CARA
BERPIKIR BUDDHIS
DALAM
MENGHADAPI MASALAH HIDUP
(Sebuah
ringkasan)
Ceramah
Bhikkhu Uttamo Mahathera
Dalam pengertian
Dhamma yang telah diajarkan oleh Sang Buddha sejak hampir 3000 tahun yang lalu,
segala kejadian yang dialami maupun dihadapi oleh seseorang sebenarnya adalah
NETRAL sifatnya. Oleh karena itu, segala bentuk permasalahan hidup yang
dirasakan oleh setiap orang sesungguhnya hanya timbul karena pikiran orang itu
sendiri yang tidak tepat dalam menyikapi kenyataan yang dihadapinya. Segala
kenyataan hidup adalah netral, tidak memberikan kebahagiaan maupun menyebabkan
penderitaan untuk seseorang.
Ketika seseorang
mampu berpikir positif dalam menghadapi suatu kenyataan atau peristiwa, ia akan
merasakan kebahagiaan terhadap apapun kenyataan yang sedang ia alami.
Sebaliknya, ketika seseorang berpikir negatif, ia akan merasakan penderitaan
pada saat menghadapi suatu kenyataan. Dengan demikian telah jelas bahwa suatu
kejadian yang dirasa membahagiakan seseorang mungkin saja menjadi sesuatu
keadaan yang menyedihkan bagi orang lain. Semua perbedaan tersebut timbul
karena sudut pandang yang tidak sama dalam menghadapi serta menyikapi suatu
kenyataan hidup yang sebenarnya netral tersebut.
Terdapat sangat
banyak contoh untuk menjelaskan perbedaan kebahagiaan maupun penderitaan yang
timbul pada diri seseorang akibat sudut pandang yang tidak sama. Namun, agar
lebih mudah dimengerti, dalam kesempatan ini hanya diberikan satu contoh saja.
Contoh yang paling jelas dan sederhana misalnya tentang uang senilai Rp.
100.000,- Uang seratus ribu, untuk seseorang, katakanlah bernama A yang
mempunyai banyak keinginan tentunya tidak bisa mencukupi untuk memenuhi
harapannya. Sebaliknya, untuk seseorang, katakanlah bernama B yang mempunyai
lebih sedikit keinginan, maka uang tersebut sudah terasa berlebihan. Dalam hal
ini, permasalahan hidup atas kepemilikan uang senilai seratus ribu seolah hanya
dialami oleh A dan tidak oleh B. Oleh karena itu, pembahasan penyelesaikan
masalah yang akan disampaikan berikut ini nantinya hanya melibatkan A, bukan B.
Merenungkan kondisi
yang disampaikan dalam contoh di atas, kiranya dapat dimengerti bahwa
seseorang, dalam hal ini A, merasa memiliki masalah hidup karena sebenarnya ia
tidak memiliki kemampuan mengubah kenyataan yang telah terjadi dan bersifat
netral tersebut, dalam hal ini, nilai uang seratus ribu. Salah satu cara yang
diberikan dalam Dhamma Ajaran Sang Buddha adalah upaya mengubah cara berpikir
seseorang agar ia selalu berpikir positif dalam menghadapi segala sesuatu
sehingga ia akan selalu berbahagia pada kondisi apapun yang ia alami. Dengan
demikian, ia akan dapat mengambil tindakan yang tepat dan sesuai untuk
menghadapi kenyataan tersebut. Semakin seseorang mampu menyesuaikan keinginan
dengan kenyataan, semakin bahagia pula hidup yang ia rasakan.
Agar seseorang mampu
berlatih mengubah pola pikir sehingga ia memiliki ketrampilan menyesuaikan diri
antara harapan yang ada dengan kenyataan yang terjadi sehingga terwujudlah
kebahagiaan, maka ia hendaknya : Berusaha melatih kerelaan.
Kerelaan (dana) adalah salah satu dari tiga
pilar pokok Ajaran Sang Buddha di samping kemoralan (sila) dan konsentrasi
(samadhi).
Pada tahap awal,
kerelaan dilatih dengan menggunakan materi sebagai sarana. Misalnya, apabila ia
memiliki makanan, ia dapat membagikan makanan tersebut kepada mereka yang
membutuhkannya. Demikian pula apabila ia memiliki pakaian, sarana kesehatan
dsb. Latihan kerelaan atau memberi kepada yang membutuhkan tersebut diharapkan
menimbulkan kondisi batin untuk selalu mengharapkan fihak lain mendapat serta
merasakan kebahagiaan.
Selama melaksanakan
latihan kerelaan dengan materi, seseorang hendaknya juga melaksanakan latihan
kerelaan dengan hal-hal yang bukan materi. Sebagian kecil contoh kerelaan akan
hal yang bukan materi misalnya, perhatian, kasih sayang, nasehat, pemikiran
positif dsb. Dengan melaksanakan latihan kerelaan akan hal yang bukan materi,
seseorang semakin banyak dilatih untuk memperhatikan kesejahteraan dan
kebahagiaan fihak lain selain dirinya sendiri.
Dengan memikirkan
kesejahteraan serta kebahagiaan fihak lain, maka seseorang mulai belajar
merelakan keakuan atau kebutuhan memuaskan diri. Oleh karena itu, apabila
keinginan yang juga merupakan hasil keakuan tidak terpuaskan, maka ia akan
lebih mudah menyesuaikan harapan dengan kenyataan. Ia telah terbiasa rela. Ia
lebih mudah menerima kenyataan sebagaimana adanya. Bila tahap ini tercapai,
maka kebahagiaan akan selalu dapat dirasakan terlepas dari kenyataan apapun
juga yang sedang ia hadapi maupun temui dalam kehidupannya.
Dalam mengembangkan
proses berlatih kerelaan yang merupakan salah satu cara berpikir Buddhis untuk
menghadapi masalah hidup, maka berikut ini akan disampaikan tiga hal yang perlu
dilakukan sehingga kebahagiaan dapat terwujud.
1. Rela mengurangi keinginan
Ketika harapan
ataupun keinginan tidak bisa menjadi kenyataan, maka seseorang hendaknya mulai
meninjau dan mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan yang ia miliki
selama ini. Ia hendaknya lebih mendahulukan kebutuhan daripada keinginan.
Apabila kebutuhan sudah terpenuhi, barulah keinginan disusun berdasarkan
tingkat kepentingannya untuk mendapatkan pemenuhan. Dengan mampu membedakan
kebutuhan dan keinginan, tentu sudah cukup banyak masalah kehidupan yang dapat
diselesaikan.
Sebagai contoh, A
dengan uang senilai seratus ribu, mungkin hanya bisa memenuhi empat kebutuhan
pokoknya terlebih dahulu, yaitu makanan, tempat tinggal, pakaian serta sarana
kesehatan. Setelah semua atau sebagian dari kebutuhan pokok ini dapat
terpenuhi, barulah ia memikirkan untuk memenuhi keinginannya, misalnya membeli
handphone, memiliki sepeda motor dsb. Bila memang belum ada kesempatan untuk
memenuhi keinginan, maka biarlah ia menunda terlebih dahulu keinginan yang ada
dalam pikirannya. Inilah kerelaan mengurangi keinginan yang dapat mengurangi masalah
hidup serta menumbuhkan kebahagiaan dengan apapun kenyataan yang dihadapi.
2. Rela meningkatkan kualitas kerja
Memiliki uang senilai
seratus ribu mungkin saja dirasa tidak cukup, namun itulah kenyataannya. Karena
itu, dengan meningkatkan kualitas kerja atau lebih giat bekerja, mungkin saja
dalam beberapa waktu kemudian nilai uang tersebut dapat bertambah dan dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok serta sebagian keinginan yang
dimiliki.
3. Rela menggunakan lebih banyak waktu untuk mencapai tujuan
Bila A merasa uang
senilai seratus ribu itu tidak bisa memenuhi kebutuhan apalagi keinginannya,
maka ia hendaknya belajar bersahabat dengan waktu sehingga seiring dengan
bertambahnya waktu dan kerja keras yang dilakukan, uang yang diperoleh menjadi
lebih banyak, pada akhirnya kebutuhan maupun sebagian keinginannya dapat
terpenuhi.
4. Gabungan dari ketiga bentuk kerelaan di atas
Dengan menggabungkan
ketiga bentuk kerelaan yaitu rela mengurangi keinginan, rela meningkatkan
kualitas kerja dan rela bersabar, maka tentu lebih banyak lagi masalah hidup
yang dapat terselesaikan sehingga kebahagiaan yang dimiliki lebih mudah
dicapai.
Kiranya dengan
penjelasan singkat di atas dapatlah menimbulkan pengertian untuk dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga siapapun yang menggunakan pola pikir
Buddhis seperti ini dapat lebih mudah menyelesaikan permasalahan hidup dengan
hasil kebahagiaan sesuai harapan.
Semoga Anda semua
selalu sehat, sukses dan berbahagia.
Semoga semua mahluk
selalu hidup berbahagia.
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar