Kamis, Oktober 01, 2009

Sejarah dari Kadal

Demikian telah saya dengar pada suatu ketika: Buddha sedang berdiam di Puncak Burung Heriang kota Rajagrha.

Pada saat itu, ada sebuah kolam besar dekat kota dimana orang-orang membuang sampah. Di kolam itu hidup seekor kadal besar berkaki empat yang serupa dengan ular. Kadal itu telah tinggal di kolam itu selama tak terhitung tahun lamanya dan melalui kesedihan tanpa akhir. Kadang-kadang dia tinggal di air, kadang-kadang dia keluar ke tepi. Pada suatu kejadian, Buddha dan para pengikutnya datang ke kolam itu dan ketika Bhagava melihat kadal itu, dia bertanya kepada para bhiksu apakah mereka mengetahui alasan dari apa yang dilakukan sebelumnya yang menyebabkan kadal itu disana. Tidak satupun dari mereka mengetahuinya, dan mereka memohon Buddha untuk menjelaskan itu kepada mereka.


Buddha berkata: "Para bhiksu, dengarkan dengan baik dan simpanlah dalam pikiran kalian. Di masa lampau, ketika Buddha Vipasyin telah datang ke dunia untuk menolong makhluk dan telah mencapai Nirvana akhir, ada 400 bhiksu yang mengikuti ajaran suci itu. Mereka tinggal di pertapaan di sebelah sebuah gunung. Dari timur hingga barat pertapaan itu penuhi pohon buah-buahan dan sayuran secara melimpah, dan diantara pohon-pohon itu ada sebuah tempat yang indah dengan mata air yang airnya cermelang. Pada saat itu, berkat usaha yang keras, semua bhiksu itu mencapai buah pertama hingga keempat.


Pada suatu kejadian, 500 saudagar yang pergi ke laut mencari permata berharga. Mereka kehilangan jalan dan tiba di gunung di mana para bhiksu itu tinggal. Melihat usaha keras para bhiksu dalam belajar, mereka berkeinginan untuk membuat pesembahan dan berjanji bahwa jika mereka kembali tanpa kecelakaan dari perjalanan laut, mereka akan memberi persembahan kepada Sangha. Para bhiksu ini menyetujuinya dalam keheningan. Para saudagar pergi ke laut, menemukan banyak harta, dan kembali selamat dan sehat, mempersembahkan harta yang melimpah kepada para bhiksu. Sangha Yang Mulia menerimanya dan memberikan kepada bhiksu penjaga yang mengatur masalah Sangha,
beberapa waktu kemudian, ketika persedian persembahan hampir habis, mereka berpikir untuk menggunakan harta itu dan memberitahu bhiksu penjaga: 'Bhiksu, ambilah harta yang diberikan oleh saudagar dan juallah demi memperoleh persediaan.'

Bhiksu penjaga itu menjawab: 'Harta itu diberikan hanya untukku, bukan untuk kalian.'

Sangha menjawab: 'Harta itu sama sekali tidak diberikan kepadamu. Itu diberikan ke seluruh kumpulan dan hanya dipercayakan kepadamu untuk disimpan.
'Bhiksu penjaga itu kemudian menjadi marah dan berkata: 'Apakah kalian makan hingga kalian muntah? Dan janganlah mengaku harta ini sebagai milik kalian. Ini bukan milik kalian semua tetapi harta ini milikku.

'Ketika Sangha melihat bahwa bhiksu penjaga itu dikuasi oleh pikiran jahat dan menjadi marah, mereka bubar, masing-masing bhiksu pulang ketempatnya.

"Karena keinginan jahat dari bhiksu penjaga itu terhadap Sangha Yang Mulia, ketika dia meninggal dia jatuh ke dalam neraka dan melalui penderitaan tak terhingga penuh kotoran yang tak terkatakan selama 91 kalpa. Terbebas dari neraka, dia terlahir kembali dikolam kotor ini dan menderita selama berkalpa-kalpa.


Buddha Sikhin sebelumnya datang ke kolam ini dengan para bhiksu, melihat kadal itu, dan menjelaskan perbuatan sebelumnya, dan juga Buddha Visvabhuj, Kanakamuni, dan Kasyapa. Dan sekarang saya, Buddha Sakyamuni, memberitahu kalian sejarah kadal ini dan 1000 Buddha di kalpa yang akan datang akan datang juga ke tepi kolam ini dan memberitahu sejarah kadal ini."

Ketika para bhiksu telah mendengar ajaran Buddha ini, mereka sangat ketakutan hingga rambut mereka berdiri. Kemudian para bhiksu masing-masing menjaga sikap, ucapan, dan pikiran masing-masing. Semuanya percaya dan bersukacita dalam kata-kata Buddha.


Sumber: Sutra of the Wise and the Foolish [mdo mdzangs blun] atau Ocean of Narratives [uliger-un dalai].
penerbit: Library of Tibetan Works & Archieves
Alih Bahasa Mongolia ke Inggris: Stanley Frye
Alih Bahasa Inggris ke Indonesia: Heni [Mhsi Universitas Indonesia]
Editor:Junaidi
- Kadam Choeling Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar