Rabu, Desember 16, 2009

Pengendalian Pikiran


PENGENDALIAN PIKIRAN

Oleh : Tanhadi

Sang Buddha bersabda: 
"Bagi seorang yang masih belajar 
dan belum dapat menguasai pikirannya, 
tetapi tetap bercita-cita mencapai kebebasan
walaupun masih ada keterikatan dalam dirinya,
 Aku (Tathagata/Sang Buddha) mengetahui 
bahwa tiada hal yang demikian membantu 
selain mengendalikan pikiran." 
(Itivuttaka. 9)

Pikiran itu selalu mengembara jauh,
tidak berwujud, dan terletak jauh di lubuk hati.
Mereka yang dapat mengendalikannya,
akan bebas dari jeratan Mara.
(Dhammapada III : Pikiran : 37 )

Kendalikanlah pikiran anda !, Mungkinkah pikiran ini dapat dikendalikan ? mengapa harus dikendalikan?

Dalam bahasa Pali, 'Pikiran' adalah 'vitakketi' ;'vicareti', atau 'mannati' (konseptualisasi). Dan dalam hal ini, 'Pikiran' bisa dikendalikan .

Definisi 'Pikiran' yang berasal dari disiplin psikologi modern ialah:
"Pikiran adalah tanggapan batin terhadap rangsangan yang masuk melalui pancaindra atau datang dari dalam batin sendiri." ("Thinking is a covert symbolic response to external and internal stimuli." - Encyclopedia Britannica)

Seseorang menjadi baik atau jahat, Mulia atau tercela, suci atau tidak suci, bahagia atau menderita, semuanya didominasi oleh Pikiran kita sendiri. Kekotoran batin pun timbul karena pikiran, karena apapun yang kita pikirkan, batin akan bersandar kepadanya.

Para Siswa/siswi  Sang Buddha dapat mencapai kebebasan dari belenggu keduniawian dan kekotoran batin, karena mereka telah berhasil dalam melaksanakan Ajaran Sang Buddha dengan upaya yang terus menerus untuk mengendalikan pikirannya. Jadi untuk mengendalikan pikiran adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk dapat kita lakukan.

Pikiran ini layaknya sebuah buku harian yang mencatat apapun yang menjadi keinginan kita, baik di masa lampau, sekarang maupun masa yang akan datang. Dari timbunan keinginan- keinginan inilah timbul nafsu keinginan yang dikatakan oleh Sang Buddha sebagai Belenggu, Keterikatan, Kemelekatan (Anguttara Nikaya I : 263).

Pikiran itu selalu mengembara jauh,
Sungguh ajaib Pikiran ini, ia dapat bergerak menembus ruang , waktu dan jarak dengan begitu cepatnya. Ia  tidak bergerak secara fisik seperti halnya manusia berjalan. Namun demikian, pikiran dapat menangkap suatu obyek yang sangat jauh dari anda berada.  Sebagai contoh : Ketika saat ini kita berada di Surabaya dan memikirkan sesuatu atau seseorang di New York, saat itu pula anda sudah mendapatkannya ! Jadi inilah yang dimaksudkan oleh Sang Buddha dengan :” Pikiran itu selalu mengembara jauh,”

Tidak berwujud,
Pikiran ini tidak mempunyai wujud atau bentuk. Jadi, kita tidak dapat mengatakan bahwa pikiran itu Gemuk, kurus, jelek, cantik atau ganteng, putih atau hitam. Pikiran hanyalah daya cerap, kemampuan untuk mengenali suatu obyek. 

Terletak jauh di lubuk hati.
Kesadaran penglihatan berasal dari mata; kesadaran pendengaran berasal dari telinga; kesadaran penciuman berasal dari hidung; kesadaran pencerapan berasal dari lidah; kesadaran sentuhan berasal dari tubuh. Meskipun beberapa bentuk kesadaran berasal dari mata, hidung, telina dan lain-lain, sebagian besar dari kesadaran berasal dari “relung hati”. Oleh karena itu secara kiasan dikatakan bahwa : Pikiran tinggal di relung-relung.”

Singkatnya, perlu dicatat bahwa kesadaran/pikiran tidak berbentuk; kesadaran /pikiran dapat mencerap suatu obyek indera; bersifat mengenali obyek. Sementara dalam proses pengenalan, kesadaran tidak keluar dari relung asalnya sekalipun walaupun sejarak seutas rambut, tetapi kesadaran dapat mencerap  obyek yang jauh. Dua atau tiga unit kesadaran tidak muncul dalam waktu bersamaan. Setiap unit hanya muncul silih berganti dalam rangkaian.

"Apabila seseorang memiliki perhatian / kewaspadaan,
 maka segala jenis pikiran jahat yang belum muncul 
niscaya tidak akan muncul 
dan yang sudah muncul akan dapat dilenyapkan". 
( Sabbasavasanvara Sutta, Majjhima Nikaya)

Dalam Vitakkasanthana Sutta, Majjhima Nikaya;
Sang Buddha menjelaskan 5 cara untuk mengendalikan pikiran dengan benar, yaitu:

1. Apabila timbul pikiran jahat (keserakahan, kebencian, atau/dan kebodohan batin) pada saat memperhatikan suatu objek tersebut dengan yang lain, yang disertai dengan kebajikan, ini dapat mengusir pikiran jahatnya, dan membuat batinnya menjadi terpusatkan/terkendali, ibarat tukang kayu yang mengganti pasak kasar dengan pasak halus.

2. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul walau telah mengganti objeknya dengan yang disertai kebajikan, ia hendaknya merenungkan bahaya dari pikiran jahat itu. Ini dapat mengusir ..., ibarat pemuda-pemudi yang suka berdandan merasa risih dan jijik terhadap bangkai ular atau binatang lain yang bergantung di lehernya.

3. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul meskipun telah merenungkan bahaya dari pikiran jahat, ia hendaknya tidak mengacuhkan pikiran jahat tersebut. Ini dapat mengusir ..., ibarat orang yang memiliki penglihatan yang dapat menutup matanya atau mengalihkan ke arah lain apabila tidak ingin melihat suatu bentuk.

4. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul kendati tidak mengacuhkannya,
ia hendaknya memperhatikan dasar dan sebab pikiran (untuk mengetahui sebab kemunculannya). Ini dapat mengusir ... , ibarat orang yang berjalan cepat, berjalan lambat, berhenti, berdiri, duduk, berbaring, yang menghindari sikap badan yang sulit dan memilih sikap badan yang paling leluasa.

5. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul walau telah memperhatikan dasar dan sebab pikiran muncul, ia hendaknya dengan merapatkan gigi dan menekan lidah ke langir-langit mulut, menaklukkan, mengendalikan dan menguasai batinnya. Ini dapat mengusir ..., ibarat orang kuat yang menangkap dan mencekik orang lemah, menaklukkan, mengendalikan dan menguasainya.

Dengan melaksanakan petunjuk tersebut, seseorang dapat disebut ahli dalam bidang yang berkaitan dengan pengendalian pikiran. Ia dapat berpikir sesuai dengan yang diinginkannya dan dapat pula tidak berpikir terhadap sesuatu yang tidak ingin dipikirkannya.

“ Dunia dituntun oleh pikiran,
Oleh pikiran dunia dinodai,
Hanya pikiran semata-mata,
Yang menyebabkan segala yang dibawahnya tergoyahkan “.
( Samyutta Nikaya I: 39 )

Bukan dengan pertolongan ibu, ayah, 
ataupun sanak keluarga;
namun pikiran yang diarahkan dengan baik,
yang akan membantu 
dan mengangkat derajat seseorang.
(Dhammapada III : Pikiran : 43)


Sumber bacaan :
- Abhidhamma sehari-hari , Oleh : Ashin Janakabhivamsa, Sayadaw U. Silananda.
- Kitab Suci Dhammapada : Penerbit yayasan Dhammadipa Arama.
- Kitab Suci (koleksi) Samyutta Nikaya dan Majjhima Nikaya : Terjemahan (Ing-Ina)Dra. Lanny Anggawati dan Dra. Wena Cintiawati.
- Buddha Dhamma :  Artikel Koleksi Pribadi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar