12,13,14. SAMMAVACA, SAMMAKAMMANTA, SAMMA-AJIVA
Perkataan
Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar
Ketika kita
mempelajari tiga virati cetasika,
pertama-tama kita harus mempunyai pengetahuan tentang dasa-duccarita (sepuluh perbuatan buruk).
Sepuluh duccarita dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu yang berhubungan dengan mata pencaharian dan yang tidak.
Contohnya : membunuh karena merampok, membunuh seseorang karena ia dibayar
untuk melakukan pembunuhan, mencari penghasilan sebagai pemburu atau penangkap
ikan, dan sebagainya adalah perbuatan buruk yang berkaitan dengan mata
pencaharian. Mengambil nyawa karena dilandasi kebencian dan kemarahan adalah
perbuatan buruk (duccarita) yang
tidak terkait dengan mata pencaharian. Demikianlah, perbuatan buruk lainnya
juga dapat dikelompokkan menjadi dua bagian.
Tampil
sebagai saksi palsu di pengadilan, membela ketidakadilan, mencari nafkah dengan
membual, dan sebagainya adalah perbuatan buruk yang berkaitan dengan
penghidupan. Ucapan palsu, kekasaran mulut, membuat pernyataan palsu, dan
sebagainya, tanpa pengharapan untuk menerima apa pun adalah vaci-duccarita, yang tidak berkaitan
dengan pencaharian.
Penghindaran (Virati)
Penghindaran
diri dari kaya-duccarita (perbuatan
buruk melalui tubuh) dan vaci-duccarita
(perbuatan buruk melalui ucapoan disebut virati.
Jika Anda menghindar dari berkata tidak benar meskipun mempunyai kesempatan
untuk berbohong, Anda telah melaksanakan sammavaca-virati,
jika tidak berhubungan dengan mata pencaharian, tetapi jika berhubungan dengan
mata pencaharian disebut samma-ajiva-virati.
Menghindar
dari melakukan pembunuhan meskipun berkesempatan untuk melakukan pembunuhan
adalah sammakammanta-virati jika
tidak berhubungan dengan mata pencaharian, tetapi jika berhubungan dengan
pencaharian disebut samma-ajiva-virati.
Perbuatan Baik yang Tidak Tergolong Virati
Dalam
kehidupan masih ada perbuatan baik yang tidak tergolong dalam penghindaran yang
disebut diatas. Perbuatan itu adalah kusala
(perbuatan baik) yang tidak berkaitan dengan ketiga virati cetasika. Misalnya saja perkataan baik tanpa penghindaran
diri, menguncarkan ayat Pali sebagai
pengingat untuk menjalankan moralitas (sila)
seperti “
Panatipata veramani sikkhapadam sammadiyami” dapat disebut samma-vaca (perkataan benar). Perbuatan
tersebut membentuk cetana yang
bermanfaat. Memberikan derma makanan, menghormat Buddha, mendengarkan Dhamma, dan sebagainya, tanpa alasan
untuk penghindaran diri disebut sammakammanta
(perbuatan baik). Perbuatan baik sedemikian adalah cetana yang bermanfaat. Pekerjaan tradisional, seperti perdagangan
dan perniagaan, tanpa alasan untuk penghindaran diri disebut samma-ajiva (penghidupan benar). Selama
tidak ada alasan penghindaran diri, ucapan benar dan sebagainya tidak dapat
disebut sebagai virati cetasika,
tetapi kusala cetana.
Virati Dalam Tiga Perbuatan.
Ada tiga
aspek dari ketiga virati di atas.
Ketiga aspek tersebut adalah samadana-virati,
sampatta-virati, dan samuccheda-virati. Aspek pertama adalah samadana-virati, yaitu penghindaran diri
dengan menjalankan sila. Jika Anda
mempunyai kesempatan untuk membunuh seekor lembu, misalnya, tetapi Anda
mengurungkan niat karena Anda melaksanakan aturan moral (sila) untuk menghindarkan diri dari pembunuhan, Anda mendapatkan
kebaikan samadana-virati.
Suatu ketika
ada seorang awam, setelah bertekad menjalankan sila dari seorang bhikkhu,
dia pergi ke ladang untuk mencari lembunya yang hilang. Ketika menuruni sebuah
bukit seekor ular besar melilit kakinya.
Ketika dia
hampir saja membunuh ular itu dengan pedangnya, dia ingat bahwa dia telah
menyatakan untuk menjalankan sila kepada
gurunya, lalu dia mengurungkan niatnya dan tidak menyakiti ular itu. Karena
kekuatan sila-nya, ular itu
melepaskan lilitan dan membiarkan dia pergi. Ini adalah cerita samadana-virati, penghindaran diri dari
pembunuhan karena menjalankan sila.
Demikian, penghindaran diri pada saat atau setelah menjalankan sila, termasuk dalam samadana-virati (samadana = menjalankan sila,
virati = penghindaran).
Penghindaran
diri secara kebetulan digolongkan sebagai sampatta-virati.
Contohnya , pada zaman dahulu di Sri Lanka seorang awam bernama cakkana sedang
merawat ibunya yang sakit, tabib menyarankan bahwa penyakit ibunya hanya bisa
disembuhkan dengan daging kelinci. Jadi dia pergi untuk menangkap seekor
kelinci. Dia menangkap seekor kelinci kecil di sawah, dan ketika dia hendak
membunuh kelinci tersebut tiba-tiba dia merasa kasihan kepada binatang malang
itu, dia lalu melepaskannya. Sekembalinya ke rumah, dia menceritakan kejadian
tersebut kepada ibunya yang terbaring sakit dan mengujarkan tekad : “ Karena
saya mengetahui mana perbuatan baik dan
mana perbuatan salah, saya berniat tidak akan pernah mengambil nyawa makhluk
apa pun. “ Karena kemurnian dan kebulatan tekadnya, secara tiba-tiba ibunya
sembuh dari penyakit yang dideritanya. Dalam kejadian ini, dia belum
menjalankan sila apapun sebelumnya,
tetapi saat dia menangkap seekor kelinci, welas asihnya muncul seketika dan
membuat dia menghindar dari tindakan membunuh. Ini adalah contoh kasus sampatta-virati (sampatta = dari perbuatan buruk secara kebetulan, virati = penghindaran).
Penghindaran
yang berkaitan dengan magga-citta
(Kesadaran Jalan) disebut samuccheda-virati
(penghindaran dengan jalan memangkas habis kekotoran batin yang laten), karena
ketiga magga-citta dicapai,
penghindaran diri pada saat itu adalah untuk memangkas habis semua kekotoran
batin. (samuccheda=dengan jalan
memangkas habis kekotoran batin yang laten,
virati= penghindaran).
Dengan
demikian, setiap dasar virati-cetasika
lebih jauh dibagi menjadi tiga sub-bagian.
Kesimpulan
Demikian
akhir dari bab mengenai kusala cetasika,
faktor mental positif yang mempengaruhi pikiran kita. Akusala cetasika, faktor mental negatif yang mencemari pikiran
telah kita bahas dalam bab sebelumnya. Sekarang kita harus pertimbangkan
dalam-dalam, jenis cetasika mana,
baik atau buruk, yang paling sering muncul dalam pikiran kita.
Kita telah
mengetahui bahwa kusala cetasika
mempunyai sekutu buruk, seperti keyakinan semu, perhatian semu, malu semu,
takut semu, dan sebagainya, namun dalam akusala
cetasika, Anda tidak akan menjumpai sekutu baik akusala cetasika. Jadi Anda harus menyadari bahwa baik dan buruknya
keadaan pikiran berbaur satu dengan yang lain, bahkan pikiran buruk saja yang
kebanyakan muncul dalam pikiran kita.
Sekarang
Anda tahu bahwa pemikiran yang tidak sehat, faktor mental negatif, dan
perbuatan buruk adalah penyebab lamanya kita berada dalam samsara, siklus kelahiran dan kematian. Sebagai manusia yang
terberkahi dengan kecerdasan dan kebijaksanaan, jika Anda tetap membiarkan
kejahatan atau perbuatan buruk melebihi perbuatan baik, Anda tidak akan
mencapai Nibbana, kebahagiaan
tertinggi, tidak peduli seberapa sering Anda berdoa untuk itu.
Sumber :
Abhidhamma
sehari-hari Bab III. hal 113-118 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar