Disusun oleh : tanhadi
Avijja = Ketidaktahuan atau kebodohan batin, sinonimnya adalah Moha = Kegelapan batin.
Ketidaktahuan/kebodohan disini dipergunakan untuk menyata-kan ketidaktahuan terhadap Empat Kebenaran Mulia dan Paticcasamuppada, sehingga seseorang akan terus menerus berpegang pada paham tentang adanya "Diri yang kekal" atau "Aku yang kekal" atau "Atta yang kekal" dan terpisah. Dengan itu orang akan terus melakukan dan mengikatkan dirinya pada perbuatan-perbuatan yang baik atau yang tidak baik, sehingga ia akan bertumimbal lahir terus menerus.
Sebagai contoh yang sederhana; Seseorang berkeinginan kuat untuk menjadi kaya, sebab menurutnya uang adalah segala-galanya dan akan menyebabkannya berbahagia. Lalu karena ia tidak berhasil menjadi orang kaya, dia frustrasi dan sangat kecewa. Inilah salah satu dari sebab Penderitaan didalam Ajaran Empat kebenaran Mulia.
Dari contoh tsb.diatas; dapat kita lihat bahwa disatu pihak, orang tsb. "Berkeinginan kuat" untuk mendapatkan uang dan menjadi kaya (tanha) dan pihak yang lain adalah "Ketidaktahuan/kebodohan batin" (Avijja) yang merupakan pandangan salah bahwa uang semata yang dapat memberi-kannya kebahagiaan. Kedua unsur itulah (Tanha+Avvija) yang berpotensi untuk menimbulkan penderitaan-penderitaan yang disebabkan oleh ketidak berhasilannya menjadi orang kaya tsb.
Demikian pula, Orang yang tidak mengerti Kebenaran tentang Penderitaan mempunyai pandangan yang optimis akan hidup ini, walaupun hal itu penuh dengan penderitaan baik batin maupun jasmani.
Adalah suatu kesalahan untuk mencari Kebenaran tentang Penderitaan di dalam buku, karena sebenarnya hal itu ada di tiap batin dan jasmani kita sendiri.
Melihat, mendengar, dan semua fenomena mental/batin dan jasmani yang muncul dari 6 pintu indera adalah penderitaan (ketidakpuasan) karena mereka tidaklah kekal (anicca), tidak dapat diandalkan (aniyata), dan tidak menuruti harapan kita (anatta).
Hidup ini dapat berakhir setiap saat dan juga penuh dengan penderitaan baik batin maupun jasmani. Namun demikian, penderitaan ini (dukkha) tidak dapat dimengerti oleh orang yang menganggap bahwa hidup ini sebagai kebahagiaan dan memuaskan.
Usaha mereka untuk mempertahankan apa yang mereka anggap sebagai objek indera yang menyenangkan, seperti: pemandangan yang indah, suara-suara yang merdu, makanan yang lezat, dst., dikarenakan khayalan mereka tentang hidup.
Kebodohan batin ini bagaikan kacamata hijau (membuat rumput terlihat segar) yang mengakibatkan kuda memakan rumput kering. Orang buta dapat dengan mudah ditipu oleh penipu yang penuh percaya diri, yang menawarkan pakaian tak berharga sebagai pakaian yang mahal. Orang buta itu akan percaya padanya dan akan menyukai pakaian tersebut. Namun demikian, bila dia dapat sembuh dari kebutaannya, dia akan kecewa dan langsung membuang pakaian tersebut.
Nah.....Dengan cara yang sama, orang yang diliputi oleh avijja menikmati hidup selama tidak menyadari ketidakkekalan (anicca), penderitaan (dukkha), dan tanpa diri (anatta). Tetapi, dia akan kecewa ketika pandangan terang (vipassana nana) membuka sifat alami dari kehidupan ini.
Jadi Siapapun orang yang tidak tahu akan adanya Penderitaan, Sebab penderitaan, akhir penderitaan dan Jalan menuju akhir penderitaan, dikatakan sebagai Avijja.
Salam Metta,
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar