Hari-Hari yang Bahagia
Oleh:
Bhikkhu Chandaviro
Namo
Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Sunakkhattaṁ sumaṅgalaṁ, supabhātaṁ suhuṭṭhitaṁ,
sukhaṇo sumuhutto ca, suyiṭṭhaṁ brahmacārisu.
Padakkhiṇaṁ kāyakammaṁ, vācākammaṁ padakkhiṇaṁ;
padakkhiṇaṁ manokammaṁ, paṇidhī te padakkhiṇā,
padakkhiṇāni katvāna,
labhantatthe padakkhiṇe
”Saat berbuat
baik; itulah bintang kebahagiaan, berkah yang baik, fajar yang terang, bangun
tidur yang ceria, waktu yang baik, saat yang baik, dan disebut telah memuja
para suciwan dengan baik. Setelah melakukan kebaikan-kebaikan, yaitu: bertindak
baik, berucap baik, berpikir baik, berpengharapan baik; pahala-pahala baiklah
yang akan diperoleh.”
(Jaya Paritta)
Hari demi hari; demikian pula minggu, bulan, dan tahun
telah kita lewati bersama dan pada akhirnya habislah bulan yang penuh dengan
kegembiraan bagi kita seluruh rakyat Indonesia, karena merupakan bulan ulang
tahun kemerdekaan negara kita. Apa yang telah kita lakukan pada hari-hari,
bulan, dan tahun sebelumnya? Ada yang merasa sukses, ada yang merasa beruntung,
dan ada juga yang merasa gagal dalam perjuangannya. Bagi mereka yang gagal
dalam usaha dan perjuangannya mungkin mengatakan penyebabnya adalah hari,
minggu, bulan, atau tahunnya yang tidak baik, tidak membawa keberuntungan.
Memang demikian kalau kita belum mengerti Dhamma, akan tetapi yang merasa
sukses, berhasil atau beruntung pasti mengatakan karena hari, minggu, bulan,
atau tahunnya yang baik. Apa lagi pada tiga minggu yang lalu, banyak orang di
dunia ini menganggap tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 sebagai hari yang paling
baik. Lalu bagaimana hal ini? Apakah benar demikian?
Sebenarnya semua hari, minggu, bulan, atau tahun itu
baik, tetapi karena buah kamma baik kita belum saatnya berbuah sehingga
menjadikan seseorang belum sukses atau berhasil terhadap apa yang diharapkan
atau dicita-citakan. Untuk mendapatkan buah kamma baik, maka kita harus
mempunyai simpanan perbuatan baik. Dalam Saṁyutta
Nikāya disebutkan bahwa sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pula buah
yang akan kita petik. Pernyataan ini mengandung makna bahwa pembuat kebajikan
akan memperoleh kebahagiaan dan pembuat kejahatan akan memperoleh penderitaan.
Dalam Aṅguttara Nikāya
menyebutkan bahwa Sang Buddha menjelaskan kepada para bhikkhu, sebagai berikut:
”Para bhikkhu, makhluk apapun yang berprilaku
benar lewat tubuh, ucapan, dan pikiran sepanjang pagi hari, maka pagi hari yang
bahagia menjadi milik mereka. Makhluk apapun yang berprilaku benar lewat tubuh,
ucapan, dan pikiran sepanjang siang hari, maka siang hari yang bahagia menjadi
milik mereka. Makhluk apapun yang berprilaku benar lewat tubuh, ucapan, dan
pikiran sepanjang malam hari, maka malam hari yang bahagia akan menjadi milik
mereka.
Sungguh saat yang membawa berkah dan patut
dirayakan, pagi yang bahagia dan kebangkitan yang penuh sukacita, momen-momen
yang berharga dan menggembirakan akan datang kepada mereka yang memberikan dana
kepada orang-orang yang menjalankan kehidupan suci. Pada hari seperti itu,
tindakan benar lewat ucapan dan perbuatan, buah-pikir yang benar dan aspirasi
yang luhur, memberikan hasil kepada mereka yang melatihnya; sungguh bahagia
mereka yang memperoleh hasil seperti itu, karena mereka telah berkembang dalam
Ajaran Sang Buddha.
Semoga engkau dan semua sanak saudaramu
berbahagia dan menikmati kesehatan yang baik!”
(Aṅguttara Nikāya, III, 150)
Demikianlah apa yang telah dijelaskan oleh Sang Buddha
bahwa apa yang baik yang kita lakukan pada pagi hari, siang hari, dan malam
hari, itulah yang disebut hari-hari yang membahagiakan dan menguntungkan.
Demikian pula sebaliknya bila pada pagi hari, siang hari, dan malam hari bila
kita tidak bisa berbuat apa-apa maka hari tersebut dikatakan tidak membawa
bahagia dan tidak mendatangkan keuntungan.
Selain hal di atas, dalam Aṅguttara
Nikāya juga dijelaskan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi apabila para
perumah tangga ingin hidup bahagia dan sejahtera. Sang Buddha menguraikan
tentang empat hal yang perlu dikembangkan (Empat Iddhipada) agar tercapai
kesuksesan dalam bekerja atau berusaha, yaitu :
1.
Chanda yaitu merasa puas dan gembira
ketika mengerjakan sesuatu;
2.
Viriya
yaitu usaha
yang bersemangat dalam mengerjakan sesuatu;
3. Citta yaitu memperhatikan dengan
sungguh-sungguh ketika melakukan suatu tanpa melalaikannya.
4. Vimaṁsā yaitu
merenungkan dan menyelidiki alasan-alasan dalam hal-hal yang sedang dikerjakan.
(Aṅguttara Nikāya, IV.285)
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar