Minggu, Juni 09, 2013

5. Alobha (Tidak Serakah, Kedermawanan)

5. ALOBHA
(Tidak Serakah, Kedermawanan)

Tidak berkeinginan secara berlebih adalah alobha, tidak melekat terhadap sesuatu, dan merupakan lawan dari keserakahan atau menginginkan sesuatu secara berlebihan. Lobha dan alobha seperti halnya api dan air. Sementara lobha menginginkan sesuatu, alobha tidak menginginkan sesuatu samasekali karena merupakan sifat dari ketidaktamakan, kemurahan hati, kedermawanan, Dalam kehidupan sehari-hari pun kita bisa mengamati dua sikap yang berlawanan ini, yaitu dalam seseorang yang tamak dan seorang yang merasa berkecukupan.

Bhikkhu Serakah
Seorang bhikkhu tamak selalu mengejar derma dan derma. Ia pun memberikan ceramah yang mengandung bujukan demi mendapatkan derma semata. Ketika mendapatkan apa yang diinginkan, dia sangat melekat dan tidak berpikir untuk menyalurkannya sebagai derma. Bahkan dia menjadi sombong dan berpikir tinggi dengan perolehannya, tetapi dia tidak tahu bahwa sebenarnya dia merendahkan dirinya sendiri dengan bersikap manis dan sopan di hadapan para dermawan potensial.

Orang Serakah
Seseorang yang serakah tidak jauh berbeda dengan bhikkhu yang serakah. Dia mencari harta benda dengan satu dan laincara karena pikirannya dikuasai oleh keserakahan, Dia tidak merasa puas atas  apa yang telah didapatkannya. Karena serakah, dia selalu mengejar dan menimbun lebih banyak lagi kekayaan. Dia akan berpikir :” Ini milikku, itu milikku. Kupunya ini. kupunya itu.” Ketika dia meninggal , ia akan terlahir kembali di alam hantu kelaparan (peta). Keserakahannya akan mendorong dia jatuh ke apaya, alam rendah. Itulah buruknya keserakahan.

Bhikkhu yang Tidak Serakah
Seorang bhikkhu yang tidak serakah tidak akan melekat dengan perolehan materi. Ketika dia mendapatkan persembahan, dia tidak akan merasa somong karena dia mengerti bahwa persembahan merupakan niat baik para umat dan penyantun. Jangankan seorang bhikkhu, bahkan orang awam pun akan merasa malu melekat pada makana dan derma. Seorang yang bermoral tinggi tidak akan serakah, malah sebaliknya dia akan pemurah dan berhati lembut. Seperti itulah, seorang bhikkhu yang tidak serakah tidak akan mengutamakan materi.

Orang yang Tidak Serakah
Di antara sekian banyak orang, seseorang yang tidak serakah mencari penghidupan dengan cara-cara yang benar dan sah saja. Dia mempraktikkan penghidupan benar. Dia menjauhkan diri dari kesenangan indrawi. Dia mempunyai belas kasihan dan bermurah hati kepada orang miskin. Dalam memberikan dana makanan dia tidak pernah ragu. Niat baik semacam itu dalam istilah pali disebut muttacagi, yang berati memberikan secara rela tanpa ragu. Orang seperti itu bahkan bisa melepaskan tahta, harta, dan kuasa untuk menjadi petapa dengan pikiran yang puas, tinggal dalam gubuk hutan.

nda akan melihat perbedaan antara orang serakah dengan orang pemurah, seperti halnya dua orang yang berlari berlawanan arah. Bagi mereka yang bertekad menjadi Bodhisatta atau oang baik dengan parami, harus terlebih dahulu menganalisis pikirannya : “ Apakah aku serakah atau pemurah?” Jika mereka termasuk serakah, mereka harus mengubah pikirannya saat ini juga pada kehidupan ini. Jika seseorang bisa menaksir dirinya sebagai pemurah, dia harus tetap melakukan perbuatan baik karena dia sekarang memiliki suatu landasan yang sangat baik. Jadi semua orang harus mengembangkan sati supaya menjadi orang yang tidak serakah.

Sumber :

Abhidhamma sehari-hari Bab III. hal 89-92 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar