JALAN TENGAH
Jalan Tengah tidak
mengarah pada kekekalan diri (sassata) ataupun kemusnahan diri (uccheda).
Secara teoritis, Jalan Tengah yang sering disebut sebagai Jalan Mulia Berunsur
Delapan ini dapat dirinci, sebagai berikut:
|
Pengertian
Benar:
Pada hakekatnya adalah pengertian
benar tentang Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani), yaitu:
1.
Kebenaran mulia tentang penderitaan
2.
Kebenaran mulia tentang sebab penderitaan
3.
Kebenaran mulia tentang terhentinya penderitaan
4.
Kebenaran mulia tentang jalan menuju terhentinya
penderitaan
Dalam pengembangannya, pengertian benar ini masing-masing
terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1.
Sacca nana, pengetahuan bahwa hal ini adalah kebenaran sejati
2.
Kicca nana, pengetahuan bahwa fungsi tertentu dari kebenaran ini
harus dijalankan
3.
Kata nana, pengetahuan bahwa fungsi-fungsi tertentu dari kebenaran ini
telah dijalankan
Sehingga semuanya terdiri
dari duabelas segi pandangan.
Dengan cara lain, dalam Kitab Uparipannasa, pengertian
benar dirinci menjadi lima tingkat, yaitu:
1. Kammassakata sammaditthi
Berarti pengertian benar
tentang keselarasan perbuatan (kamma niyama) yang pada pokoknya
menerangkan bahwa setiap perbuatan akan memberikan akibat yang setimpal; dan
setiap mahluk memiliki, mewarisi, terlahir, berhubungan dan terlindung oleh
kammanya sendiri.
2. Vipassana sammaditthi
Pengertian benar yang timbul
setelah penyadaran jeli terhadap jasmani dan batin (rupa dan nama
dhamma) Pengertian benar ini tidak dapat diperoleh hanya melalui
penghafalan kitab-kitab suci atau pun melalui kecerdasan otak, tetapi timbul
dari pengamatan langsung terhadap aktivitas jasmani dan batin sehingga dapat
menyadari sifatnya yang anicca, dukkha dan anatta.
3. Magga sammaditthi
Pengertian benar berupa
pengetahuan dalam perenungan terhadap objek indera dan batin sebagaimana adanya
sehingga merealisasi magga nana.
4. Phala sammaditthi
Pengertian benar berupa
pengetahuan dalam perenungan terhadap objek indera dan batin sebagaimana adanya
sehingga merealisasi phala nana. Begitu penembusan magga nanaterealisasi,
maka langsung diikuti dengan phala nana.
5. Paccavekkhana samaditthi
Pengertian benar berupa
perenungan setelah phala nana atas perealisasian yang telah
dicapai.
Pikiran
Benar
Tidak lain adalah pikiran yang
melepaskan kesenangan dunia, dan yang bebas dari kemelekatan serta sifat
mementingkan diri sendiri (nekkhamasankappa). Pikiran yang penuh kemauan
baik, cinta kasih, kelemahlembutan, dan yang bebas dari itikad jahat,
kebencian, dan kemarahan (avyapadasankappa). Dan pikiran yang penuh
belas kasihan, dan yang bebas dari kekejaman dan kebengisan (avihimsasankappa).
Ucapan
Benar
Pada dasarnya adalah ucapan yang bukan
dusta / bohong, fitnah, kasar, dan kosong. Seseorang yang berpantang atau
menghindari ucapan seperti ini berarti telah berlatih berkata benar. Ucapan
benar adalah sammavaca virati, salah satu dari 52 jenis faktor batin
(cetasika), yang termasuk dalam kelompok pantangan. Seseorang yang
berpantang dari ucapan salah, akan melatih atau melaksanakan ucapan yang berisi
kebenaran, ucapan yang dapat dipertanggungjawabkan, ucapan yang lemah lembut,
dan ucapan yang berguna.
Perbuatan
Benar
Adalah
perbuatan yang:
·
Bukan pembunuhan terhadap manusia maupun binatang
·
Bukan pencurian atas barang yang berharga / tak berharga
yang tak diberikan
·
Bukan perzinahan dengan paksa atau atas dasar suka sama
suka
Perbuatan dursila semacam ini dapat
terjadi karena kurangnya sifat mulia seperti cinta kasih, belas kasihan dan
kepuasan.
Seseorang yang berpantang atau
menghindari perbuatan buruk di atas berarti telah melakukan perbuatan benar (sammakammanta
virati).
Penghidupan
Benar
Sekurang-kurangnya adalah penghidupan
yang bukan salah satu, sebagian atau semua, dari lima macam perdagangan yang
harus dihindari, yaitu: perdagangan senjata pembunuh, perdagangan budak,
perdagangan mahluk yang disembelih (daging atau anggota badan lain), perdagangan
minuman keras / obat perangsang / obat bius / narkotika, dan perdagangan racun.
Penipuan yang tidak didasari alasan
ekonomi, termasuk ucapan salah. Tetapi jika penipuan itu berkaitan dengan
perniagaan sebagai mata pencaharian, tentunya tergolong sebagai penghidupan
salah.
Begitu juga, penyimpangan hubungan
kelamin dengan orang yang terlarang karena alasan tradisi, pemerintahan, agama,
jika bukan sebagai mata pencaharian, termasuk perbuatan salah, namun praktik
prostitusi tentunya terjajar dalam deretan mata pencaharian yang tergolong
sebagai penghidupan salah.
Sementara itu, perdagangan yang
melanggar hukum juga dapat dianggap sebagai penghidupan salah.
Bagi para Bhikkhu, penghidupan benar
adalah penghidupan yang bersih dari praktik seperti menjadi tukang ramal,
dukun, tukang teluh, pesuruh, dan yang bukan merupakan hasil perniagaan dalam
bentuk apa pun.
Seperti halnya ucapan benar dan
perbuatan benar, penghidupan benar juga dilatih dan dilaksanakan melalui
penghindaran atau pantangan (viraati cetasika). Seseorang yang telah
menghindari atau berpantang melakukan penghidupan salah berarti telah
melaksanakan penghidupan benar.
Usaha
Benar
Terdiri
dari:
1. Samvarappadhana, usaha benar dalam
mencegah timbulnya hal jahat dan tidak baik yang belum muncul ketika menerima
suatu bentuk melalui mata, suara melalui telinga, bau melalui hidung, rasa
melalui lidah, sentuhan melalui tubuh, atau kesan melalui pikiran.
2. Pahanappadhana, usaha benar dalam
mengatasi hal jahat dan tidak baik yang sudah muncul seperti: nafsu indera,
itikad jahat, dan lainnya.
3. Bhavanappadhana, usaha benar dalam
mengembangkan hal baik yang belum muncul, yaitu unsur-unsur pencerahan agung (bojjhanga)
yang terdiri dari: perhatian (sati), penyelidikan Dhamma (dhammavicaya),
semangat (viriya), kegiuran (piti), ketenangan (passadhi),
konsentrasi (samadhi), dan keseimbangan batin (upekkha).
4. Anurakkhappadhana, usaha benar dalam
mempertahankan hal baik yang telah muncul antara lain, yaitu pemusatan batin
pada suatu objek meditasi.
Perhatian
Benar
Secara garis besar,
berisikan empat landasan pengembangan perhatian murni (satipatthana),
yang harus dibangun dengan merenungkan:
1.
Jasmani (kayanupassana)
2.
Perasaan (vedananupassana)
3.
Kesadaran (cittanupassana)
4.
Gejala dan Objek batin (dhammanupassana)
Pelaksanakan empat macam
perenungan ini dapat menghapus tuntas:
1.
Kekhayalan atas kesenangan (sukhavipallasa)
2.
Kekhayalan atas kelanggengan (niccavipallasa)
3.
Kekhayalan atas adanya diri/kepemilikan (attavipallasa)
Konsentrasi
Benar
Konsentrasi yang merupakan
penunggalan pikiran pada satu objek (cittekkaggata) ini mempunyai dua
jenis tingkat pengembangan, yaitu:
1.
Upacara samadhi, konsentrasi mendekati
- jhana
2.
Appana samadhi, konsentrasi penuh di dalam objek - pencapaian jhana
Dalam pencapaian kedua
tingkatan di atas, lima rintangan batin (nafsu indera, itikad jahat, kemalasan
dan kelambanan batin, kegelisahan dan kekhawatiran batin, serta keraguan
skeptis) dapat diendapkan, namun belum dikikis / dihancurkan.
Dengan bersumber acuan
pada naskah Pali, Bhikkhu Nyanatiloka, menuliskan dalam bukunya "The
Word of the Buddha" bahwa ungkapan figurative "jalan"
atau "cara" seringkali disalahmengertikan dengan menganggapnya bahwa
faktor-faktor tunggal dari jalan tengah harus dilatih satu per satu sesuai
dengan urutannya.
Dalam hal ini, pengertian
benar, yaitu penembusan kebenaran yang sempurna, harus disadari lebih dahulu
sebelum seseorang dapat berpikir tentang pengembangan pikiran benar, atau
tentang pelaksanaan ucapan benar dan seterusnya.
Kenyataannya, tiga faktor
(3 - 5) yang membentuk moralitas (sila) haruslah sempurna lebih dulu,
karena ini merupakan landasan jalan tengah; baru setelah itu, seseorang dapat
mahir di dalam latihan batin yang sistematis dengan mengembangkan tiga faktor
(6 - 8) yang membentuk bagian konsentrasi (samadhi).
Hanya setelah persiapan
inilah, sifat dan batin seseorang akan sanggup meraih kesempurnaan dalam dua
faktor yang pertama (1 - 2); yang membentuk bagian kebijaksanaan (panna).
Dengan kalimat yang lebih
sederhana, dapatlah dikatakan bahwa tanpa melaksanakan kelompok moralitas,
tidaklah mungkin seseorang dapat meningkatkan kelompok konsentrasi. Dengan
tidak meningkatnya kelompok konsentrasi, kelompok kebijaksanaan tidak mungkin
akan berkembang.
Kendati demikian,
pengertian benar mula-mula yang paling rendah diperlukan pada langkah yang
sangat awal karena beberapa pengertian tentang kenyataan-kenyataan penderitaan,
dan sebagainya, diperlukan untuk melengkapi alasan-alasan yang meyakinkan; dan
sebagai pemacu untuk melaksanakan Jalan Tengah dengan giat. Pengertian benar
dalam ukuran tertentu juga diperlukan untuk membantu faktor lain Jalan Tengah
dalam memenuhi fungsinya sendiri dengan cermat dan telak dalam tugas bersama,
mencapai kebebasan mutlak. Karena alasan ini, dan untuk menekankan betapa penting
peranannya, pengertian benar diberi tempat pertama dalam Jalan Tengah.
Jadi, pengertian benar
sesungguhnya adalah awal dan juga puncak dari Jalan Tengah.
Disusun
oleh: Dhamma
Study Group Bogor
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar