Selasa, Oktober 21, 2014

Dhammapada XXIV: 354- Kisah Pertanyaan yang Diajukan Sakka

KISAH PERTANYAAN YANG DIAJUKAN SAKKA
 Dhammapada XXIV: 354


Dalam suatu pertemuan para dewa di Surga Tavatimsa, empat pertanyaan diajukan, tetapi para dewa gagal memperoleh jawaban yang benar. Akhirnya, Sakka membawa para dewa tersebut menghadap Sang Buddha di Vihara Jetavana. Setelah menjelaskan kesulitan mereka, Sakka mengajukan empat pertanyaan berikut:

 Di antara semua pemberian, manakah yang terbaik? 
 Di antara semua rasa, manakah yang terbaik?
 Di antara semua kegembiraan, manakah yang terbaik? 
 Mengapa penghancuran nafsu dikatakan yang paling unggul?

Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, "O Sakka, Dhamma adalah termulia dari semua pemberian, terbaik dari semua rasa, dan terbaik dari semua kegembiraan. Penghancuran nafsu untuk mencapai tingkat kesucian arahat, oleh karena itu terunggul dari segala penaklukan".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 354 berikut:

Pemberian 'Kebenaran' (Dhamma)
mengalahkan semua pemberian lainnya;
rasa 'Kebenaran' (Dhamma)
mengalahkan semua rasa lainnya;
kegembiraan dalam 'Kebenaran' (Dhamma)
mengalahkan semua kegembiraan lainnya.
Orang yang telah menghancurkan nafsu keinginan
akan mengalahkan semua penderitaan.

Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, Sakka berkata kepada Sang Buddha, "Bhante, jika pemberian Dhamma mengungguli semua pemberian, mengapa kami tidak diundang untuk berbagi jasa ketika pemberian Dhamma dilakukan? Bhante, saya mohon, mulai sekarang, kami diberi pembagian jasa atas perbuatan baik yang telah dilakukan".

Kemudian Sang Buddha meminta semua bhikkhu untuk berkumpul dan menasihati mereka untuk membagi jasa kepada semua makhluk atas semua perbuatan baik mereka.

Sejak saat itu, menjadi suatu kebiasaan untuk mengundang semua makhluk dari tiga puluh satu alam kehidupan (bhumi) untuk datang, dan berbagi jasa kapan pun suatu perbuatan baik dilakukan.


]˜

Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar