Sabtu, Desember 29, 2012

Kisah Seekor Kerbau


KISAH SEEKOR KERBAU



Sebuah pelajaran tentang kesabaran terhadap yang lemah.

Pada suatu ketika Sang Bodhisattva lahir kembali sebagai seekor kerbau liar. Tabiat kerbau liar itu jauh dari ramah tamah, mukanya selalu marah dan matanya bengis. Demikian juga halnya dengan kerbau kita, penjelmaan dari Sang Bodhisattva. Hanya bedanya ialah, bahwa di dalam hati ia sebenarnya tidak seperti apa yang terlihat di luarnya. Dari luar kelihatan menakutkan dan bengis, tetapi di dalam ia lemah lembut hatinya. Watak demikian tidak dapat dikatakan watak kerbau biasa.

Memang kerbau kita itu pemurah lagi lemah lembut perasaannya. Itulah sifat-sifat luhur yang senantiasa diutamakannya. Tidak ada seekor binatang pun yang pernah disakitinya. Sebaliknya ia sendiri tidak pernah diganggu oleh binatang-binatang yang lain diam di hutan itu. Meskipun kelihatan galak dan bengis, mereka tidak takut kepadanya, sebab mereka tahu bahwa ia peramah dan halus perasaannya. Tetapi ada kalanya orang menyalah-gunakan kebaikan hati orang lain.

Dan demikianlah terjadi atas kerbau kita itu. Di dalam hutan itu juga tinggal seekor kera kecil. Pada umumnya kera suka menggoda binatang-binatang yang lain. Tetapi kera kecil ini memang terlalu nakal. Terhadap binatang-binatang yang lain ia tak berani, sebab ia tahu, bahwa akan mendapatkan balasan yang setimpal. Tetapi terhadap kerbau yang baik hati itu ia berani benar, dan caranya mengusik kadang-kadang melampaui batas. Sedikit godaan tidaklah mengapa, setiap orang dapat menerimanya. Tetapi godaan kera kecil terhadap kerbau itu memang sudah di luar batas. Ia mengerti betul kerbau itu tidak akan membalas sedikit pun.

Maka panjang hari terus-menerus kerbau itu digodanya, lebih dari itu, ia berusaha supaya kerbau itu timbul marahnya. Suatu ketika, ia sekonyong-konyong melompat ke atas punggungnya pada waktu kerbau itu sedang enak-enaknya tidur-tiduran. Ia juga melompat-lompat dari tanduk kanan ke tanduk kiri berkali-kali, sehingga kerbau itu pusing kepalanya. Suatu waktu ia duduk di kepala kerbau dan menutup matanya, justru pada saat kerbau itu di tepi sungai hendak melangkah ke dalam air, sehingga jatuh tersungkur.

Kalian dapat memahami, bahwa perbuatan-perbuatan kera itu bukan lagi usikan biasa dan godaan yang sangat menyakitkan hati itu terus berlangsung setiap hari. Namun kerbau itu tidak pernah marah dan hanya tinggal diam terhadap apa yang dilakukan kera itu atas dirinya.

Pada suatu hari kerbau itu sedang berjalan-jalan makan angin, dan kera nakal itu duduk dipunggungnya. Dengan sebilah tongkat dipukulnya kerbau itu berkali-kali, agar jalannya lebih cepat lagi. Ketika kera itu sedang memukul-mukul tongkatnya, datanglah dayang hutan. Ia sendiri sering mendapat gangguan dari kera nakal itu. Dalam hatinya ia merasa geram terhadap kera tersebut. Dan pada waktu ia melihat bagaimana kera itu mempermainkan kerbau yang baik hati, hampir-hampir ia tak dapat menguasai dirinya. Ia menghampiri kerbau dan bertanya apa sebab ia diam saja dipemainkan si kera nakal itu.

Menurut pendapatnya, sudah selayaknya kalau kerbau itu memberi pelajaran yang keras kepada penggoda kecil itu. Mengapa tidak dicincang saja dengan tanduknya? Atau dijitak saja dengan kakinya hingga mati?

Kerbau memandang dayang hutan dengan pandangan yang menunjukkan penyesalan dan menjawab, “Mengapakah kamu berkata demikian? Pertama-tama saya sedang melatih diri mengutamakan kesabaran dan sangat berterima-kasih kepada kera ini, karena ia memberi kesempatan kepada saya untuk memperkuat rasa kesabaran saya. Kedua, adalah mudah sekali untuk menyakiti atau membunuh makhluk lain apabila kita tahu, bahwa kita sendiri lebih kuat daripadanya. Benarkah atau tidak perkataan saya itu? Lagipula, lebih baik si kera ini menggoda saya daripada menggoda binatang-binatang lain yang jelas naik darah dan mungkin akan mencelakakannya. Barangkali pada suatu hari ia akan insaf dan mengerti, bahwa ia telah berbuat yang tidak benar.”

Itulah yang diharap-harapkan dengan sangat oleh kerbau itu, dan selama kera itu belum berubah sifatnya, selama itu pula ia terus menjalankan Dharma kesabarannya.

Dayang hutan menggeleng-geleng kepalanya. Ia berpendapat, bahwa pikiran kerbau itu baik juga, tetapi ia tidak dapat menyetujui seluruhnya. Segala sesuatu harus ada batasnya, demikian pikirnya. Ia tidak tahu, bahwa kerbau itu adalah Sang Bodhisattva sendiri. Sesudah memberi teguran yang keras kepada kera supaya memperbaiki kelakuannya, maka dayang hutan meneruskan perjalanannya.

-oOo-




Kisah Seekor Gajah


KISAH SEEKOR GAJAH




Sebuah cerita pengorbanan seekor binatang untuk menyelamatkan manusia.

Pada suatu ketika Sang Maha Agung kembali ke dunia sebagai seekor gajah. Tempat ditinggalnya di dalam hutan. Di dalam hutan ini terdapat gunung-gunung dan sebuah danau yang dalam. Dan seluruhnya dikelingi padang pasir yang sangat luas. Untunglah tak ada manusia hidup di sini. Dan walaupun gajah itu hidup sebatang kara, ia merasa aman dan bahagia.

Pada suatu hari, ketika sedang bercengkrama di tepi hutan, terdengar olehnya suara manusia. Suara itu datang dari arah padang pasir. Dan karena tidak mungkin orang berada di padang pasir untuk bersenang-senang, maka tentulah suara itu ratapan manusia tersesat atau yang dalam kesusahan. Dan…demikianlah kenyataannya!

Aku tak dapat menghitung berapa mengitung berapa ratus orang yang ada pada waktu itu. Dan semuanya dalam keadaan payah. Mereka meratap-ratap minta tolong, karena lapar dan dahaga. Dan ketika mereka melihat seekor gajah besar menuju ke tempat mereka, maka mereka berpikir bahwa ajal sudah sampai. Gajah itu tentu akan membunuh mereka semua. Sebab mereka tidak tahu, bahwa gajah itu adalah Sang Bodhisattva, yang hatinya penuh dengan rasa belas kasihan terhadap mereka yang sedang ditimpa mala-petapa. Ia hanya memberi pertolongan.

Dengan suaranya meraung seperti terompet, gajah itu menanyakan hal ihkwal mereka. Maka barulah orang-orang itu mengerti, bahwa mereka berhadapan dengan seekor gajah yang luar biasa.

Maka diterangkan kepadanya, bahwa mereka adalah orang-orang buangan. Beberapa ratus di antara mereka telah meninggal di tengah jalan dan sekarang mereka sendiri tak tahu lagi apa yang harus mereka jalankan. Padang pasir itu sangat luas; makanan dan minuman mereka telah habis.

Gajah tahu benar, bahwa di dalam hutan tak ada makanan untuk mereka. Ia juga mengerti bahwa orang-orang itu tidak bisa meneruskan perjalanan mereka, jika tidak membawa bekal yang cukup banyak. Bagi dia masih ada satu jalan jika hendak menolong mereka. Dan ia bertetap hati akan memberi pertolongan mereka. Dan apa yang akan diperbuatnya nanti sangat memilukan hati kita, tetapi tidak usah disesalkan nantinya.

Sambil menunjuk ke sebuah gunung, gajah berkata kepada orang-orang itu, supaya mereka pergi ke gunung itu, kalau mereka hendak selamat. Di kaki gunung itu ada sebuah danau dengan airnya yang jernih dan di dekatnya mereka akan mendapatkan seekor gajah yang sudah mati. Dagingnya supaya dipakai untuk persediaan makanan mereka. Lalu usus-ususnya dapat dipakai untuk kantong-kantong air dari danau itu. Dengan demikian mereka akan tertolong. Orang-orang buangan itu menjalankan petunjuk-petunjuk gajah. Sementara itu ia sendiri mendaki gunung itu dari sisi lain dan dari puncaknya ia menjatuhkan diri ke bawah, dengan keyakinan bahwa perbuatannya yang penuh perikemanusiaan itu akan mengangkat dirinya menjadi Buddha.

Segala apa yang diberitahukan oleh gajah tadi telah ditemukan oleh orang-orang buangan itu, yaitu : danau yang jernih dan tubuh gajah yang sangat menyerupai gajah yang menolong mereka. Maka mengertilah mereka apa yang terjadi.

Mula-mula mereka hendak membakar gajah itu sebagai penghormatan terakhir. Tetapi beberapa orang di antara mereka mengemukakan, bahwa dengan cara demikian pengorbanan gajah itu tak ada gunanya sama sekali. Sungguh benar pendapat itu!

Maka mereka jalankan apa yang dinasihatkan oleh gajah itu, sehingga mereka berhasil melewati padang pasir dengan selamat.

-oOo-





Jumat, Desember 28, 2012

Anda Adalah Apa yang Anda Pikirkan


ANDA ADALAH APA YANG ANDA PIKIRKAN
Oleh : Andrie Wongso


Dikisahkan, seorang ibu muda memiliki 2 orang putra. Sayangnya si putra bungsu mengalami pertumbuhan kemampuan berpikir yang lamban, tidak memiliki kecerdasan seperti sang kakak. Jadilah dia anak yang pemalu, rendah diri dan sering dilecehkan oleh teman-teman di sekolahnya.

Tugas sebagai ibu merangkap tulang punggung keluarga, membuatnya kelelahan, sehingga kelambanan si bungsu pun sering menjadi sasaran kemarahan dan kejengkelannya. Kata-kata kasar, seperti: "dasar anak bodoh" dan sejenisnya seolah menjadi santapan sehari-hari buat si bungsu.

Ucapan sang ibu maupun ejekan dari teman-teman, meyakinkan si bungsu bahwa dirinya anak yang menyusahkan dan memalukan keluarganya. Kekecewaan terhadap diri sendiri tercermin pada kegiatan yang dilakukan dari hari ke hari. Setiap bangun pagi, saat menatap wajah sendiri dari pantulan kaca cermin, dia memulai kegiatan dengan menyapa diri yang ada di cermin sambil berucap lirih dan sedih, "Si bodoh sedang mencuci muka", "Si bodoh mulai menyikat gigi," "Si bodoh lagi mandi," "Si bodoh berangkat ke sekolah," dan seterusnya.  

Waktu terus berjalan ...

Diceritakan, sebagai warga negara dewasa, ada wajib militer yang harus dijalani. Maka, si putra bungsu ini pun mendaftar dan mulai mengikuti berbagai tes: tes kesehatan, tes kemampuan fisik, dan tes yang lain. Saat hari pengumuman, dia dipanggil menghadap ke dewan penguji.

"Ah... Aku si bodoh, bisakah lolos tes kali ini?" katanya dalam hati, sambil memasuki ruangan dengan kepala tertunduk. Sungguh tidak diduga sama sekali, hasil tesnya ternyata mendapat pujian tertinggi dari dewan penguji. "Selamat anak muda! Hasil tes Anda luar biasa!! Anda sungguh pemuda yang hebat dan berbakat." Mendapat pujian seperti itu, dia seolah tidak mempercayai telinganya sendiri. Kata-kata dewan penguji adalah penemuan sisi baru dirinya yang tidak diketahui sebelumnya. Suara itu terus bergema di pikirannya, menumbuhkan kebanggaan, memotivasi setiap sikap dan tindakannya yang mencerminkan bahwa dirinya orang hebat dan luar biasa. Mulailah siklus hariannya berubah, "Aku, orang hebat sedang mandi," "Si hebat mencuci muka," "Pemuda berbakat lagi mengosok gigi," dan seterusnya. Kepercayaan diri dan citra dirinya meningkat luar biasa.



Hingga 20 tahun kemudian, si bungsu membuktikan dirinya sebagai salah seorang pengusaha sukses yang disegani, dihormati, dan menerima banyak penghargaan.  

____________________________

Netter yang Luar Biasa!

Pola pikir dan keyakinan adalah kekuatan di belakang sistem sukses yang ada di dalam diri kita. Apapun yang kita bayangkan dan kita yakini terus menerus dalam benak kita, pada akhirnya akan terwujud dalam kenyataan. Itulah hukum pikiran universal yang berlaku.

Kalau kita selalu berkata: "Mana mungkin aku bisa sukses?", "Aku sulit berhasil," maka kecenderungan sikap mental seperti itu akan disusul oleh kenyataan berupa kegagalan. Sebaliknya kalau kita berkata pada diri sendiri, "Aku bisa sukses, "Aku mampu," besar kemungkinan kita akan berusaha keras dengan berbagai cara sehingga kesuksesan bisa diraih persis seperti yang diyakini dan kita pikirkan.

Jadi tepat sekali ungkapan yang mengatakan YOU ARE WHAT YOU THINK. Anda adalah seperti apa yang Anda pikirkan! Mari, miliki citra diri yang sehat! Miliki keyakinan diri yang mantap!

Salam sukses luar biasa !!

-oOo-




Daun di Musim Gugur


DAUN DI MUSIM GUGUR
Oleh : Andrie Wongso



Pada suatu pagi hari di sebuah musim gugur, tampak seorang anak bekerja menyapu halaman luar sebuah asrama. Pohon-pohon yang rindang di sekitar situ tampak berguguran daunnya. Walaupun bekerja dengan rajin dan teliti menyapu dedaunan yang rontok, tetap saja halaman dikotori dengan ranting dan daun.

"Aduh capek deh. Biarpun menyapu dengan giat setiap hari tetap saja besok kotor lagi. Bagaimana caranya ya supaya aku tidak harus bekerja terlalu keras setiap hari?" sambil masih memegang sapu, si anak sibuk memutar otak memikirkan cara yang jitu.

Kepala asrama yang melintas di situ menghampiri dan menyapa, " selamat pagi Anakku, kenapa kamu melamun ? Apa gerangan yang sedang kamu pikirkan?" "Eh, selamat pagi paman. Saya sedang berpikir mencari cara bagaimana supaya halaman ini tetap bersih tanpa harus menyapunya setiap hari. Dengan begitu kan saya bisa mengerjakan yang lain dan tidak harus melulu menyapu seperti sekarang ini".

Sambil tersenyum si paman menjawab, "Bagaimana kalau kamu coba menggoyangkan setiap pohon agar daunnya jatuh lebih banyak. Siapa tahu, dengan lebih banyak daun yang gugur, paling tidak besok daunnya tidak mengotori halaman dan kamu tidak perlu menyapu". "Wah ide paman hebat sekali!" segera dia berlari mendekat ke batang pohon dan menggoyang-goyangkan sekuat tenaga. Semua pohon diperlakukan sama, dengan harapan, setidaknya besok dia tidak perlu menyapu lagi. "Lumayan bisa istirahat satu hari tidak bekerja", katanya dalam hati dengan gembira.

Malam hari si anak pun tidur dengan nyenyak dan puas. Ketika bangun keesokan harinya, cepat-cepat dia berlari keluar kamar. Seketika harapannya berubah kecewa saat melihat halaman yang kembali dipenuhi dengan rontokan daun-daun. Saat itu pula paman sedang ada di luar dan memperhatikan ulah nya sambil berkata " Anakku , musim gugur adalah fenomena alam. Bagaimanapun kamu hari ini bekerja keras menyapu daun2 yang rontok, esok hari akan tetap ada daun-daun yang rontok untuk di bersihkan, Kita tidak bisa merubah kondisi alam sesuai dengan kemauan kita. Daun yang harus rontok, tidak bisa ditahan atau dipaksa rontok. Maka jangan kecewa karena harus bekerja setiap hari. Nikmati pekerjaanmu dengan hati yang senang , setuju?" kata si paman memberikan sebuah pelajaran hidup yang begitu berarti. "Setuju paman. Terima kasih atas pelajarannya", segera dia berlari menghampiri sapunya.

_______________________
Pembaca yang budiman,

Kalau kita bekerja dengan suasana hati yang tidak gembira , maka semua pekerjaan yang kita lakukan akan terasa berat dan mudah timbul perasaaan bosan.

Pepatah mandarin mengatakan :

“ Selesaikan pekerjaaan hari ini dengan baik, besok masih ada pekerjaan baru yang harus diselesaikan”.

Kalau kita telah mampu menikmati setiap pekerjaan dgn penuh kesadaran dan tanggung jawab. maka setiap hari pasti menjadi hari kerja yang membahagiakan dan setiap besok menjadi harapan yang menggairahkan. Sehingga kita boleh dengan bangga mengatakan bahwa Bekerja adalah ibadah...

Salam Sukses Luar Biasa!!!

-oOo-



Daftar Kebaikan


DAFTAR KEBAIKAN


Suatu hari seorang guru meminta kepada para muridnya untuk membuat daftar semua nama murid di kelas itu pada dua lembar kertas, dan memberikan tempat kosong di setiap nama. Kemudian ia meminta mereka untuk memikirkan hal yang terbaik mengenai teman mereka dan menuliskannya.

Tugas itu ternyata menyita sisa waktu pelajaran untuk diselesaikan, dan ketika para murid meninggalkan kelas, setiap orang menyerahkan hasilnya.

Sabtu itu, sang guru menuliskan nama dari setiap murid di kertas yang terpisah, lalu membuat daftar apa yang telah dikatakan oleh murid yang lain mengenai murid itu. Dan pada hari Senin, ia memberikan setiap murid daftarnya. Tidak lama kemudian, seluruh kelas mulai tersenyum.

"Sungguh?" ia mendengar suara bisik-bisik.

"Aku tidak tahu bahwa aku berarti untuk orang lain!" dan, "Aku tidak tahu kalau yang lain sangat menyukaiku." Begitulah komentar yang didengar oleh sang guru.

Tidak ada orang yang menyinggung daftar itu di kelas lagi. Ia tidak pernah tahu apakah para murid membicarakannya di luar kelas atau kepada para orang tua mereka, tetapi tidak masalah. Latihan itu telah sampai tujuannya. Para murid sangat bahagia dengan komentar itu dan menyukai satu sama lainnya.

Beberapa tahun kemudian, salah seorang dari murid itu tewas terbunuh di VietNam dan gurunya menghadiri pemakaman murid itu. Ia tidak pernah melihat seorang tentara di dalam peti jenazah militer sebelumnya.

Muridnya itu sangat tampan, sangat dewasa. Seluruh gereja dipenuhi oleh teman-temannya. Satu persatu yang mencintainya menghampiri peti jenazah itu. Sang guru adalah orang yang terakhir yang mengucapkan salam perpisahan. Ketika ia berdiri di sana, salah seorang dari tentara yang bertugas sebagai pengangkut peti jenazah itu menghampirinya.

"Apakah kamu guru matematikanya Mark?" tanyanya. Sang guru  engangguk,

"iya." Kemudian tentara itu melanjutkan : "Mark banyak membicarakan dirimu."

Setelah pemakaman, bekas teman sekelas Mark bersama-sama pergi ke tempat makan siang. Ayah dan ibu Mark ada di sana, sangat jelas terlihat bahwa mereka tidak sabar untuk berbicara dengan guru Mark.

"Kami ingin memperlihatkan sesuatu kepadamu," kata ayah Mark, sambil mengambil dompet dari sakunya.

"Mereka menemukan benda ini pada Mark ketika ia tewas. Kami kira Anda mungkin akan mengenalinya."

Sambil membuka dompet itu, ayah Mark dengan sangat hati-hati mengeluarkan dua lembar kertas yang sudah diisolasi, dilipat berkali-kali. Sang guru langsung mengenalinya, bahwa kertas itu adalah kertas yang dibuat olehnya berisikan daftar kebaikan Mark yang ditulis oleh teman-teman sekelasnya.

"Terima kasih karena telah melakukan hal itu," ibu Mark berkata.

"Seperti yang Anda lihat, Mark menyimpannya sebagai salah satu hartanya."

Semua mantan teman sekelas Mark mulai berkumpul. Charlie tersenyum dengan malu-malu sambil berkata, "Aku juga masih menyimpan daftarku. Daftarku itu berada di bagian atas laci meja belajarku di rumah."

Istri Chuck berkata, "Chuck memintaku untuk meletakkannya di album pernikahan kami."

"Aku juga memilikinya," kata Marilyn.

"Daftarku ada dalam buku harianku."

Kemudan Vicki, teman sekelas yang lain, mengambil buku sakunya, kemudian mengeluarkan dompetnya dan memperlihatkan daftarnya yang sudah kusam dan lecek kepada yang lain.

"Aku membawanya bersamaku setiap waktu," ujar Vicki, lalu sambungnya :

"Aku rasa kita semua menyimpan daftar kita masing-masing."

Pada saat itu, sang guru terduduk dan menangis. Ia menangis karena Mark dan seluruh temannya tidak akan mungkin melihat Mark kembali.

______________________________
Begitu banyak orang yang datang dan pergi di kehidupan kita dan kita tidak mengetahui kapan hari itu akan tiba. Jadi katakanlah kepada orang yang Anda kasihi dan cintai, bahwa mereka sangat penting dan spesial dalam kehidupan Anda.

Katakanlah kepada mereka sebelum terlambat.

Sumber: Cetivasi

-oOo-




Jalan Tengah


JALAN TENGAH


Jalan Tengah tidak mengarah pada kekekalan diri (sassata) ataupun kemusnahan diri (uccheda).


Secara teoritis, Jalan Tengah yang sering disebut sebagai Jalan Mulia Berunsur Delapan ini dapat dirinci, sebagai berikut:
    
   Pengertian benar
  
Pikiran benar
   »» 
   Kebijaksanaan
   Ucapan benar
   Perbuatan benar
  
Penghidupan benar
   »» 
   Kemoralan
   Usaha benar
   Perhatian benar
  
Konsentrasi benar
   »» 
   Konsentrasi



Pengertian Benar:
Pada hakekatnya adalah pengertian benar tentang Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani), yaitu:

1.      Kebenaran mulia tentang penderitaan
2.      Kebenaran mulia tentang sebab penderitaan
3.      Kebenaran mulia tentang terhentinya penderitaan
4.      Kebenaran mulia tentang jalan menuju terhentinya penderitaan

Dalam pengembangannya, pengertian benar ini masing-masing terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1.    Sacca nana, pengetahuan bahwa hal ini adalah kebenaran sejati
2.    Kicca nana, pengetahuan bahwa fungsi tertentu dari kebenaran ini harus dijalankan
3.    Kata nana, pengetahuan bahwa fungsi-fungsi tertentu dari kebenaran ini telah dijalankan

Sehingga semuanya terdiri dari duabelas segi pandangan.

Dengan cara lain, dalam Kitab Uparipannasa, pengertian benar dirinci menjadi lima tingkat, yaitu:

1.     Kammassakata sammaditthi 
Berarti pengertian benar tentang keselarasan perbuatan (kamma niyama) yang pada pokoknya menerangkan bahwa setiap perbuatan akan memberikan akibat yang setimpal; dan setiap mahluk memiliki, mewarisi, terlahir, berhubungan dan terlindung oleh kammanya sendiri.

2.     Vipassana sammaditthi 
Pengertian benar yang timbul setelah penyadaran jeli terhadap jasmani dan batin (rupa dan nama dhamma) Pengertian benar ini tidak dapat diperoleh hanya melalui penghafalan kitab-kitab suci atau pun melalui kecerdasan otak, tetapi timbul dari pengamatan langsung terhadap aktivitas jasmani dan batin sehingga dapat menyadari sifatnya yang anicca, dukkha dan anatta.

3.     Magga sammaditthi 
Pengertian benar berupa pengetahuan dalam perenungan terhadap objek indera dan batin sebagaimana adanya sehingga merealisasi magga nana.

4.     Phala sammaditthi
Pengertian benar berupa pengetahuan dalam perenungan terhadap objek indera dan batin sebagaimana adanya sehingga merealisasi phala nana. Begitu penembusan magga nanaterealisasi, maka langsung diikuti dengan phala nana.

5.     Paccavekkhana samaditthi 
Pengertian benar berupa perenungan setelah phala nana atas perealisasian yang telah dicapai.

Pikiran Benar 
Tidak lain adalah pikiran yang melepaskan kesenangan dunia, dan yang bebas dari kemelekatan serta sifat mementingkan diri sendiri (nekkhamasankappa). Pikiran yang penuh kemauan baik, cinta kasih, kelemahlembutan, dan yang bebas dari itikad jahat, kebencian, dan kemarahan (avyapadasankappa). Dan pikiran yang penuh belas kasihan, dan yang bebas dari kekejaman dan kebengisan (avihimsasankappa).

Ucapan Benar 
Pada dasarnya adalah ucapan yang bukan dusta / bohong, fitnah, kasar, dan kosong. Seseorang yang berpantang atau menghindari ucapan seperti ini berarti telah berlatih berkata benar. Ucapan benar adalah sammavaca virati, salah satu dari 52 jenis faktor batin (cetasika), yang termasuk dalam kelompok pantangan. Seseorang yang berpantang dari ucapan salah, akan melatih atau melaksanakan ucapan yang berisi kebenaran, ucapan yang dapat dipertanggungjawabkan, ucapan yang lemah lembut, dan ucapan yang berguna.

Perbuatan Benar
Adalah perbuatan yang:
·           Bukan pembunuhan terhadap manusia maupun binatang
·           Bukan pencurian atas barang yang berharga / tak berharga yang tak diberikan
·           Bukan perzinahan dengan paksa atau atas dasar suka sama suka

Perbuatan dursila semacam ini dapat terjadi karena kurangnya sifat mulia seperti cinta kasih, belas kasihan dan kepuasan.

Seseorang yang berpantang atau menghindari perbuatan buruk di atas berarti telah melakukan perbuatan benar (sammakammanta virati).

Penghidupan Benar
Sekurang-kurangnya adalah penghidupan yang bukan salah satu, sebagian atau semua, dari lima macam perdagangan yang harus dihindari, yaitu: perdagangan senjata pembunuh, perdagangan budak, perdagangan mahluk yang disembelih (daging atau anggota badan lain), perdagangan minuman keras / obat perangsang / obat bius / narkotika, dan perdagangan racun.

Penipuan yang tidak didasari alasan ekonomi, termasuk ucapan salah. Tetapi jika penipuan itu berkaitan dengan perniagaan sebagai mata pencaharian, tentunya tergolong sebagai penghidupan salah.

Begitu juga, penyimpangan hubungan kelamin dengan orang yang terlarang karena alasan tradisi, pemerintahan, agama, jika bukan sebagai mata pencaharian, termasuk perbuatan salah, namun praktik prostitusi tentunya terjajar dalam deretan mata pencaharian yang tergolong sebagai penghidupan salah.

Sementara itu, perdagangan yang melanggar hukum juga dapat dianggap sebagai penghidupan salah.

Bagi para Bhikkhu, penghidupan benar adalah penghidupan yang bersih dari praktik seperti menjadi tukang ramal, dukun, tukang teluh, pesuruh, dan yang bukan merupakan hasil perniagaan dalam bentuk apa pun.

Seperti halnya ucapan benar dan perbuatan benar, penghidupan benar juga dilatih dan dilaksanakan melalui penghindaran atau pantangan (viraati cetasika). Seseorang yang telah menghindari atau berpantang melakukan penghidupan salah berarti telah melaksanakan penghidupan benar.

Usaha Benar 
Terdiri dari:
1.   Samvarappadhana, usaha benar dalam mencegah timbulnya hal jahat dan tidak baik yang belum muncul ketika menerima suatu bentuk melalui mata, suara melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, sentuhan melalui tubuh, atau kesan melalui pikiran.

2.   Pahanappadhana, usaha benar dalam mengatasi hal jahat dan tidak baik yang sudah muncul seperti: nafsu indera, itikad jahat, dan lainnya.

3.   Bhavanappadhana, usaha benar dalam mengembangkan hal baik yang belum muncul, yaitu unsur-unsur pencerahan agung (bojjhanga) yang terdiri dari: perhatian (sati), penyelidikan Dhamma (dhammavicaya), semangat (viriya), kegiuran (piti), ketenangan (passadhi), konsentrasi (samadhi), dan keseimbangan batin (upekkha).

4.   Anurakkhappadhana, usaha benar dalam mempertahankan hal baik yang telah muncul antara lain, yaitu pemusatan batin pada suatu objek meditasi.

Perhatian Benar 
Secara garis besar, berisikan empat landasan pengembangan perhatian murni (satipatthana), yang harus dibangun dengan merenungkan:

1.      Jasmani (kayanupassana)
2.      Perasaan (vedananupassana)
3.      Kesadaran (cittanupassana)
4.      Gejala dan Objek batin (dhammanupassana)

Pelaksanakan empat macam perenungan ini dapat menghapus tuntas:

1.      Kekhayalan atas kesenangan (sukhavipallasa)
2.      Kekhayalan atas kelanggengan (niccavipallasa)
3.      Kekhayalan atas adanya diri/kepemilikan (attavipallasa)

Konsentrasi Benar 
Konsentrasi yang merupakan penunggalan pikiran pada satu objek (cittekkaggata) ini mempunyai dua jenis tingkat pengembangan, yaitu:

1.      Upacara samadhi, konsentrasi mendekati - jhana
2.      Appana samadhi, konsentrasi penuh di dalam objek - pencapaian jhana

Dalam pencapaian kedua tingkatan di atas, lima rintangan batin (nafsu indera, itikad jahat, kemalasan dan kelambanan batin, kegelisahan dan kekhawatiran batin, serta keraguan skeptis) dapat diendapkan, namun belum dikikis / dihancurkan.

Dengan bersumber acuan pada naskah Pali, Bhikkhu Nyanatiloka, menuliskan dalam bukunya "The Word of the Buddha" bahwa ungkapan figurative "jalan" atau "cara" seringkali disalahmengertikan dengan menganggapnya bahwa faktor-faktor tunggal dari jalan tengah harus dilatih satu per satu sesuai dengan urutannya.

Dalam hal ini, pengertian benar, yaitu penembusan kebenaran yang sempurna, harus disadari lebih dahulu sebelum seseorang dapat berpikir tentang pengembangan pikiran benar, atau tentang pelaksanaan ucapan benar dan seterusnya.

Kenyataannya, tiga faktor (3 - 5) yang membentuk moralitas (sila) haruslah sempurna lebih dulu, karena ini merupakan landasan jalan tengah; baru setelah itu, seseorang dapat mahir di dalam latihan batin yang sistematis dengan mengembangkan tiga faktor (6 - 8) yang membentuk bagian konsentrasi (samadhi).

Hanya setelah persiapan inilah, sifat dan batin seseorang akan sanggup meraih kesempurnaan dalam dua faktor yang pertama (1 - 2); yang membentuk bagian kebijaksanaan (panna).

Dengan kalimat yang lebih sederhana, dapatlah dikatakan bahwa tanpa melaksanakan kelompok moralitas, tidaklah mungkin seseorang dapat meningkatkan kelompok konsentrasi. Dengan tidak meningkatnya kelompok konsentrasi, kelompok kebijaksanaan tidak mungkin akan berkembang.

Kendati demikian, pengertian benar mula-mula yang paling rendah diperlukan pada langkah yang sangat awal karena beberapa pengertian tentang kenyataan-kenyataan penderitaan, dan sebagainya, diperlukan untuk melengkapi alasan-alasan yang meyakinkan; dan sebagai pemacu untuk melaksanakan Jalan Tengah dengan giat. Pengertian benar dalam ukuran tertentu juga diperlukan untuk membantu faktor lain Jalan Tengah dalam memenuhi fungsinya sendiri dengan cermat dan telak dalam tugas bersama, mencapai kebebasan mutlak. Karena alasan ini, dan untuk menekankan betapa penting peranannya, pengertian benar diberi tempat pertama dalam Jalan Tengah.

Jadi, pengertian benar sesungguhnya adalah awal dan juga puncak dari Jalan Tengah.


Disusun oleh: Dhamma Study Group Bogor


-oOo-