Minggu, Desember 29, 2013

Hukum Kamma

HUKUM KAMMA

Di dunia ini ia menderita,
di dunia sana ia menderita;
pelaku kejahatan menderita di kedua dunia itu.
Ia akan meratap ketika berpikir, " Aku telah berbuat jahat," dan
ia akan lebih menderita lagi ketika berada di alam sengsara.
(Dhammapada.17)

Ada sebuah kisah nyata, yang terjadi sekitar 46 tahun yang lalu…...

Di Thailand terdapat sebuah Vihara yang jauh dari desa maupun kota. Di lingkungan Vihara, ada pohon bodhi yang sangat besar, umurnya diperkirakan sudah ratusan tahun. Pada hari itu Bhante Wongsin dan gurunya (Luangpu Jagaro) yang pada waktu itu menjadi kepala Vihara di sana menunjukkan kepada Bhante Wongsin seorang wanita yang sedang menari-nari sambil bertepuk tangan dan berteriak : "Selamat jalan anakku, selamat jalan anakku, kita tidak lama akan bertemu lagi.

Berulang-ulang ia ucapkan kata-kata itu. Ya..... wanita tersebut memang terganggu kejiwaannya. Wanita tersebut bernama Duen yang artinya bulan.

Bhante Wongsin bertanya kepada gurunya, "Apa yang menyebabkan wanita itu menjadi gila?" Lalu Luangpu Jagaro mulai menceritakan kehidupan wanita yang dimaksud di atas tadi.

Sekitar 45 tahun yang lalu, kehidupan wanita itu amatlah jaya. Itu disebabkan karena ia berhasil dalam pekerjaannya, tapi sayangnya pekerjaan itu amatlah bertentangan dengan ajaran agama. Pekerjaannya adalah sebagai Penggugur Kandungan atau Aborsi.

Sebelumnya wanita itu sering dinasehati oleh para bhikkhu bahwa pekerjaan itu tidak baik, disarankan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, yaitu pekerjaan yang tidak melanggar sila. Karena bila hal itu terus dilakukan akan mengakibatkan penderitaan di masa yang akan datang. Tapi wanita itu menjawab, "Bhante, saya ingin mencari uang yang cukup banyak, setelah cukup maka saya akan berhenti, saya sanggup menanggung semua resiko bahkan yang terburuk sekalipun."

Dari pekerjaannya menggugurkan kandungan, ia mendapatkan banyak uang. Penghasilannya bisa mencapai 500 sampai 1.000 Baht perharinya, maka tidak heran ia bisa membangun rumah yang sangat besar dan mewah. Kemudian ia menikah dengan seorang laki-laki yang menjadi pilihannya.

Namun, dua bulan kemudian rumahnya yang megah itu habis terbakar, ia menjadi miskin dan kehidupannya kembali seperti dulu, menjalankan pekerjaan sebagai penggugur kandungan. Tetapi pasiennya tidaklah sebanyak dulu.
Kian hari pasiennya kian sedikit. Satu tahun kemudian wanita tersebut melahirkan seorang bayi laki-laki yang gemuk, manis dan sangat lucu. Kehadirannya membawa kebahagiaan bagi sepasang suami istri itu.

Tapi sayangnya kehidupan tidak berpihak kepadanya. Rumah yang dulu megah berubah menjadi gubuk yang sangat sederhana. Karena kesederhanaannya itu, banyak anjing yang dapat keluar masuk dengan mudah ke gubuk tersebut, lalu memakan beras milik si wanita tadi. Beras yang dengan susah payah ia dapat kian hari kian berkurang,sehingga membuatnya jengkel.

Suami istri itu kemudian berencana untuk membalas dendam kepada anjing-anjing itu. Maka keduanya kemudian menyiapkan rencana untuk melaksanakan hal tersebut bila anjing-anjing tersebut datang kembali ke gubuk mereka untuk mencuri beras mereka.

Menjelang larut malam saat suami istri itu tertidur, terdengar suara yang mencurigakan. Si istri terbangun kemudian membangunkan suaminya untuk menjalankan rencana buruk mereka. Mereka siap dengan pedang yang sudah diasah,secepat kilat sang suami mengayunkan pedang tersebut ke arah suara yang mencurigakan, dan.....kreeek!!! Sekali penggal, tidak terdengar lagi suara apapun, setelah itu dengan geram dipotong-potongnya tubuh itu menjadi 12 bagian.

Lalu setelah selesai, suami istri itu bergegas menyalakan pelita (karena saat itu belum ada penerangan dengan menggunakan listrik) untuk mengetahui apakah makhluk tersebut telah menerima ajalnya.

Namun betapa terkejutnya pasangan suami istri itu, setelah mengetahui apa yang telah mereka lakukan. Makhluk yang telah dibunuhnya ternyata bayinya sendiri yang dikira seekor anjing yang sering mencuri beras di gubuknya.

Bayi yang sangat disayanginya telah penuh dengan lumuran darah dan sudah tidak berbentuk,yang terlihat cuma potongan-potongan daging akibat sabetan pedang. Suami istri itu tidak percaya akan apa yang dilihatnya, semuanya sudah terlanjur terjadi, ia hanya bisa menangis sejadi-jadinya sambil berteriak-teriak hingga akhirnya ia pingsan karena terkejut dan sangat menyesal.

Keesokan harinya setelah mayat anaknya dikremasi, suaminya ditangkap dan ditahan karena dituduh telah membunuh secara keji dan terencana. Sedangkan Duen, ibu dari sang anak tersebut merasa sangat sedih dan merasa sangat menyesal. Karena penyesalan dan kesedihan yang tidak habis-habisnya ia kemudian kehilangan kesadarannya.

Mungkin inilah akibat dari hasil perbuatan yang telah ia lakukan karena menekuni pekerjaan yang salah yaitu membantu orang lain menghilangkan nyawa makhluk lain.

Walaupun makhluk tersebut mungkin masih berupa gumpalan darah atau belum berwujud manusia, namun di dalamnya telah terdapat unsur kehidupan, sehingga jika unsur itu ia hilangkan, maka ia telah melakukan pembunuhan.

Dan hal ini telah ia lakukan secara berulang-ulang tanpa merasa takut ataupun menyesal sehingga bila saatnya tiba maka sesalpun akan datang, namun sayang penyesalan selalu datang terlambat.

Oleh sebab itu maka kita seharusnya senantiasa berhati-hati dalam bertindak karena perbuatan buruk yang ditanam akan menghasilkan akibat yang buruk pula jika dilaksanakan. Ini adalah hukum yang abadi dan akan berlaku sampai kapanpun juga.

Sumber : Indo community




Jumat, Desember 27, 2013

Paritta Suci Theravada (II. Tuntunan Puja Bakti) : 20-21. Ettavatatiadipattidana


20.  ETTAVATATIADIPATTIDANA
(Pelimpahan Jasa Berawalkan Kata Ettawata)

Pemimpin puja bakti :

Handa mayang attawatati-adipattidanang karoma se.

Marilah kita melakukan pelimpahan jasa yang diawali dengan kata ettawata.

Bersama-sama :

Ettawata ca amhehi
Sambhatang punnyasampadang
Sabbe dewanumodantu 
Sabbasampatti-siddhiya 

Ettawata ca amhehi 
Sambhatang punnyasampadang 
Sabbe Bhutanumodantu 
Sabbasampatti-siddhiya 

Ettawata ca amhehi 
Sambhatang punnyasampadang 
Sabbe Sattanumodantu 
Sabbasampatti-siddhiya 

Akasattha ca bhummattha 
Dewa naga mahiddhika 
Punnyang tang anumoditwa 
Rakkhantu lokasantikang.

Akasattha ca bhummattha
Dewa naga mahiddhika 
Punnyang tang anumoditwa
Imang rakkhantu ratthakang1
Idang wo natinang hotu. 
sukhita hontu natayo.     

Idang wo natinang hotu. 
sukhita hontu natayo.   
  
Idang wo natinang hotu. 
sukhita hontu natayo.     

Dewo wassatu kalena. 
Sassasampatti hotu ca. 
Phito Bhawatu loko ca. 
Raja bhawatu dhammiko.   

Akasattha ca bhummattha 
Dewa naga mahiddhika 
Punnyang tang anumoditwa 
Cirang rakkhantu sasanang.

Akasattha ca bhummattha 
Dewa naga mahiddhika 
Punnyang tang anumoditwa 
Cirang rakkhantu desanang.
Akasattha ca bhummattha 
Dewa naga mahiddhika 
Punnyang tang anumoditwa 
Cirang rakkhantu mang pare2

Semoga para dewa turut bersukacita
atas timbunan kebajikan
yang telah kami capai dan timbun sebanyak ini
demi keberuntungan dan keberhasilan.

Semoga para makhluk halus turut bersukacita
atas timbunan kebajikan
yang telah kami capai dan timbun sebanyak ini
demi keberuntungan dan keberhasilan.

Semoga semua makhluk hidup turut bersukacita
atas timbunan kebajikan
yang telah kami capai dan timbun sebanyak ini
demi keberuntungan dan keberhasilan.

Para dewa yang bersemayam di angkasa dan di bumi,
juga para naga3, mereka yang perkasa;
setelah turut bersukacita atas jasa ini,
semoga memelihara ketenteraman dunia.

Para dewa yang bersemayam di angkasa dan di bumi,
juga para naga, mereka yang perkasa;
setelah turut bersukacita atas jasa ini,
semoga melindungi negeri (Indonesia) ini.

Semoga timbunan jasa ini melimpah pada sanak keluarga.
Semoga sanak keluarga berbahagia.

Semoga timbunan jasa ini melimpah pada sanak keluarga.
Semoga sanak keluarga berbahagia.

Semoga timbunan jasa ini melimpah pada sanak keluarga.
Semoga sanak keluarga berbahagia.

Semoga hujan turun menurut waktunya.
Semoga tanaman tumbuh dengan subur.
Semoga dunia menjadi makmur.
Dan semoga pemerinta (raja) bertindak benar.

Para dewa yang bersemayam di angkasa dan di bumi,
juga para naga, mereka yang perkasa;
setelah turut bersukacita atas jasa ini,
semoga selalu melindungi Ajaran. 

Para dewa yang bersemayam di angkasa dan di bumi,
juga para naga, mereka yang perkasa;
setelah turut bersukacita atas jasa ini,
semoga selalu melindungi pembabaran Dhamma. 

Para dewa yang bersemayam di angkasa dan di bumi,
juga para naga, mereka yang perkasa;
setelah turut bersukacita atas jasa ini,
semoga selalu melindungi semuanya4
_______________________________
 1 Saat membaca baris ini, perhatian diarahkan pada negeri Indonesia.

2 Pengharapan perlindungan bagi para dermawan atau bagi tempat seperti vihara dsb. dapat dilakukan. Melakukannya di saat sebelum mengucapkan bait ini. Untuk pengharapan perlindungan bagi tempat seperti vihara dsb., ulangi tiga baris pertama bait ini lalu ganti baris keempat dengan, 'Imang rakkhantu watthukang'. Dan, saat mengucapkan kata 'watthukang', arahkan pikiran pada vihara atau tempat yang dimaksud. Untuk pengharapan perlindungan bagi para dermawan, ganti baga melindungi tempat ini;ris keempat dengan, ' Cirang rakkhantu dayake'. Dan, saat mengucap kata 'dayake', arahkan pikiran pada para dermawan yang dimaksud.

3 Naga disini adalah sebutan dewa yang berkuasa atas perairan; dalam syair ini tercakup tiga jenis dewa perkasa yang berkuasa atas ketiga wilayah; Angkasa, daratan dan perairan.

4 Untuk pembacaan perlindungan bagi tempat (wattukang) seperti vihara, bangunan dsb. di sebelum bait ini, ucapkan tiga baris pertama bait tersebut lalu ganti baris ke empat dengan 'Semoga melindungi vihara...ini; ' Semoga melindungi gedung...ini ; dsb. sesuai dengan tempat yang dituju. untuk pembacaan perlindungan bagi para dermawan (dayake), ganti baris terakhir dengan, 'Semoga selalu melindungi para dermawan'. 


21.  PENUTUP

Apabila puja bakti dihadiri bhikkhu/samanera, sebelum penutupan, bhukkhu/samanera dapat dimohon memberi pemberkahan. Setelah itu, hadirin membacakan Ettawatatiadipattidana.  Puja bakti ditutup dengan namakara.



CATATAN:
Bagian nomor 11 dan 12, dapat dipilih salah Satu.
Bagian nomor 13 dan 14, dapat dipilih salah satu.

< Sebelumnya







Paritta Suci Theravada (II. Tuntunan Puja Bakti) : 18-19. Dhammadesana Aradhana, Dhammadesana


18.  DHAMMADESANA - ARADHANA 1
(Permohonan Dhammadesana)
  
Brahma ca lokadhipati Sahampati 
Katanjali andhiwarang ayacatha, 
"Satidha sattapparajakkha-jatika
Desetu Dhammang anukampimang pajang."   

Brahma Sahampati, Sang penguasa dunia
beranjali2 seraya memohon,
" Di alam semesta ini, ada makhluk-makhluk yang memiliki sedikit debu di mata mereka.
Ajarkanlah Dhamma demi kasih sayang kepada mereka."
 _______________________________
1 Ibid
2 Merangkapkan kedua tangan di depan dada.

Keterangan :
Permohonan Dhammadesana ini dibacakan apabila pembabaran Dhamma dilakukan oleh bhikkhu/samanera, seusai permohonan pancasila. Pembacaan permohonan bisa dilakukan dalam acara pembabaran Dhamma di vihara, cetiya atau di tempat-tempat lain yang sesuai untuk pembabaran Dhamma.


19.  DHAMMADESANA
(Kotbah Dhamma)

Hadirin mendengarkan pembabaran Dhamma dengan sikap hormat3 dan penuh perhatian.
____________________

1 Sikap hormat ini bisa berbentuk sikap duduk tenang beranjali dan sebagainya.


Selanjutnya >

Paritta Suci Theravada (II. Tuntunan Puja Bakti) : 17.Paritta Aradhana


17.  PARITTA-ARADHANA 1
(Permohonan Paritta)


Wipatti-patibahaya,
Sabba sampatti siddhiya,
Sabba dukkha winasaya,
Parittang brutha manggalang.

Wipatti-patibahaya,
Sabba sampatti siddhiya,
Sabba bhaya winasaya,
Parittang brutha manggalang.

Wipatti-patibahaya
Sabba sampatti siddhiya,
Sabba roga winasaya,
Parittang brutha manggalang.

Untuk menolak malapetaka,
Untuk memperoleh segala rejeki,
Untuk melenyapkan semua derita,
Sudilah membacakan paritta pemberkahan.

Untuk menolak malapetaka,
Untuk memperoleh segala rejeki,
Untuk melenyapkan semua rasa takut.
Sudilah membacakan paritta pemberkahan.

Untuk menolak malapetaka,
Untuk memperoleh segala rejeki,
Untuk melenyapkan semua penyakit,
Sudilah membacakan paritta pemberkahan.

______________________________
1 Dapat dibacakan hanya oleh pemimpin puja bakti, atau bersama-sama dengan hadirin, atau dibacakan oleh pemimpin puja bakti kalimat demi kalimat kemudian diikuti hadirin.

Keterangan :

Permohonan paritta ini pada umumnya dilakukan untuk upacara-upacara khusus tertentu, seperti upacara manggala: Kelahiran, ulang tahun, pernikahan, membuka usaha baru, menempati rumah baru, dsb. Pemilik hajat bisa mengundang bhikkhu/samanera untuk membacakan paritta, baik di rumah, di tempat-tempat tertentu atau di vihara/cetiya. Permohonan ini dibacakan setelah permohonan pancasila selesai.

Selanjutnya >

Paritta Suci Theravada (II. Tuntunan Puja Bakti) : 15-16. Bhavana, Pancasila Aradhana


15.  BHAVANA
(Pengembangan Batin) 

Pemimpin puja bakti memimpin bhawana setelah itu mengakhirinya dengan kalimat :

Sabbe satta bhawantu sukhitatta.

Semoga semua makhluk berbahagia

atau

Sabbe satta sada hontu awera sukhajiwino.

Semoga semua makhluk bebas dari kedengkian, senantiasa hidup bahagia. 


16.  PANCASILA-ARADHANA
(Permohonan Lima Sila)

Apabila puja bakti dihadiri oleh bhikkhu/samanera, pembacaan Pancasila (nomor 6) dalam Tuntunan puja bakti ini ditiadakan. Selsesai membaca wacana-wacana Pali secara berurut, hadirin memohon Lima Sila kepada bhikkhu/samanera, sebagai berikut :

Hadirin :

Mayang bhante,
tisaranena saha, panca silani yacama.

Dutiyampi mayang bhante,
tisaranena saha, panca silani yacama.

Tatiyampi mayang bhante,
tisaranena saha, panca silani yacama.

Bhante, kami memohon lima sila
beserta tiga perlindungan.

Kedua kalinya, Bhante, kami memohon lima sila
beserta tiga perlindungan.

Ketigakalinya, Bhante, kami memohon lima sila
beserta tiga perlindungan.

Atau

Okasa ahang Bhante,
tisaranena saddhing, pancasiladhammang yacami.
Anuggahang katwa, silang detha me Bhante.

Dutiyampi Okasa ahang Bhante,
tisaranena saddhing, pancasiladhammang yacami.
Anuggahang katwa, silang detha me Bhante.

Tatiyampi Okasa ahang Bhante,
tisaranena saddhing, pancasiladhammang yacami.
Anuggahang katwa, silang detha me Bhante.

Perkenankanlah Bhante,
saya memohon lima sila beserta tiga perlindungan.
Anugerahkanlah padaku sila itu, Bhante.

Kedua kalinya Bhante, perkenankanlah
saya memohon lima sila beserta tiga perlindungan.
Anugerahkanlah padaku sila itu, Bhante.

Ketiga kalinya Bhante, perkenankanlah
saya memohon lima sila beserta tiga perlindungan.
Anugerahkanlah padaku sila itu, Bhante.

Bhikkhu :

Yamahang wadami tang wadetha.

Ikutilah kata yang saya ucapkan.

Hadirin :

Ama, Bhante.

Ya, Bhante.

Bhikkhu :

Namo tassa bhagawato arahato sammasambudhhassa.
(tikkattung)

Terpujilah Sang Bhagawa, Yang Mahasuci, Yang telah mencapai Penerangan Sempurna.
(tiga kali)

Hadirin : (mengikuti)

Bhikkhu : (mengucapkan saranagamana)

Hadirin : (Mengikuti)

Bhikkhu :

Saranagamanang paripunnang.

Saranagamanang telah lengkap diberikan.

Hadirin :

Ama, Bhante.

Ya, Bhante.

Bhikkhu : (Mengucapkan pancasila)

Hadirin : (Mengikuti)

Bhikkhu :

Imani pancasikkhapadani.
Slena sugating yanti.
Silena bhogasampada.
Silena nibbuting yanti.
Tasma silang wisodhaye.

Ini adalah lima pelatihan sila.
Dengan merawat sila, tercapai alam bahagia.
Dengan merawat sila, diperoleh kekayaan (lahir dan batin)
Dengan merawat sila, tercapai padamnya kilesa.
Oleh karena itu, rawatlah sila dengan sempurna.

Hadirin :

Sadhu, sadhu, sadhu.

Baiklah, baiklah, baiklah1
__________________________

1 Pengertian lain kata 'sadhu' adalah ' semoga tercapai harapan'

Selanjutnya >