KISAH KALA,PUTRA
ANATHAPINDIKA
Dhammapada XIII: 178
Kala, putra Anathapindika, selalu menghindar ketika
Sang Buddha dan para bhikkhu rombongannya datang berkunjung ke rumahnya.
Anathapindika khawatir jika putranya tetap bersikap seperti itu, ia akan terlahir
kembali di salah satu alam yang rendah (apaya). Ia membujuk putranya dengan
menjanjikannya sejumlah uang. Anathapindika berjanji untuk memberikan sejumlah
uang jika putranya berkenan pergi ke vihara dan berdiam di sana selama sehari
pada hari uposatha. Putranya pergi ke vihara dan pulang kembali pada esok
harinya, tanpa mendengarkan khotbah-khotbah. Ayahnya memberikan nasi kepadanya,
tetapi daripada mengambil makanannya, ia terlebih dahulu menuntut untuk di beri
uang.
Pada hari berikutnya, sang ayah berkata pada putranya,
"Putraku, jika kamu mempelajari sebait syair dari Sang Buddha, saya akan
memberimu sejumlah uang yang lebih banyak pada saat kau kembali".
Kemudian Kala pergi ke vihara dan mengatakan kepada
Sang Buddha bahwa ia ingin mempelajari sesuatu. Sang Buddha memberikannya
sebuah syair pendek untuk dihafal luar kepala; dalam waktu yang singkat Beliau
merasa bahwa si pemuda tidak mudah mengingatnya. Jadi si pemuda harus
mengulangi satu syair berulangkali. Karena ia harus mengulanginya berulang kali,
pada akhirnya ia mengerti penuh tentang Dhamma dan mencapai tingkat kesucian
sotapatti.
Pagi-pagi sekali pada hari berikutnya, ia mengikuti
Sang Buddha dan para bhikkhu menuju ke rumah orang tuanya.
Tetapi pada hari itu, ia dengan diam-diam berharap,
"Saya berharap ayahku tidak akan memberikan kepadaku sejumlah besar uang
pada saat kehadiran Sang Buddha nanti. Saya tidak berharap Sang Buddha
mengetahui bahwa saya berdiam di vihara hanya demi uang".
Ayahnya memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan
para bhikkhu, dan juga kepadanya. Kemudian, ayahnya membawa sejumlah besar
uang, dan menyuruh Kala untuk mengambil uang tersebut. Dengan terkejut Kala
menolak. Ayahnya memaksa Kala untuk menerima uang itu, tetapi Kala tetap
menolak.
Kemudian, Anathapindika berkata kepada Sang Buddha,
"Bhante, putra saya benar-benar berubah; sekarang ia berkelakuan sangat
menyenangkan".
Kemudian ia menceritakan kepada Sang Buddha bagaimana
ia membujuk putranya dengan uang agar putranya berkenan pergi ke vihara dan
berdiam di sana pada hari uposatha, serta untuk mempelajari beberapa syair
Dhamma.
Sang Buddha menjawab, "Ananthapindika! Hari ini,
putramu telah mencapai tingkat kesucian sotapatti, yang lebih baik daripada
kekayaan kerajaan duniawi atau alam para dewa maupun alam para brahma".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
178 berikut:
Ada yang lebih baik daripada kekuasaan
mutlak atas bumi,
daripada pergi ke surga,
atau daripada memerintah seluruh dunia,
yakni hasil kemuliaan dari seorang suci
yang telah memenangkan arus
(sotapatti-phala).
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar