BUDDHA DHAMMA
(AJARAN SANG BUDDHA)
I. MENUMBUHKAN KEYAKINAN PADA BUDDHA DHAMMA
Untuk dapat mengerti ajaran agama Buddha (Buddha Dhamma), ada 3 jalan yang harus dilaksanakan yaitu :
1. SILA ( latihan kemoralan)
2. SAMADHI ( konsentrasi)
3. PANNA (kebijaksanaan)
Dengan menjalankan SSP , maka akan memiliki SADDHA (Keyakinan).
Dengan memiliki keyakinan akan timbul VIRIYA (semangat), Dengan memiliki keyakinan dan semangat, maka kita akan lebih mudah untuk menghayati dan dan mengamalkan ajaran agama Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini adalah modal untuk dapat terus maju dalam Buddha Dhamma, yang akan menuntun kita mencapai tujuan akhir umat manusia, yakni Nibbana (Kebebasan Sejati).
II. PERBUATAN BAIK
Perbuatan baik pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui PIKIRAN, UCAPAN DAN PERBUATAN JASMANI/TINDAKAN.
Ada sepuluh jenis Perbuatan baik ( Dasa Punnyakiriya Vatthu= Sepuluh cara untuk berbuat kebajikan). yaitu :
1. DANAMAYA
Berdana/ beramal atau bermurah hati.
Pahalanya, akan diperolehnya kekayaan harta dan benda dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang.
2. SILAMAYA
Melaksanakan sila atau kelakuan yang bermoral.
Pahalanya, akan menyebabkan kelahiran dalam keluarga luhur yang keadaannya berbahagia.
3. BHAVANAMAYA
Melaksanakan bhavana/pengembangan batin.
Pahalanya, akan menyebabkan kelahiran di alam-alam sorga dan pencapaian kebebasan/kebahagiaan Tertinggi.
4. APACAYANAMAYA
Rendah hati dan menghormat kepada mereka yang patut dihormati.
Pahalanya, akan menyebabkan kelahiran dalam keluarga yang berbudi luhur.
5. VEYYAVACCAMAYA
Memberikan bantuan dan selalu bersemangat dalam melakukan hal-hal yang patut dilakukan.
Pahalanya, akan memperoleh penghargaan dari masyarakat.
6. PATTIDANAMAYA
Mempersembahkan jasa/kebajikan kepada orang tua, leluhur, para dewa serta semua makhluk.
Pahalanya, menyebabkan kelahiran dalam keadaan yang berlebih-lebihan dalam segala hal.
7. PATTANUMODANAMAYA
Turut berbahagia melihat orang lain bahagia, atau bergembira didalam ikut menikmati hasil perbuatan baik orang lain tanpa ada perasaan iri hati.
Pahalanya, akan menyebabkan kelahiran dalam lingkungan yang penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
8. DHAMMASAVANAMAYA
Mendengarkan Dhamma.
Pahalanya, akan bertambah kebijaksanaannya.
9. DHAMMADESANAMAYA
Memberikan khotbah Dhamma.
Pahalanya, akan bertambahnya kebijaksanaan.
10. DITTHUJUKAMMAMAYA
Membenarkan, meluruskan pengertian atau pandangan orang lain yang salah.
Pahalanya, keyakinan terhadap Kebenaran menjadi semakin teguh.
“ Tidak melakukan perbuatan jahat,
Tambahkan kebajikan,
Sucikan hati dan pikiran,
Inilah Ajaran Para Buddha.”
III. MEMBUAT HIDUP LEBIH BERARTI
Kapankah umumnya seseorang baru menyadari hidupnya?
Pada umumnya bila ia mengalami:
1. Kejenuhan/kebosanan yang memuncak.
2. Usia Tua/kerentaan.
3. Sakit parah.
4. Terkena musibah (jatuh miskin/bangkrut, kecelakaan parah)
5. Kehilangan orang atau benda yang dicintainya.
6. Terbelenggu (ditahan).
7. dan lain-lain.
Hidup seseorang akan lebih berarti bila :
1. Memiliki pengertian yang benar tentang dirinya sendiri dan alam semesta beserta segala isinya, atau dengan kata lain, mengerti tentang hakikat hidup dan kehidupan ini.
2. Melatih dan mengembangkan potensi, kemampuan dan kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya dengan cara melaksanakan Sila (aturan kemoralan) dan Samadhi (pengembangan batin/meditasi) dengan penuh kesungguhan.
3. Memiliki Kebijaksanaan, penuh cinta kasih dan welas asih kepada manusia atau makhluk-makhluk lain yang masih menderita atau berada dalam kegelapan.
Hasil dari pengembangan potensi diri tersebut digunakan untuk menolong orang lain, demi keselamatan dan kebahagiaan orang lain, dengan cara memberikan perhatian, bimbingan, petunjuk, atau nasihat tentang cara mencapai jalan kebenaran atau kebaikan; dengan berlandaskan atas pikiran yang penuh cinta kasih dan kasih sayang (metta dan Karuna).
IV. PENGENDALIAN DIRI DAN CINTA KASIH YANG SEJATI (METTA).
Hal yang pertama, memiliki pengendalian diri, berarti dapat menahan emosi, memiliki kesabaran, tenang/seimbang batinnya, bebas dari kesalahan atau celaan. Untuk dapat memiliki pengendalian diri yang baik, maka seseorang harus memiliki sila/moral yang baik.
Untuk umat biasa minimal seseorang harus melaksanakan Pancasila/Lima sila, yaitu :
1. Menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2. Menghindari mengambil barang yang tidak diberikan.
3. Menghindari perbuatan asusila.
4. Menghindari ucapan yang tidak benar.
5. Menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
Disamping itu juga seseorang hendaknya memiliki perasaan HIRI dan OTTAPPA.
HIRI adalah perasaan MALU akan perbuatan jahat; karena perbuatan jahat akan mendatangkan celaan, hinaan, dan pandangan rendah dari masyarrakat.
OTTAPPA adalah TAKUT akan akibat dari perbuatan jahat. Karena sesuai dengan hukum karma, bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan akibat, demikian pula perbuatan jahat akan mendatangkan akibat berupa penderitaan, baik yang akan dialami pada masa kehidupan sekarang ataupun nanti.
Dengan memiliki HIRI dan OTTAPPA, maka manusia dikatakan memiliki sifat yang luhur, yang membedakannya dari binatang.
Dalam Itivuttaka, dijelaskan adda 4 cara untuk mengembangkan Hiri dan Ottappa, yaitu :
a). Merenungkan akan keturunan.
Misalnya, kita sadar bahwa kita berasal dari keturunan baik-baik, mempunyai orang tua yang berpendidikan, cukup terpandang di masyarakat, maka kita tidak patut untuk melakukan kejahatan.
b). Merenungkan akan usia.
Misalnya, kita sadar bahwa kita sudah dewasa, cukup usia dan telah menjadi orang tua dari anak-anak kita, maka kita tidak patut untuk melakukan kejahatan.
c). merenungkan atas kemampuan.
Misalnya, kita sadar bahwa kita adalah orang yang mempunyai kemampuan, baik dalam pekerjaan atau pendidikan, maka tidak patut melakukan perbuatan-perbuatan jahat seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahat.
d). Merenungkan akan Pendidikan
Misalnya, kita sadar bahwa kita adalah orang yang terpelajar, pernah menjadi guru, dosen, pimpinan dsb, maka kita sadar bahwa kita tidak patut melakukan kejahatan, lain halnya dengan mereka yang tidak berpendidikan samasekali, mereka cenderung melakukan perbuatan jahat. tetapi ada juga mereka yang tidak terpelajarpun masih tetap bekerja dengan wajar.
Memiliki Cinta kasih yang sejati (metta)
Yang dimaksud dengan Metta atau Cinta kasih sejati, adalah cinta kasih yang tulus kepada semua makhluk tanpa kecuali, dan mengaharapkan kesejahteraan serta kebahagiaan mereka.
Dalam hal ini Sang Buddha memberikan nasihatnya : “ Bagaikan seorang Ibu yang melindungi anaknya yang tunggal, sekalipun harus mengorbankan jiwanya; demikian juga seharusnya seseorang memiliki dan memelihara Cinta kasih yang tidak terbatas itu kepada semua makhluk.”
Cinta kasih yang sejati adalah cinta kasih yang tulus, tanpa mengharapkan balasan, tanpa dinodai oleh nafsu apapun juga, cinta kasih yang benar-benar murni, teguh, lembut, sejuk menyegarkan, menuntun seseorang untuk mencapai kemajuan dalam hidupnya; Cinta kasih yang mempunyai sifat memberi lebih banyak daripada menerima. Inilah yang dimaksud dengan Metta atau cinta kasih sejati, yang bila dimiliki oleh seseorang akan memberikan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidupnya.
Perasaan Metta ini akan timbul apabila seseorang mengerti tentang hakikat kehidupan ini; mengetahui bahwa setiap makhluk, hidup dalam cengkeraman dukkha, mengetahui bahwa hidup dan kehidupan ini diliputi oleh anicca, dukkha dan anatta. Mereka masih mengalami penderitaan, penyakit, rasa benci, dan kesukaran-kesukaran lainnya dalam kehidupannya. Mengetahui bahwa setiap makhluk memiliki karmanya sendiri, mewarisi karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, berhubungan dengan karmanya sendiri, terlindung oleh karmanya sendiri, apapun yang diperbuatnya, baik atau buruk, itulah yang akan diwarisinya.
Dengan mengerti benar akan hakikat hidup dan kehidupan makhluk-makhluk yang tercengkeram oleh dukkha itu, maka sepatutnya kita memiliki perasaan cintas kasih dan belas kasihan kepada mereka; dan berusaha memancarkan cinta kasih, baik kepada diri kita maupun kepada orang lain, dengan cara mendoakan :
Semoga aku berbahagia,
Bebas dari penderitaan,
Bebas dari kebencian,
Bebas dari kesakitan,
Bebas dari kesukaran, dan
Semoga aku dapat mempertahankan kebahagiaanku sendiri.
Semoga semua makhluk berbahagia,
Bebas dari penderitaan,
Bebas dari kebencian,
Bebas dari kesakitan,
Bebas dari kesukaran, dan
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri.
Apabila kita sering melatih pancaran Metta tersebut, maka kita akan memiliki kekuatan Metta yang mempesona, yang dapat menghancurkan kemarahan, kebencian, ketakutan, kemauan jahat dan keengganan; baik yang ada dalam diri kita sendiri maupun yang ada di dalam diri makhluk-makhluk lain.
Orang yang memiliki metta akan mendapatkan kedamaian dalam hidupnya.
Memiliki Pengendalian diri yang baik dan Metta yang mempesona, dua hal yang akan membawa kita pada hidup yang aman, tentram dan damai, yang diharapkan oleh setiap manusia selaku makhluk sosial.
Disarikan oleh : Tanhadi
dari buku bacaan : Mutiara Dhamma ke 3 (dra. Lanny Anggawati)
Literatur:
Narada Mahathera, Brahma vihara, yayasan Dhammadipa Arama-jakarta 1986.
Tan Chao kun Vijano Vindhurdhammaborn, Dhammavibhaga I, Buddha Metta Arama- Jakarta 1989.
Salam Metta,
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia
]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar