7 Kunci Kebahagiaan Sejati
Oleh : Deepak Chopra
Tujuan kehidupan adalah
memperbesar kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan tujuan dari semua tujuan.
Sebagian besar orang memiliki keyakinan bahwa kebahagiaan berasal dari
kesuksesan, kekayaan, kesehatan dan hubungan baik. Tentu saja ada tekanan
sosial yang sangat besar untuk mempercayai bahwa tercapainya semua itu
sama dengan tercapainya kebahagiaan. Namun, ini adalah sebuah kesalahan.
Kesuksesan, kekayaan, kesehatan dan hubungan yang saling mengasihi merupakan
“produk sampingan” kebahagiaan, bukan sumber kebahagiaan.
Semua orang pernah menemukan
orang yang sangat tidak bahagia, bahkan setelah meraih kekayaan dan kesuksesan
yang luar biasa. Kesehatan yang baik bisa saja dianggap sudah semestinya dan
kemudian disia siakan. Bahkan keluarga yang paling bahagia sekalipun bisa
mendapati kebahagiaan hancur karena krisis yang terjadi secara tiba-tiba.
Orang yang tidak bahagia tidaklah sukses, dan berapa pun jumlah uang atau
pencapaian yang ada tidak akan bisa mengubahnya.
Maka mari kita alihkan pandangan
kita dari tanda-tanda eksternal ke kebahagiaan batin, kebahagiaan yang ingin
kita raih, tapi sulit dicapai. Berikut ini adalah tujuh kunci untuk mencapai
kebahagiaan batin menurut Deepak Chopra :
1. Sadarilah Tubuh kita
Tubuh kita dan alam semesta
adalah sebuah medan tunggal energi, informasi, dan kesadaran. Tubuh merupakan
penghubung kita dengan komputer kosmis yang mengatur berbagai peristiwa yang
tak terhingga secara bersamaan. Dengan mendengarkan dan merespon tubuh kita
secara sadar, kita terhubung dengan medan kemungkinan tak terbatas, di mana
perasaan alami yang ada di dalamnya adalah kedamaian, keselarasan dan
kegembiraan.
Saat pikiran, tubuh dan jiwa
selaras, kebahagiaan adalah hasil alaminya. Sebaliknya tanda-tanda tidak adanya
keselarasan pada umumnya berupa ketidaknyamanan, rasa sakit, depresi,
kekhawatiran dan penyakit. Ketidakbahagiaan merupakan tanda bahwa
ketidakselarasan telah memasuki suatu tempat di dalam medan itu, entah itu
pikiran, tubuh atau jiwa.
2. Temukan Penghargaan diri yang sesungguhnya
Penghargaan diri yang sejati
tidak sama dengan memperbaiki citra diri. Citra diri berasal dari pemikiran
orang lain tentang diri kita. Jati diri melampaui citra diri. Jati diri berada
pada tingkat eksistensi yang terbebas dari opini baik dan buruk orang lain.
Jati diri tidak memiliki rasa takut dan tak terhingga nilainya. Saat kita
mengalihkan identitas dari citra diri ke jati diri, kita akan menemukan
kebahagiaan yang tak akan bisa direngut siapapun
Kita sering mendambakan
persetujuan orang lain karena hal itu mengangkat citra diri kita. Di sisi lain
kita takut akan ketidaksetujuan karena hal itu merendahkan citra diri kita.
Kita mengacu pada objek(object referral) bukan mengacu pada diri (self
referral) yang merupakan jati diri kita.
Mengarahkan rasa identitas menuju
jati diri akan membuat kita bebas menciptakan kehidupan yang berkelimpahan,
bersuka cita dan terpenuhi. Terikat dengan hal hal eksternal membuat kita
terdampar di tingkat eksistensi yang dangkal. Kita tidak perlu hidup di
dalamnya . Pada tingkat eksistensi yang lebih dalam, kita bisa mewujudkan
keinginan terbesar kita. Jati diri kita akan menciptakan berbagai
situasi, keadaan dan hubungan dalam kehidupan kita.
3. Detoksifikasi hidup kita
Keadaan alami kita adalah saat
sukacita, kedamaian dan pemenuhan secara spontan. Saat kita tidak mengalami
keadaan ini, itu berarti terjadi kontaminasi di dalam diri atau pikiran kita.
Kontaminasi bisa diakibatkan oleh emosi, kebiasaan, dan hubungan yang tidak
sehat, selain zat beracun lainnya. Semua ini awalnya berakar dari pikiran
sebagai dampak penkondisian. Untuk itu , solusi menghilangkan racun dalam
kehidupan kita berada pada tingkat di mana pikiran kehilangan keadaan alaminya.
Pengkondisian seperti ini dimulai pada tahap yang sangat dini.
Gejala pertamanya adalah emosi
beracun seperti kemarahan, kegelisahan, rasa bersalah dan rasa malu. Seiring
pertumbuhan seseorang, perasaan itu akan diikuti dengan penghargaan diri yang
rendah, hubungan yang beracun, dan ketidakseimbangan gaya hidup. Untuk
mendetoksifikasi kehidupan kita, kita perlu mempelajari cara merombak seluruh
pengkondisian ini dengan cara :
- Bertanggungjawablah.
Berhenti
merasa bersalah dan menyalahkan. Jika kita tidak bertanggung jawab artinya kita
menyerahkan nasib kita ke tangan orang lain. Hilangkan kebutuhan untuk mengubah
orang lain, ubahlah diri sendiri.
- Amati perasaan.
Mengamati
artinya menyadari emosi kita, tapi tidak dimanipulasi olehnya. Cara terbaik
untuk mengamati adalah dengan menemukan letak perasaan itu dalam tubuh kita.
Menemukan perasaan dalam tubuh kita akan menghentikan ocehan mental dalam diri
kita, yang membuat perasaan tersebut tetap ada.
- Namailah perasaan kita.
Namailah
sensasi apapun yang kita rasakan dalam tubuh kita. Gunakan kata-kata yang
sederhana seperti takut, marah, benci, frustasi, malu, bersalah, cemburu.
Jangan gunakan kata2 yang menghakimi seperti dikhianati, dikecewakan, dan
disakiti. Menamai perasaan kita merupakan cara mengenali perasan yang sedang
kita rasakan. Dengan mengenalinya dengan rendah hati dan jujur kita tidak
tergoda untuk mengisahkan kembali cerita rumit dan panjang yg sering kita lakukan
saat mengalami kekecewaan. Semua cerita itu berpusat pada satu hal yaitu
masa lalu. Sensasi dan emosi kita menyangkut masa kini.
- Ekspresikan perasaan.
Emosi menjadi
beracun ketika kita memendamnya. Mengekspresikan perasaan itu mengarah ke
pelepasan, yang akan membersihkan tubuh dan pikiran kita.
- Berbagilah tentang perasaan kita.
Berbagilah
dengan seseorang yang kita percayai mengenai perasaan dan seluruh proses yang
kita lalui. Jangan hanya berkeluh kesah atau melihat kasus tersebut dari sudut
pandang kita. Tujuan kita adalah mendapatkan gambaran yang benar, yang dapat
diberikan oleh pendengar yang tepat.
- Rayakan dan lanjutkan kehidupan.
Dalam perayaan
ini kita menegaskan bahwa kita berhak bebas dan bahagia. Kemudian kita
melanjutkan hidup kita.
4. Berhentilah berusaha menjadi benar
Energi dalam jumlah yang besar
akan tersedia begitu kita berhenti berusaha menjadi benar. Menjadi benar
mengindikasikan bahwa orang lain salah. Semua hubungan akan rusak oleh
konfrontasi antara benar dan salah. Hasilnya adalah begitu banyak penderitaan
dan konflik di dunia. Berhenti berusaha menjadi benar bukan berarti kita tidak
mempunyai sudut pandang. Namun kita bisa melupakan kebutuhan untuk
mempertahankan sudut pandang kita. Dalam keadaan tanpa pertahanan diri, kita
menemukan ketangguhan karena tidak ada lagi yang harus diserang. Kita semua
merupakan kesadaran tunggal yang memiliki cara unik untuk merasakan dunia.
Keutuhan adalah keadaan damai dan bahagia yang mendalam.
5. Berfokuslah pada saat ini
Jika kita berfokus pada saat ini,
kehidupan kita akan terus menerus diperbaharui. Saat ini adalah satu-satunya
waktu yang abadi. Tidak dapat hilang atau dilupakan. Oleh karena itu,
kebahagiaan saat ini tidak akan bisa direngut dari kita. Kebahagiaan saat ini
akan membebaskan kita dari perangkap waktu yang menghadirkan penderitaan
melalui pikiran, perbandingan, evaluasi, dan analisis. Dengan hidup sepenuhnya
pada saat ini, kita mengalami keabadian. Di dalam keabadian, kita menemukan
jati diri kita.
6. Lihatlah dunia di dalam diri kita
Saat kita melihat dunia di dalam
diri kita, tidak ada lagi hambatan eksternal menuju kebahagiaan. Dunia batin
dan lahir merupakan cerminan satu sama lain. Keduanya berubah sesuai dengan
tingkat kesadaran kita. Jika kita bergetar di tingkat rasa takut, dunia
pemikiran dan emosi dalam diri kita dan dunia luar yang berbentuk
peristiwa dan hubungan akan mencerminkan hal itu. Demikian halnya jika
kesadaran kita bergetar di tingkat kasih sayang, kasih sayang akan hadir baik
di dalam maupun di luar diri kita. Aliran kebahagiaan dan kelimpahan akan
terwujud ketika kita mencapai tingkat jati diri tedalam.
Identitas kita sesungguhnya
bukanlah dunia batin ataupun dunia lahir. Kitalah yang menciptakan pemikiran,
perasaan, kenangan, emosi dan semua pengalaman subjektif yang secara simultan
menciptakan dunia objektif yang sesuai dengan keadaan subjektif kita. Jika
tidak menyukai apa yang terjadi di sekitar kita, jangan mencoba
“memperbaikinya” . Hal itu seperti memoles cermin dan berharap bisa mengubah
pantulan yang terlihat di dalamnya. Untuk mengubah hal yang kita lihat, kita
harus mengubah kesadaran kita.
7. Hiduplah untuk pencerahan
Mencari pencerahan sama dengan
mencari jati diri. Pencerahan adalah keadaan eksistensi yang paling sadar
sekaligus paling alami, karena dari situlah asal usul kita. Kita berasal dari
sebuah tempat yang penuh kasih, kedamaian, dan kegembiraan mendalam. Saat
kembali ke sana, kita akan merasakan bahwa kita bersatu dengan Tuhan. Pada saat
itulah kita akan menyadari bahwa hasrat untuk merasakan kebahagiaan barulah
sebuah awal. Hasrat terdalam kita adalah untuk meraih kebebasan yang muncul
bersama pencerahan sempurna.
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar