Selasa, April 14, 2015

Cara Mengajarkan Dhamma

CARA MENGAJARKAN DHAMMA

Sang Buddha mengharapkan agar kita sebagai umat Buddha membagi Dhamma kepada orang-lain agar semua orang juga dapat belajar hidup berbahagia dan damai.

Bila dia tak berbicara, orang tak akan mengenalnya;
Dia hanyalah orang bijaksana ditengah orang bodoh
Tapi kalau dia berbicara dan mengajarkan Kebenaran,
Orang lain akan mengenalnya.

Oleh karenanya hendaknya dia membabarkan Dhamma,
Hendaknya dia mengibarkan panji kebijaksanaan itu
setinggi-tingginya.

(Anguttara Nikaya II: 51)

Didalam berbagi pengetahuan Dhamma pada orang lain, kita haruslah peka pada keyakinan-keyakinan orang lain, pula harus dipahami bahwa ada tipe manusia yang memang tidak akan pernah tertarik pada Dhamma. Praktek-praktek dalam penyebar-luasan agama seperti pembicaraan-mendua (berubah-ubah/tidak konsisten), menakut-nakuti, membagi-bagi hadiah atau menjanjikan kesempatan kerja, sangat tidak sejalan dengan semangat Buddhis. Cara seperti itu malah hanya akan menumbuhkan 'egoisme', kompromi (merubah/menyesuaikan doktrin keagamaan sendiri), intoleransi; bukannya keyakinan sejati pada agama sendiri dan tenggang rasa pada orang lain. Sang Buddha menekankan perlunya pertimbangan yang mendalam sebelum memperkenalkan Dhamma kepada orang lain.

Sebenarnya, tidaklah mudah mengajarkan Dhamma kepada orang lain, terlebih dahulu kembangkan secara baik lima hal, lalu setelah itu ajarkanlah Dhamma. Apa yang lima itu? Ajarkan Dhamma pada orang lain, dengan berpikir: "Saya akan menyampaikan Dhamma secara bertahap; saya akan berbicara dengan kemauan baik; saya akan berbicara dengan hati yang bersih; saya tidak akan berbicara demi kepentingan sendiri; saya tidak akan berbicara yang merugikan diri sendiri, maupun diri orang lain."


(Anguttara Nikaya III: 184)

Yang mulia Sariputta, salah satu murid utama Sang Buddha, memberi nasihat yang sama:


Apabila seseorang berharap mengajar pada yang lainnya, hendaknya dia mengembangkan terlebih dahulu lima hal sebelum mengajar. Apa yang lima itu? Hendaknya dia berpikir: "Saya akan berbicara pada waktu yang tepat, bukan pada waktu yang salah. Saya akan berbicara tentang apa yang adalah, bukan tentang apa yang bukanlah. Saya akan berbicara dengan lemah-lembut, bukan dengan kekerasan. Saya akan berbicara tentang yang baik, bukan tentang apa yang tidak baik. Saya akan berbicara dengan hati dipenuhi cinta-kasih, bukan dengan pikiran yang dipenuhi keinginan-jahat."

(Anguttara Nikaya III: 195)

Terpisah dari nilai-nilai diatas, Sang Buddha juga berkata bahwa cara penyampaian yang jelas, disertai keyakinan dan kemampuan menjawab, juga sangat berperan dalam pembabaran Dhamma.

Bila seseorang mengajar mereka yang ingin belajar,
Tanpa keraguan dan kerahasiaan dalam pengertian,
Membuka segalanya dan tidak menyembunyikan ajaran,
Berbicara dengan menatap
Tidak marah bila mendapat pertanyaan
Bhikkhu seperti inilah yang berharga
Untuk membabarkan ajaran.


(Anguttara Nikaya IV: 196)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar