Selasa, Mei 31, 2011

Pentingnya Mempelajari Sutta


PENTINGNYA MEMPELAJARI SUTTA
Oleh : Tanhadi

Sekarang ini, beberapa umat awam melatih meditasi tanpa mempelajari Sutta dan menjadi sombong dengan pencapaian mereka. Kebanggaan mereka bertambah sementara keterikatan tidak berkurang.

Jika mereka berlatih sesuai dengan Dhamma, kekotoran-kekotoran bathin dan kualitas-kualitas yang tidak baik, termasuk kebanggaan itu, seharusnya tidak bertambah.

Mungkin sering kita baca juga komentar-komentar di beberapa forum diskusi Buddhis, yang mengatakan :”Ahhh..kamu bisanya cuman ber-Teori melulu secara pemahaman Intelektual.., percuma saja ! yang penting adalah ‘praktek’ !”

Apa yang dikatakan oleh orang tsb. memang ada benarnya, namun tidak seluruhnya benar, bahkan ada kecenderungan bahwa ia merasa “Iri” karena tidak dapat mengimbangi pengetahuan yang dimiliki oleh teman diskusinya itu.

Nah...dari secuil kata-kata itulah biasanya diskusi dapat berkembang menjadi ‘perdebatan sengit’ untuk saling mencari pembenaran versi masing-masing.

Seseorang yang hanya ‘mementingkan praktek’ dengan membuta terhadap Sutta-sutta yang merupakan instruksi Sang Buddha, tidak akan dapat memastikan dirinya bahwa apa yang dipraktekkannya itu sudah sesuai dengan jalan yang benar atau malah menjauh dari Ajaran Buddha.

Seperti yang dinyatakan di Anguttara Nikaya Sutta 8.2.19, ”…..di dalam Dhamma-Vinaya ini ada latihan yang bertahap, praktek yang bertahap, kemajuan yang bertahap, tidak secara tiba-tiba (na ayatakena), termasuk penembusan pengetahuan tersebut (annapativedha).”

Dhamma dalam Dhammanussati ada tiga pengertian, dan salah satunya adalah Pariyati Dhamma, adalah Dhamma sebagai ajaran-ajaran yang terdiri dari berbagai teori dan dasar-dasar kepercayaan dan perilaku yang meliputi seluruh kerangka agama Buddha dan dicatat dalam kitab suci serta dipelihara sebagai sabda Sang Buddha ( Buddha-vacana ) atau ajaran Sang Guru ( Satthu-sasana ).

Di dalam Anguttara Nikaya Sutta 5.3.26, dijelaskan pula tentang lima keadaan yang mampu membuat seorang bhikkhu mencapai pencerahan. yaitu a.l :

Mendengarkan Dhamma
(Kalau sekarang bisa dengan membaca Sutta-sutta di Kitab Suci Tipitaka, mendengarkan ceramah dhamma secara langsung atau pun lewat CD dll.).

Membawa kegirangan, khususnya jika seseorang mempunyai ketertarikan dengan Dhamma. Ini secara alami menenangkan pikiran dan membuatnya damai dan tenang.  Pikiran yang damai dengan mudah menjadi konsentrasi. Dengan pikiran yang terkonsentrasi, akan muncul pengetahuan.

Mengajari Dhamma
Mengajari Dhamma , seseorang perlu memahami dan merenungi Dhamma. Dari sini kegirangan juga timbul yang mana akan menuntun secara berturut-turut pada ketenangan, konsentrasi dan pengetahuan.

Mengulangi Dhamma
Walaupun tidak umum sekarang ini, hal tersebut cukup umum di masa Sang Buddha ketika buku-buku belum ada. Pada saat itu, Dhamma dipertahankan dan diteruskan kepada generasi berikutnya oleh orang-orang  yang menghafalnya secara teratur. Jika para bhikkhu akan meneruskan Dhamma, mereka harus sangat kenal dengan Dhamma. Demikianlah, para bhikkhu menghabiskan banyak waktu menghafal Dhamma.

Pada kenyataannya, pada saat tersebut, adalah merupakan tugas dari para bhikkhu untuk mengulang dan menghafal Dhamma. Pengulangan yang terus-menerus ini akan membuat anda sangat mengenalinya.

Pertama kali anda membaca, mendengar atau menghafal Sutta, anda akan mempunyai tingkat pemahaman tertentu.  Dengan pengulangan yang lebih sering, pemahaman anda menjadi semakin dalam dan semakin dalam. Urutan kegirangan, ketenangan, konsentrasi dan pengetahuan yang serupa mengikuti

Di dalam Majjhima Nikaya Sutta 43, disebutkan bahwa satu dari dua kondisi yang dibutuhkan untuk munculnya Pandangan Benar adalah dengan mendengarkan Dhamma. Dan pada Sutta yang sama ini menyatakan bahwa setelah pencapaian Pandangan Benar, lima kondisi yang penting lainnya juga dibutuhkan untuk mendukung Pandangan Benar untuk pembebasan akhir, tingkat kesucian Arahat. yaitu :

·  Moral yang baik (sila)
·  Mendengarkan Dhamma (dhammasavana)
·  Diskusi Dhamma (dhammasakaccha)
·  Ketenangan pikiran (samatha), dan
·  Perenungan (vipassana)

Di dalam Anguttara Nikaya Sutta 5.3.26 dan Samyutta Nikaya Sutta 45.1.8 , membuktikan pentingnya mendengarkan Dhamma dari langkah pertama (yakni untuk mencapai Pandangan Benar), sampai pada langkah yang terakhir (yakni mencapai tingkat kesucian Arahat).

Digha Nikaya Sutta 25, Sang Buddha bersabda :
“Para bhikkhu, latihlah diri kalian seperti demikian: Terhadap Sutta-Sutta inilah kami akan mendengar, akan mengkondisikan telinga yang siap untuk mendengar, memahami, menghafal dan menguasainya.”

PENTINGNYA MEMPELAJARI EMPAT NIKAYA

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca) dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).

Pada kenyataannya, kita lihat dari Nikaya dan Vinaya bahwa orang-orang mencapai Sotapanna hanya dengan mendengarkan Sutta daripada bermeditasi.

1. Sutta AN 9.20 mendefinisikan Pemasukan arus (Tingkat Kesucian Jalan Pertama) sebagai pencapaian Pandangan Benar.

2. Di SN 43 dan AN 12.11.9, disebutkan bahwa Pandangan Benar dicapai hanya dengan dua kondisi: mendengarkan penuturan orang lain dan memiliki pertimbangan yang seksama. (Yoniso manasikara). Tingkat dari pertimbangan yang seksama yang diperlukan untuk pencapaian Sotapanna tentu saja berbeda dari pencapaian Arahat.

3. Di SN 55.3.4, Sang Buddha berkata bahwa jika pohon-pohon bisa memahami perkataan Beliau, (bukan bermeditasi!), bahkan pohon-pohon tersebut bisa menjadi Sotapanna.

4. Di SN 46.4.8, Sang Buddha berkata bahwa ketika seseorang mendengarkan Dhamma dengan penuh perhatian, 5 rintangan tidak muncul di diri seseorang dan 7 Bojjhanga terpenuhi. Ini adalah kondisi untuk pencapaian Ariya.

5. Di SN 55.1.2, karakteristik untuk seorang Sotapanna adalah: memiliki keyakinan pada Buddha, Dhamma, Sangha, dan sila yang sempurna – tidak disebutkan tentang meditasi,dsb.

6. Di AN 3.85; 9.12, Sotapanna dan Sakadagami dikatakan memiliki Sila yang sempurna; Anagami memiliki Sila dan Samadhi yang sempurna; Arahat memiliki Sila, Samadhi, Panna yang sempurna. Ini berarti bahwa Sotapanna dan Sakadagami tidak membutuhkan Jhana sementara Anagami dan Arahat harus memiliki empat Jhana.

7. Di MN 22, Sotapanna dikatakan telah melenyapkan 3 belenggu dan Sakadagami telah melenyapkan 3 belenggu dan melemahkan nafsu sensual dan kedengkian. Jadi Sakadagami membutuhkan tingkat konsentrasi tertentu sebelum Jhana (yakni Upacara Samadhi) sementara Sotapanna tidak perlu, dan hanya perlu merenungi dan refleksi pada Dhamma yang telah dia pelajari.

8. Ada beberapa contoh dalam Nikaya dan Vinaya tentang umat awam yang datang
mendengarkan Sutta dari Sang Buddha (persis serupa dengan yang kita miliki dalam
Nikaya) untuk pertama kalinya dan mencapai Sotapanna, misalnya mendengarkan Sutta dari Sang Buddha (persis serupa dengan yang kita miliki dalam Nikaya) untuk pertama kalinya dan mencapai Sotapanna, misalnya DN 3, 5; MN 56, 91; AN 8.12, 8.21.

Salah satu dari penyebab Dhamma yang asli ini tidak dikenali , al. adalah karena :
Tentu saja, selain kita mempelajari dan menguasai Sutta-sutta yang terdapat didalam Tipitaka (4 Nikaya) melalui mendengar, mengulang/membaca dan berdiskusi ((Pariyatti Dhamma) , kita juga harus merenungkan dan melaksanakannya (praktek) sesuai dengan apa yang telah kita pelajari tersebut(Patipatti Dhamma). Sehingga setelah dua hal ini kita laksanakan, maka buah/pahala Dhamma, yaitu “Pativedha  Dhamma” adalah: lenyapnya nafsu, tercapainya kedamaian dan kebahagiaan/Nibbâna dapat terealisasi

Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari Sutta.

Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun pada lenyapnya Sutta.


KESIMPULAN :

* Sebagai umat Buddhis , sudah seharusnya kita mengenal , mempelajari dan memahami dengan sebaik-baiknya  ke- empat Nikaya yang ada dalam Tipitaka , sehingga kita dapat terbebas dari pandangan yang salah terhadap Ajaran Sang Buddha .

Sang Buddha berkata jika kita mengajarkan Dhamma yang salah, hal itu akan menyebabnya lenyapnya Dhamma yang asli. Sang Buddha berkata di SN 16.13 bahwa ada lima hal yang akan menjadi penyebab Dhamma yang asli tidak dikenali lagi dan ini terjadi secara bertahap.

* Tidak adanya rasa hormat pada Dhamma, yakni Sutta Sang Buddha dalam 4 Nikaya.

Sang Buddha berkata di SN 20.7 bahwa di masa depan orang-orang tidak ingin mendengarkan dan menguasai khotbah-khotbah Sang Buddha. Mereka lebih menyenangi untuk mendengarkan dan menguasai kata-kata para siswanya, dan ini hanya persajakan belaka, dibandingkan dengan Sutta Sang Buddha.

“Bahucaccan ca sippan ca
vinayo ca susikkhito
Sushasita ca ya vaca
Etam mangalamuttamam”

“Banyak Belajar, dan memiliki keterampilan,
Disiplin yang terlatih baik,
Tutur kata apapun diucapkan dengan baik
Inilah Berkah Utama”


Referensi/sumber bacaan :
- Samatha dan Vipassana - Bhikkhu Dhammavuddho Mahathera
- Beberapa Artikel Buddhis dari Internet




Minggu, Mei 29, 2011

Ceramah Dhamma

  
KEHILANGAN KESADARAN
By: Bhante Kamsai

(Sinopsis / Submitted by:  Untung )

Rekan-rekan Se-Dhamma, Salam Sejahtera,
Apakah benar yang melihat adalah mata kita, yang mendengar adalah kuping kita, yang mencium adalah hidung kita, atau kita merasakan sesuatu lewat sentuhan kulit kita?

Apakah sering mata kita melihat tetapi kita tidak sadar apa yang kita lihat? Telinga kita mendengar namun kita tidak tahu apa yang kita dengar. itulah saat dimana kita kehilangan kesadaran. Kehilangan kesadaran disini bukan berarti pingsan. Yang dimaksud kehilangan kesadaran adalah kita tidak sadar akan apa yang sedang kita lakukan, apa yang sedang terjadi dengan kita.

Sesungguhnya mata kita tidak benar-benar melihat. mata hanya sekedar alat penangkap obyek yang harus diteruskan ke bathin kita sehingga kita dapat menyadari apa yang kita lihat. Jika kita saat itu kehilangan kesadaran kita atau tidak menyadari moment saat itu, maka saat itu kita sama saja seperti orang buta.

Banyak sekali penderitaan yang muncul akibat kita tidak dapat menyadari setiap moment dalam kehidupan kita. Bhante Kamsai dalam ceramah kebaktian minggu di Vihara Pluit Dharma Sukha memakai istilah ’saat itu batin meninggalkan rumah’. Kita tidak menyadari apa yang terjadi dengan jasmani/tubuh sebagai rumah saat itu.

Kita di dera oleh kekhawatiran, kecemasan akan sesuatu yang belum terjadi. Artinya saat itu kesadaran kita tidak berada di moment saat itu. Kesadaran kita melanglang buana ke masa depan yang kita tidak tahu pasti. muncullah cemas, takut, gelisah dan sebagainya.

Sesungguhnya kita sering melakukan latihan untuk kehilangan kesadaran. Apakah anda mengemudikan kendaraan sambil mendengarkan musik? dimana kesadaran anda saat itu? berpindah-pindah antara mendengar dan melihat?

Berapa sering anda menonton televisi sambil makan? apa yang anda sadari? rasa makanan itu atau perasaan sedih jika yang kita tonton merupakan film drama menyedihkan. yang mana anda rasakan?

Bhante Kamsai tidak benar-benar membabarkan seperti apa yang saya tuliskan diatas tetapi saya menangkap esensinya seperti itu. Mungkin saja saya salah. Silakan  anda mendengarkan apa yang beliau babarkan.

Jika anda seorang ibu rumah tangga, suami di PHK sedangkan anak-anak perlu sekolah. Anda bingung tidak tahu harus berbuat apa. Kondisi itu muncul dalam sesi tanya jawab dalam bentuk pertanyaan kepada Bhante Kamsai. Bagaimana Bhante menjawabnya? Apa yang harus anda lakukan?.


ê


Disini Anda Bisa Mendengarkan Ceramah Dhamma secara On Line dari Penceramah Top seperti Cornelis Wowor,Tan Chao Ming, Bhikkhu Sangha dll.



Sang Penunjuk Jalan


SANG PENUNJUK JALAN

Oleh : Tanhadi


Suatu ketika Sang Pengembara berada dipersimpangan jalan dan bertanya kepada Sang Penunjuk Jalan .

Sang Pengembara : “Permisi, aku mau bertanya..., Jalan mana yang harus kutempuh dari sini?”

Sang Penunjuk Jalan : “Tergantung pada kamu mau kemana,”

Sang Pengembara : “Kemana saja….”.

“Kalau begitu, jalan manapun boleh,” demikian Sang Penunjuk Jalan mengatakan.


Teman-teman se-Dhamma, 

Semua agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran menurut versinya masing-masing, sehingga setiap orang mempunyai hak dan kebebasan untuk memilih agama yang sesuai dengan keyakinannya masing-masing.

Demikian pula seyogyanya diantara umat yang beragama, tak peduli apapun agamanya , bahkan kepada yang tidak beragama pun kita seharusnya dapat saling menghormati , saling mengasihi , saling bahu-membahu dan saling tolong-menolong sebagai cerminan bahwa agama yang telah dipilihnya tersebut adalah agama yang benar-benar dapat memberikan manfaat bagi kedamaian, ketentraman , kesejahteraan dan kebahagiaan bagi semua makhluk tanpa kecuali.



˜



Aturan sederhana berbahagia


ATURAN SEDERHANA BERBAHAGIA



Seorang lelaki berumur 92 tahun yang mempunyai selera tinggi, percaya diri, dan bangga akan dirinya sendiri, yang selalu berpakaian rapi setiap hari sejak jam 8 pagi, dengan rambutnya yang teratur rapi meskipun dia buta, masuk ke panti jompo hari ini. Istrinya yang berumur 70 tahun baru-baru ini meninggal, sehingga dia harus masuk ke panti jompo.    

Setelah menunggu dengan sabar selama beberapa jam di lobi, Dia tersenyum manis ketika diberi tahu bahwa kamarnya telah siap. Ketika dia berjalan mengikuti penunjuk jalan ke elevator, aku menggambarkan keadaan kamarnya yang kecil, termasuk gorden yang ada di jendela kamarnya.    

“ Saya menyukainya” , katanya dengan antusias seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun yang baru saja mendapatkan seekor anjing.

“ Pak, Anda belum melihat kamarnya, tahan dulu perkataan tersebut” .

“ Hal itu tidak ada hubungannya” , dia menjawab.

“ Kebahagiaan adalah sesuatu yang kamu putuskan di awal. ...   

Apakah aku akan menyukai kamarku atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana perabotannya diatur tapi bagaimana aku mengatur pikiranku.  Aku sudah memutuskan menyukainya. Itu adalah keputusan yang kubuat setiap pagi ketika aku bangun tidur.    

Aku punya sebuah pilihan; aku bisa menghabiskan waktu di tempat tidur menceritakan kesulitan-kesulitan yang terjadi padaku karena ada bagian tubuhnya yang tidak bisa berfungsi lagi, atau turun dari tempat tidur dan berterima kasih atas bagian-bagian yang masih berfungsi.    

Setiap hari adalah hadiah, dan selama mataku terbuka, aku akan memusatkan perhatian pada hari yang baru dan semua kenangan indah dan bahagia yang pernah kualami dan kusimpan. Hanya untuk kali ini dalam hidupku.    

Umur yang sudah tua adalah seperti simpanan dibank. Kita akan mengambil dari yang telah kita simpan. Jadi, nasehatku padamu adalah untuk menyimpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenangan kita.

Terima kasih padamu yang telah mengisi bank kenanganku.  Aku sedang menyimpannya “ .


Ingat-ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia:    

1. Bebaskan hatimu dari rasa benci.
2. Bebaskan pikiranmu dari segala kekhawatiran.
3. Hiduplah dengan sederhana.
4. Berikan lebih banyak (give more)
5. Jangan terlalu banyak mengharap (expectless).



oooOOooo


10 Karakter sifat yang disukai


10 KARAKTER SIFAT YANG DISUKAI



KETULUSAN
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

KERENDAHAN HATI
Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendahan hati justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

KESETIAAN
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

BERSIKAP POSITIF
Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan sebagainya.

KECERIAAN
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

BERTANGGUNG JAWAB
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

PERCAYA DIRI
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

BERJIWA BESAR
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

EASY GOING
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

EMPATI
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.


oooOOooo


Selasa, Mei 24, 2011

Falsafah Tikus


FALSAFAH TIKUS



Di dalam sebuah hutan, hiduplah seekor tikus ahli filsafat.

Ia mengetahui satu hal yang tidak pernah diketahui hewan-hewan lain. Ia yakin bahwa gelisah bisa membunuh seseorang. Sebab, gelisah bisa membunuh kebahagiaan, memadamkan kilauan cahaya dan menghilangkan kenyamanan. Selain itu, kegelisahan juga bisa menghancurkan akal, batin dan fisik.

Pada suatu hari, ia ingin mengajari teman-teman dan anak-anaknya dengan pelajaran tersebut. Tetapi sang tikus tidak ingin pelajarannya sekadar didengar dan dihafal saja. Ia ingin pelajaran itu dipraktekkan dan tertanam dalam sanubari.

Ketika sedang berceramah dihadapan hewan-hewan tersebut, tiba-tiba muncullah seekor singa. Tikus sang filosof kemudian berkata, "Tuan singa, aku hendak mengatakan sesuatu. Aku berharap engkau mau memberikan jaminan keamanan kepadaku."

Sang singa menjawab, "Aku menjamin keamananmu, wahai tikus yang pemberani."

Tikus kemudian berkata, "Di hadapan semua hewan-hewan ini, aku hendak menyatakan bahwa aku mampu membunuhmu jika engkau memberiku waktu selama sebulan penuh. Seluruh penghuni hutan ini akan melihat hal itu."

Mendengar hal itu, sang singa langsung tertawa. Dengan nada mengejek, dia berkata, "Engkau mau membunuhku?"

"Benar", jawab filosof tikus mantap dan percaya diri.

"Aku setuju. Tetapi jika engkau tidak bisa melakukannya, engkau akan kupancung di depan semua hewan. Waktunya sebulan mulai dari sekarang."

"Baik, aku setuju."

Sepuluh hari telah berlalu dan singa sama sekali tidak pernah memikirkan ancaman tikus tersebut. Akan tetapi, beberapa hari kemudian, terbersit dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya hendak dilakukan oleh tikus itu? Kenapa ia kelihatan begitu meyakinkan? Bagaimana kalau ancaman itu benar-benar terjadi?"

Beberapa saat kemudian ia tertawa jungkir balik sambil berkata, "Bagaimana mungkin si tikus mampu membunuhku sedangkan aku punya anak-anak yang akan membelaku? Walaupun ia mengerahkan seluruh tikus yang ada sekalipun, tidak mungkin bisa membunuhku."

Beberapa hari kemudian, bisikan tersebut kembali hadir dalam benaknya. Untuk kali ini, ia merasakan bahwa bisikan tersebut terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Waktu terus berjalan dan batas waktu yang ditentukan hampir berakhir. Sementara itu, sang tikus tidak datang untuk mencabut pernyataannya ataupun menyerah. Justru, filosof tikus malah terus mengumumkan ancamannya ke seluruh penghuni hutan.

Melihat kenyataan tersebut, sang singa terus berpikir, "Apakah filosof tikus mempunyai senjata yang ampuh atau telah mengumpulkan kekuatan yang luar biasa, atau membuat jebakan yang mematikan?"

Hari demi hari berganti dan pikiran-pikiran tersebut selalu muncul hingga membuat singa tidak doyan makan dan minum. Dia selalu memikirkan nasib dan akhir yang begitu mengerikan, seperti ancaman tikus tersebut.

Sebelum hari yang ditentukan tiba, tepatnya pada pagi hari yang
kedua puluh lima , hewan-hewan menemukan singa tersebut telah mati di dalam kandangnya.

Dia telah terbunuh oleh perasaan was-was dan ketakutan. Daging dan lemaknya telah terbakar oleh kesedihan yang ia rasakan, padahal sang tikus tidak pernah melakukan tipu muslihat atau merancang persengkongkolan apapun. Ia hanya mengetahui sebuah rahasia, bahwa menunggu musibah, memperkirakan bencana dan was-was terhadap sebuah tragedi adalah senjata ampuh yang bisa membunuh jagoan pemberani ataupun sang perkasa yang tidak punya rasa takut.

Jangan pernah menyia-nyiakan waktu

Kebanyakan orang tidak pernah menghiraukan hari-hari yang dijalaninya, karena sibuk untuk masa depan. Cita-cita telah membuatnya lupa manisnya kehidupan yang sedang dia jalani. Yang ada hanyalah ketakutan akan masa depan. Mereka selalu resah dengan hari-hari yang akan datang.

Mereka selalu berpikir bagaimana seandainya kehilangan pekerjaan? Bagaimana dia akan memberi makan anak-anak? Apa yang akan dia katakan kepada teman-teman? Serta bagaimana nasibnya kemudian?

Kalau kegelisahan mengenai hal-hal tersebut mampu diatasi, dia akan memikirkan hal-hal lain. Bagaimana seandainya dia menderita sakit, buta atau kaki buntung? Bagaimana bentuk tubuhnya nanti? Bagaimana dia akan menanggung semua itu?

Yang ada di dalam kepala hanyalah musibah dan musibah. Barangkali, mobil yang dinaiki akan mengalami kecelakaan, barangkali pesawat yang ditumpangi akan jatuh, barangkali kapal yang ia naiki akan tenggelam dan barangkali saja bangunan tempat dia tinggal akan runtuh.

Dia pun takut kalau sampai hal-hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi. Orang seperti ini akan menjadi mangsa empuk serigala buas bernama kegelisahan dan makanan lezat hantu bernama kesedihan.


Disini dapat kita lihat bagaimana dampak dari Kegelisahan dan kekhawatiran yang terus menerus dipelihara dan dipikirkan sehingga membuat kita tidak bisa membuat keputusan yang mana yang benar dan yang salah.

]˜


10 Racun dalam diri


10 RACUN DALAM DIRI



·       Racun pertama : Menghindar
Gejalanya, lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.

Antibodinya : Realitas

Cara : Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan dengan keras.

·       Racun kedua : Ketakutan
Gejalanya, tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkimpoian, kesulitan seksual.

Antibodinya : Keberanian

Cara : Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalah pertahanan diri paling ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Kebenarian merupakan merupakan proses reedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.

·       Racun ketiga : Egoistis
Gejalanya : Nyinyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.

Antibodinya : Bersikap sosial.

Cara : Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui orang yang tidak mengharapkan apapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

·       Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.

Antibodinya : Ambisi

Cara : Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

·       Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejala : Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.

Antibodinya : Keyakinan diri.

Cara : Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang yakin dirinya aka kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih. Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.

·       Racun keenam : Narsistik
Gejala : Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.

Antibodinya : Rendah hati.

Cara : Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

·       Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejala : Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang di dunia.

Antibodinya : Sublimasi

Cara : Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain.

·       Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejala : Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.

Antibodinya : Kerja

Cara : Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.

·       Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejala : Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.

Antibodinya : Kontrol diri

Cara : Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagaman kultur dan agama.

·       Racun kesepuluh : Kebencian
Gejala : Keinginan balas dendam, kejam, bengis.

Antibodinya : Cinta kasih

Cara : Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Simpanlah paket tiket untuk perasaan tidak bahagia dan mengaculah pada paket tiket ini saat kita sedang mengalami rasa depresi dan tidak bahagia. Gunakan sebagai sarana pertolongan pertama dalam kondisi mental gawat darurat demi terhindar dari ketidakbahagiaan berlanjut pada masa mendatang.


]˜