Oleh: Bhiksu Nirmana Sasana
Dharma yang dibabarkan oleh Sang Buddha tidak pernah terlepas dari apa yang disebut dengan Bodhicitta, seperti di dalam Sutra Amitabha, Sutra Saddharmapundarika, terlebih di dalam Sutra Bodhicitta itu sendiri.
Di dalam Sutra Bodhicitta, kita dapat melihat bahwa setiap kalimat yang ada di dalamnya mengajarkan kita untuk mengembangkan jiwa Bodhisattva. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa dalam menjalankan Buddha Dharma dalam kehidupan sehari-hari, pengembangan jiwa Bodhisattva adalah merupakan suatu hal yang mutlak.
Memang benar, kita sebagai umat Buddha, hendaknyalah kita selalu melaksanakan jiwa Bodhisattva dengan berbuat kebajikan. Seperti pepatah berkata: "Berbuat kebajikan akan mendapat buah baik, Berbuat kejahatan akan menerima buah buruk." Namun, apa yang dimaksud dengan kebajikan di sini? Apakah kebajikan akan terwujud tanpa pengembangan Bodhicitta? Lagipula, apakah yang disebut "Bodhicitta" itu? Dalam bahasa sehari-hari, kita sering mendengar kata "Pencerahan". Apakah ini yang dimaksud dengan Bodhicitta?
Bodhicitta bukanlah hanya sekedar "Pencerahan" biasa, tetapi Pencerahan ini adalah Pencerahan yang mengandung Tekad mencapai keBuddhaan. Terutama di dalam aliran Mahayana yang selalu tidak terlepas dari kata "Metta, Karuna, Mudita"(cinta kasih). Yang dimaksud "cinta kasih" di sini bukanlah seperti cinta kasih antara dua makhluk yang berlainan jenis atau bahkan sesama jenis, tetapi "cinta kasih" yang dimaksud dalam Buddhadharma adalah cinta kasih yang universal. Cinta kasih universal ini dikembangkan dari hati nurani kita yang terdalam, bukan yang hanya diucapkan di bibir belaka, atau yang timbul karena keinginan-keinginan tertentu (ego kita).
Bagaimana kita dapat mengembangkan Bodhicitta atau tekad mencapai keBuddhaan ini? Kita dapat mengembangkannya bila kita telah dapat mengikrarkan TEKAD kita.
Apakah yang dimaksud dengan "tekad"?
Tekad adalah tujuan positif yang akan kita hadapi dan jalankan.
Untuk menimbulkan tekad, apa yang harus kita lakukan?
Tekad dapat timbul di saat kita telah:
- Melepaskan keserakahan
- Melepaskan kebencian
- Melepaskan kebodohan
Tekad terbagi menjadi 2 jenis:
1. Tekad kecil.
Tekad ini biasa dilakukan oleh orang awam, dan umumnya hanya untuk diri sendiri atau keluarga, tidak peduli dengan orang banyak.
2. Tekad besar.
Tekad ini dilakukan oleh orang yang telah mengerti tentang Bodhicitta, atau mereka yang mau menjalankan jiwa dan semangat Bodhisattva. Orang-orang ini selalu menyadari bahwa makhluk hidup yang ada di alam semesta ini hidup dengan penuh penderitaan. Bagi mereka yang melaksanakan, dan menjalankan jiwa/semangat Bodhisattva akan selalu bertekad untuk menolong agar semua mahkluk hidup bahagia dan dapat mencapai Alam Bahagia (Tanah Suci Sukhavati). Bila kita mengembangkan tekad besar, kita akan selalu melakukan kebajikan demi kebahagiaan orang lain dan bahkan seluruh makhluk, tanpa mengharapkan imbalan. Kita sebenarnya tidak perlu mengharapkan imbalan. Ingat! Di dalam ajaran Sang Buddha telah dijelaskan tentang "Hukum Sebab dan Akibat." Segala sebab yang kita perbuat, baik maupun buruk, kita pasti akan menerima akibatnya. Hal ini tidak terelakkan, tidak bisa dipungkiri dan tidak dapat dihapus dengan apapun juga. Satu pepatah agama Buddha berkata: "Memberi adalah mendapat".
Setelah kita menjalankan tekad besar ini dengan ikhlas dan tulus, sekaligus melepaskan keserakahan dan keterikatan kita akan nama dan kedudukan, barulah dengan sendirinya kita dapat mengembangkan Bodhicitta (bertekad mencapai pencerahan keBuddhaan, untuk menolong sesama makhluk).
Ada hal lain yang penting untuk kita sadari. Sebenarnya segala sesuatu juga tidak terlepas dari proses jodoh. Untuk mengembangkan dan melaksanakan jiwa /semangat Bodhisattva inipun juga tergantung proses jodoh. Bila tidak mempunyai satu pertemuan antara A dan B, maka jiwa Bodhisattva tidak dapat terlaksanakan.
Proses jodoh apa saja yang memungkinkan bagi kita untuk mengembangkan Bodhicitta?
1. Mengingat jasa Sang Buddha, Guru Junjungan kita:
- Mengingat saat Sakyamuni Buddha pertama kali mengembangkan tekad untuk menolong seluruh makhluk.
- Mengingat jasa Sang Buddha bagi kita di saat kita ditutupi oleh kebodohan sendiri dan tidak dapat menerima pendapat dan nasehat orang lain. Dengan kebodohan ini kita masuk neraka untuk menerima karma buruk yang telah kita perbuat. Melihat penderitaan yang kita alami, Sang Buddha pasti akan merasakan sedih dan berusaha untuk menolong kita dengan cara apapun juga.
- Sang Buddha selalu dengan jiwa besar mengembangkan dan menjalankan Bodhicitta demi kita semua dan seluruh makhluk di Alam Semesta ini.
2. Mengingat jasa kedua orang tua kita:
- Mengingat ibu yang melahirkan kita dan orang tua yang telah memelihara kita hingga dewasa.
- Selalu mengenang jasa kedua orang tua kita di setiap kehidupan.
- Mengenang jasa orang tua kita di kehidupan yang lampau, intinya, semua makhluk adalah orang tua kita.
3. Mengingat jasa para guru:
- Mengingat jasa Guru Besar kita yang telah mengajarkan Dharma kepada kita.
- Mengingat jasa guru sekolah dari kelompok bermain hingga kita sarjana.
- Mengingat bahwa kehidupan para guru hanyalah dari pengabdian saja.
4. Mengingat orang-orang yang telah berjasa:
- Mengingat jasa para petani, pahlawan, dokter dan lainnya.
5. Mengingat jasa para makhluk hidup:
- Kita harus menyadari bahwa kita tidak dapat hidup tanpa orang lain.
- Menyadari bahwa setiap makhluk hidup ada kaitannya dengan kita dan ini disebut dengan tali perjodohan yang telah terjalin berkalpa-kalpa yang lalu.
6. Mengingat penderitaan hidup dan mati:
- Kita dan para makhluk lain tidak hentinya lahir dan mati.
- Kita kadang terlahir di Alam Bahagia, kadang terlahir di alam manusia, dan kadang terlahir di alam neraka, yang mana sama-sama menerima penderitaan dan penyiksaan yang diakibatkan oleh karma perbuatan buruk kita sendiri.
7. Mengingat para Sesepuh:
- Mengingat para Buddha dan Sakyamuni Buddha yang telah mencapai pencerahan sempurna.
- Mengingat para Bodhisattva yang selalu melaksanakan Bodhicitta demi menolong sesama makhluk.
- Mengingat para sesepuh yang telah mencapai pencerahan.
- Menyadari bahwa kita masih saja terus bergelut dengan karma dan tumimbal lahir.
8. Menyesali karma-karma buruk:
- Karma buruk kecil saja kita sudah sulit menerimanya, apalagi karma buruk besar. Apakah kita dapat menerimanya?
9. Meminta terlahir di Alam Bahagia (Pantai Seberang):
- Melatih diri dengan tekun
- Mengembangkan perbuatan baik.
- Mengembangkan jiwa dan melapangkan dada untuk selalu berdana
- Bila tidak mengembangkan kebajikan, maka sulitlah untuk dapat mencapai Pantai Bahagia. Ini disebut kemunduran atau kegagalan dalam mengembangkan bibit Bodhicitta.
10. Berupaya agar Buddhadharma tidak musnah:
- Sang Buddha mengajarkan DharmaNya, dan mengajarkan bagaimana menjalankan Dharma.
- Selalu melatih diri, selalu sabar atas yang sulit disabari, selalu melakukan perbuatan baik yang sulit dilakukan.
- Tidak membeda-bedakan, tidak gossip, dan tidak menciptakan keributan.
Apabila kita dapat menghayati ke-10 proses jodoh ini dengan baik, saya yakin kita semua dengan sendirinya akan mengembangkan tekad untuk Bodhicitta. Mungkin pada awalnya kita dapat mengembangkan jiwa/semangatnya Bodhicitta kecil (cinta kasih), yang hanya untuk lingkungan kita. Bila kita sering mengembangkan dan menjalankannya, maka lama kelamaan tanpa kita sadari kita akan lebih maju dalam pengembangan cinta kasih yang universal.
Yang penting untuk kita sadari adalah, kita dan seluruh makhluk tercipta dari unsur-unsur di alam semesta ini. Sebagai contoh, jasmani kita tercipta dari sebagian unsur kecil dari semesta ini. Oleh karena itu, kita jangan sombong dan jangan lupa diri, karena makhluk lain juga terdiri dari unsur-unsur semesta ini. Kita mempunyai enam indera. Para makhluk juga mempunyai enam indera. Kita harus bisa menerima kesamaan ini dan harus mempunyai kepercayaan terhadap Buddha, Dharma dan Sangha (Triratna).
Dengan selalu menghayati dan mengkaji penderitaan makhluk lain, maka otomatis kita membangkitkan Bodhicitta kita. Setelah Bodhicitta berkembang, wajah kita akan memancarkan cahaya, sinar kebajikan yang terang dan tenang. Kita akan selalu disenangi oleh seluruh makhluk dan disegani oleh musuh-musuh kita. Dengan demikian, kita akan terlepas dari segala malapetaka dan hidup berbahagia selalu.
Semoga Semua Makhluk Berbahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar