KISAH ENAM BHIKKHU
Dhammapada XVII: 231-232-233-234
Enam bhikkhu dengan mengenakan sandal kayu, serta
masing-masing memegang tongkat pada kedua tangannya, berjalan mondar-mandir
pada sebuah batu yang besar, sehingga menimbulkan suara keras. Sang Buddha
mendengar suara ribut itu dan bertanya kepada Ananda Thera, apa yang terjadi.
Ananda Thera menjelaskan perihal perilaku enam bhikkhu tersebut. Kemudian Sang
Buddha melarang para bhikkhu untuk menggunakan sandal kayu. Selanjutnya Beliau
menganjurkan para bhikkhu agar mengendalikan diri mereka; baik dalam ucapan
maupun perbuatannya.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
231, 232, 233 dan 234 berikut ini:
Hendaklah orang selalu menjaga
rangsangan jasmani,
hendaklah ia selalu mengendalikan
jasmaninya.
Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan
jahat melalui jasmani,
hendaklah ia giat melakukan
perbuatan-perbuatan baik melalui jasmani.
(231)
Hendaklah orang selalu menjaga
rangsangan ucapan,
hendaklah ia mengendalikan ucapannya.
Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan
jahat melalui ucapan,
hendaklah ia giat melakukan
perbuatan-perbuatan baik melalui ucapan.
(232)
Hendaklah orang selalu menjaga
rangsangan pikiran,
hendaklah ia mengendalikan pikirannya.
Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan
jahat melalui pikiran,
hendaklah ia giat melakukan
perbuatan-perbuatan baik melalui pikiran.
(233)
Para bijaksana terkendali perbuatan,
ucapan, dan pikirannya.
Sesungguhnya mereka itu benar-benar
telah dapat menguasai diri.
(234)
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar