KISAH RAJA NAGA
ERAKAPATTA
Dhammapada XIV: 182
Ada seekor raja naga yang bernama Erakapatta. Dalam
salah satu kehidupannya yang lampau selama masa Buddha Kasapa ia telah menjadi
seorang bhikkhu untuk waktu yang lama. Karena gelisah (kukkucca) ia telah
melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil selama itu, dan ia terlahir sebagai
seekor naga. Sebagai seekor naga, ia menunggu munculnya seorang Buddha baru.
Erapkapatta memiliki seorang putri yang cantik, dan ia memanfaatkannya untuk
tujuan menemukan Sang Buddha. Ia membuat putrinya terkenal sehingga siapapun
yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sang putri berhak memperistrinya. Dua
kali dalam sebulan, Erakapatta membuat putrinya menari di udara terbuka dan
mengumandangkan pertanyaan-pertanyaannya. Banyak pelamar yang datang untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan berharap memilikinya, tetapi tak seorangpun
dapat memberikan jawaban yang benar.
Suatu hari, Sang Buddha melihat seorang pemuda yang
bernama Uttara dalam pandangan-Nya. Beliau juga mengetahui bahwa si pemuda akan
mencapai tingkat kesucian sotapatti, sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan oleh putri Erakapatta, sang naga. Pada saat itu si pemuda telah
siap dalam perjalanannya untuk bertemu dengan putri Erakapatta. Sang Buddha
menghentikannya dan mengajarinya bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Ketika sedang diberi pelajaran, Uttara mencapai tingkat kesucian
sotapatti. Sekarang di saat ia telah mencapai tingkat kesucian sotapatti, ia
tidak lagi memiliki keinginan terhadap putri Erakapatta. Bagaimanapun, Uttara
tetap pergi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk kebaikan bagi manyak
makhluk.
Keempat pertanyaan pertama adalah sebagai berikut:
1.
Siapakah penguasa?
2.
Apakah seseorang yang diliputi oleh kabut kekotoran
moral dapat disebut sebagai seorang penguasa?
3.
Penguasa apakah yang bebas dari kekotoran moral?
4.
Orang yang seperti apakah yang disebut tolol?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
1.
Ia yang mengontrol keenam indera adalah seorang
penguasa.
2.
Seseorang yang diliputi oleh kabut kekotoran moral
tidak dapat disebut seorang penguasa; ia yang bebas dari kemelekatan disebut
seorang penguasa.
3.
Penguasa yang bebas dari kemelekatan adalah yang bebas
dari kekotoran moral.
4.
Seseorang yang menginginkan kesenangan-kesenangan hawa
nafsu adalah yang disebut tolol.
Mendapat jawaban yang benar seperti di atas, putri
naga meneriakkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan arus hawa nafsu,
kehidupan berulang-ulang, pandangan-pandangan salah, dan kebodohan, dan
bagaimana mereka ditanggulanginya. Uttara menjawab pertanyaan-pertanyaan ini
seperti yang telah diajarkan oleh Sang Buddha.
Ketika Erakapatta mendengar jawaban-jawaban ini ia
tahu bahwa seorang Buddha telah muncul di dunia ini. Sehingga ia meminta kepada
Uttara untuk mengantarkannya menghadap Sang Buddha. Saat melihat Sang Buddha,
Erakapatta menceritakan kepada Sang Buddha bagaimana ia telah menjadi seorang
bhikkhu selama masa Buddha Kassapa, bagaimana ia tidak sengaja menyebabkan
sebilah pisau rumput patah ketika sedang melakukan perjalanan di atas perahu,
dan bagaimana ia sangat khawatir bahwa kesalahan kecil yang telah diperbuatnya
akan menggagalkan usaha pembebasan dirinya, akhirnya bagaimana ia terlahir
sebagai seekor naga.
Setelah mendengarnya, Sang Buddha mengatakan kepada
sang naga, betapa sulit untuk dilahirkan di alam manusia, dan untuk dilahirkan
pada saat munculnya para Buddha atau selama para Buddha mengajar.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
182 berikut:
Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan
sebagai manusia,
sungguh sulit kehidupan manusia,
sungguh sulit untuk dapat mendengarkan
Ajaran Benar,
begitu pula, sungguh sulit munculnya
seorang Buddha.
Khotbah di atas bermanfaat bagi banyak makhluk.
Erakapatta sebagai seekor hewan tidak dapat mencapai tingkat kesucian
sotapatti.
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar