KISAH CULASARI
Dhammapada XVIII: 244-245
Suatu hari, Culasari berjalan pulang dari mengunjungi
seorang pasien. Dalam perjalanan ia berjumpa Sariputta Thera dan bercerita bagaimana
ia merawat seorang pasien serta mendapatkan makanan enak untuk pelayanannya. Ia
juga meminta Sariputta Thera untuk menerima darinya sebagian dari makanan
tersebut. Sariputta Thera tidak mengatakan apapun kepadanya melainkan terus
melanjutkan perjalanannya. Sariputta Thera menolak menerima makanan dari
bhikkhu itu karena bhikkhu tersebut telah melanggar peraturan yang melarang
para bhikkhu membuka praktek pengobatan.
Bhikkhu-bhikkhu lain melaporkan hal ini kepada Sang
Buddha dan Beliau berkata kepada mereka, "Para bhikkhu! Seorang bhikkhu
yang tidak tahu malu itu buruk dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Ia
sombong seperti seekor gagak, ia menghidupi diri dengan cara yang melanggar
peraturan dan hidup dalam kenikmatan. Di sisi lain, kehidupan bagi seorang
bhikkhu yang memiliki malu tidaklah mudah".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
244 dan 245 berikut ini:
Hidup ini mudah bagi orang yang tidak
tahu malu,
yang suka menonjolkan diri seperti
seekor burung gagak,
suka memfitnah, tidak tahu sopan santun,
pongah,
dan menjalankan hidup kotor.
(244)
Hidup ini sukar bagi orang yang tahu
malu,
yang senantiasa mengejar kesucian, yang
bebas dari kemelekatan,
rendah hati, menjalankan hidup bersih
dan penuh perhatian.
(245)
Banyak orang pada saat itu mencapai tingkat kesucian
sotapatti, setelah khotbah Dhamma berakhir.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar