Selasa, Juni 04, 2013

2. Sati (Perhatian Murni)

2. SATI
(Perhatian Murni)

Mengetahui, mengamati, atau memperhatikan adalah definisi dari istilah perhatian murni yang dikenal sebagai sati. Ada berbagai bentuk sati. Misalnya saja, seseorang mengingat kembali perbuatan baik yang telah dilakukannya pada masa lampau; seseorang mendengarkan Dhamma dengan penuh perhatian agar bisa mengingatnya; saat bermeditasi, seseorang berkonsentrasi secara mendalam supaya tidak kehilangan obyek meditasi. Contoh-contoh tersebut merupakan sati.

Kadang-kadang Anda berharap bisa melakukan perbuatan baik besok atau masa yang akan datang. Anda berhati-hati dalam menjalankan aturan moral (sila) dan tidak berkeinginan melanggarnya. Anda berperhatian murni untuk menghindari munculnya keserakahan, kemarahan, kesombongan, dan kegelapan batin. Anda mengingat kembali nasihat guru-guru Anda. Perhatian yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat positif disebut sati (perhatian murni). Perhatian murni semacam ini juga disebut appamada, yang berarti tidak lengah, sadar, waspada. Oleh karenanya ketika seorang bhikkhu memberikan sila kepada umat awam, ia selalu mengingatkan mereka untuk menjalankan sila dengan tekun dan dengan perhatian murni. Setelah selesai berceramah, para bhikkhu mengingatkan kita dengan kalimat pali : ”Appamadena Sampadetha”, yang berarti ‘berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni’. Buddha juga mengajarkan kita : “ Satin ca khvaham bhikkhave sabbatthikam vadami,” yang berarti : “ O Bhikkhu, saya nyatakan bahwa perhatian murni sangatlah penting dalam setiap tindakan.” Sekalipun Ada kemungkinan orang memiliki saddha yang berlebihan, tetapi tidak pernah ada sati yang berlebihan. Ketika menjelang parinibbana, Buddha mengucapkan pesan terakhirnya : “ Appamadena Sampadheta.”

Ingatan Belaka Bukanlah Sati
Ketika seseorang teringat dengan keluarganya, ketika seseorang rindu dengan kekasihnya, ketika seseorang ingat akan janjinya, ketika seseorang mengenang pengalaman yang mengesankan, dan sebagainya, semua ingatan tersebut memiliki sifat tanha. Ketika seseorang ingat untuk belas dendam, ketika seseorang menyimpan rencana jahat dalam pikiran, ketika seseorang selalu berpikiran negatif, hal-hal tersebut timbul karena kebencian (dosa). Semua bentuk faktor mental tersebut bersama dengan kemelekatan atau kebencian tidak dapat dikelompokkan sebagai sati.

Contoh-contoh di atas adalah sanna, ingatan, pemikiran, atau vitakka (berpikir dengan maksud tertentu), jangan disalahartikan sebagai sati. Sifat dari sanna dan vitakka akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

Sumber :

Abhidhamma sehari-hari Bab III. hal 84-85 _ Oleh : Ashin Janakabhivamsa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar