan vihara, mendengarkan uraian Dhamma, berbicara di depan umum, bekerja
kasar (tidak malu hidup tanpa pekerjaan dan mati kelaparan), atau malu dan
takut seorang pemuda untuk bertemu dengan seorang gadis, adalah contoh-contoh hiri dan ottappa palsu. Dalam kenyataannya mereka hanya berpura-pura dan
memelihara kesombongan yang tak berguna. Menurut abhidhamma semua contoh tersebut tergolong dalam tanha.
Empat Hal dimana Rasa Malu Harus
Disingkirkan
Dalam
berbagai buku disebutkan ada empat hal dimana rasa malu harus disingkirkan :
1. Dalam
melakukan perdagangan
2. Dalam
belajar dibawah bimbingan guru.
3. Dalam hal
makan
4. Dalam hal
cinta
Keempat hal
tersebut hanya untuk menegaskan bahwa seseorang harus mantap dalam melakukan
sesuatu yang bermanfaat.
Contoh lain
dari hiri dan ottappa adalah takut dengan pengadilan dan hukuman. Sungkan pergi
ke toilet semasa perjalanan, takut dengan anjing, takut dengan hantu, takut
dengan tempat yang belum dikenal, takut pada lawan jenis, takut pada saudara
dan orang tua, takut berbicara di hadapan para sesepuh, dan sebagainya, adalah
bukan hiri dan ottappa yang sebenarnya. Itu semua adalah semata-mata karena
kurangnya kepercayaan diri dan merupakan keadaan buruk (akusala) yang terdorong oleh domanassa
(Penderitaan batin).
Jalan Tengah
Penjelasan
diatas akan menjernihkan kenyataan bahwa hanya hiri dan ottappa sejatilah
yang harus dikembangkan. Tidak perlu merasa malu dan takut untuk melakukan
perbuatan yang bermanfaat, tetapi tidak berarti seseorang harus ceroboh dan
nekat dalam semua kasus. Kecerobohan akan membawa ketidakhormatan kepada orang
tua, kemarahan, kebencian, dan kesombongan. keberanian dan ketidaktakutan
berbuat kebaikan patut di puji, sedangkan kecerobohan dan ketidakhormatan
adalah hal yang tidak pantas.
Kenekatan,
ketidakhormatan, dan keberanian sia-sia adalah hal yang tidak diinginkan;
seseorang harus mantap dan tidak takut hanya dalam melakukan perbuatan baik.
Malu dan takut secara berlebihan juga tidak diinginkan. Ada jalan tengah yang
harus diikuti oleh semua orang. Seseorang semestinya merasa takut dalam
lingkungan di mana dia seyogianya merasa takut; seseorang harus takut dengan
perbuatan jahat.
Buddha
berkata ;” Abhayitabbe bhayanti,
bhayitabbe na bayare.”-Kebanyakan orang takut terhadap sesuatu yang tidak
perlu ditakuti dan tidak takut terhadap sesuatu yang seharusnya ditakuti.
Sumber
:
Abhidhamma
sehari-hari Bab III. hal 86-89 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar