Sabtu, Juli 10, 2010

KUMPULAN SABDA SANG BUDDHA (Empat Kebenaran Mulia)

1. Inti dari seluruh ajaran Sang Buddha adalah Empat Kebenaran Mulia (cattari ariya sacca). Dengan mengerti Empat Kebenaran Mulia, dapat dikatakan seseorang telah mengerti agama Buddha. Sang Buddha memberi batasan tentang Kebenaran yang pertama, sebagai berikut:

Lalu, apakah kebenaran mulia tentang penderitaan itu
(dukkha ariya sacca)?
Lahir adalah penderitaan, bertambah tua adalah penderitaan,
sakit adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan;
sedih, penyesalan, nyeri, duka-cita dan
putus asa adalah penderitaan,
berpisah dari yang dicintai adalah penderitaan,
berkumpul dengan yang tidak disukai adalah penderitaan.
(Samyutta Nikaya V: 420)


2. Pilar dari Pembebasan diri dari segala Penderitaan, yang kita kenal sebagai Empat Kebenaran Mulia ( Cattari Ariya Saccani ), dimana Sang Buddha untuk pertama kalinya membabarkan Dhamma dan mengajarkannya kepada 5 bhikkhu Pertama ( Panca Vaggiya Bhikkhu) Di Taman Rusa Isipatana, pada bulan Asalha. (Dhammacakkappavattana Sutta; Samyutta Nikaya 56.11 {S 5.420})

“ Bahwa baik aku maupun engkau
harus berjalan tertatih-tatih melalui daur yang panjang ini
adalah disebabkan karena kita tidak menemukan,
tak menembus empat kebenaran itu.

Apakah empat kebenaran itu? Adalah:
Kebenaran Mulia tentang dukkha,
Kebenaran Mulia tentang sebab dukkha,
Kebenaran Mulia tentang lenyapnya dukkha,
dan Kebenaran Mulia tentang
Jalan menuju lenyapnya dukkha.”
( Digha Nikaya 16)


3. Kebenaran Mulia yang kedua adalah tentang Asal-mula timbulnya penderitaan (dukkha samudaya ariya sacca) :

“ Apakah kebenaran mulia tentang asalnya penderitaan ?
yaitu nafsu keinginan (tanha) 
yang menyebabkan tumimbal lahir,
yang disertai oleh nafsu keinginan menjadi ini dan itu.
Dengan kata lain ; 
Nafsu Keinginan akan kesenangan inderawi,
keinginan akan penjelmaan, 
keinginan untuk memusnahkan diri.
Tetapi kapankah keinginan ini timbul dan berkembang ?
Dimana ada hal-hal yang nampak menyenangkan dan memuaskan,
disitulah ia timbul dan berkembang.”
( Digha Nikaya 22 ).


4.  “ Adalah dengan kebodohan * sebagai syarat,
maka bentuk-bentuk pikiran itu timbul ;
dengan bentuk-bentuk pikiran sebagai syarat ,
maka timbullah kesadaran;
dengan kesadaran sebagai syarat,
maka timbullah nama dan rupa;
dengan nama dan rupa sebagai syarat,
maka timbullah enam landasan kontak;
dengan enam landasan kontak sebagai syarat,
maka timbullah perasaan;
dengan perasaan sebagai syarat,
maka timbullah keinginan;
dengan keinginan sebagai syarat,
maka timbullah kemelekatan;
dengan kemelekatan sebagai syarat,
maka timbullah arus perwujudan;
dengan arus perwujudan sebagai syarat,
maka timbullah kelahiran;
dengan kelahiran sebagai syarat,
maka timbullah usia tua dan kematian,
juga kesedihan dan ratap tangis,
 sakit, kesusahan dan putus asa;
begitulah terjadinya rentetan asal mulanya dukkha itu.
Inilah yang disebut Kebenaran Mulia tentang
asal mula nya dukkha.”
(Digha Nikaya 22)


(*) Kebodohan, yang dimaksudkan disini adalah Moha yang berarti : Kebodohan atau ketidak-tahuan untuk membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah.


5. Kebenaran Mulia yang ketiga adalah tentang lenyapnya penderitaan ( Dukkha Nirodha Ariya Sacca ) :

“ Apakah kebenaran mulia tentang lenyapnya dukkha ?
yaitu hilang tak berbekas dan lenyapnya keinginan,
penolakan, penyingkiran, peninggalan
dan lenyapnya samasekali keinginan.
Tetapi dimanakah keinginan ini ditinggalkan dan berakhir ?
Yaitu dimana hal-hal yang nampaknya menyenangkan dan
memuaskan itu telah ditinggalkan dan lenyap.”
( Digha Nikaya 22 )


6. Pada bagian ini Sang Buddha menjelaskan bahwa dukkha bisa dilenyapkan yaitu dengan cara Memadamkan Nafsu Keinginan (tanhakkaya) dan Memadamkan Arus Kekotoran Batin (Asavakkhaya) sebagai penyebab dukkha. Ketika tanha dan Asava telah dipadamkan, maka berarti berhenti pula proses Tumimbal lahir, kita akan terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.

“ Dengan hilang tak berbekas dan lenyapnya kebodohan,
lenyaplah bentuk-bentuk pikiran;
dengan lenyapnya bentuk-bentuk pikiran, 
lenyaplah kesadaran
dengan lenyapnya kesadaran, 
lenyaplah nama dan rupa;
dengan lenyapnya nama dan rupa, 
lenyaplah enam landasan kontak;
dengan lenyapnya enam landasan kontak, 
lenyaplah perasaan;
dengan lenyapnya perasaan, 
lenyaplah keinginan;
dengan lenyapnya keinginan, 
lenyaplah kemelekatan;
dengan lenyapnya kemelekatan, 
lenyaplah arus perwujudan;
dengan lenyapnya arus perwujudan,
 lenyaplah kelahiran;
dengan lenyapnya kelahiran, 
lenyaplah usia tua dan kematian,
juga kesedihan dan ratap tangis, sakit, 
kesusahan dan putus asa;
Inilah yang disebut Kebenaran Mulia tentang 
lenyapnya dukkha.”
( Anguttara Nikaya 3 :61)


7. Kebenaran Mulia yang pertama, kedua dan ketiga adalah merupakan pandangan-pandangan Sang Buddha terhadap dunia ini dan Kebenaran Mulia yang keempat adalah Jalan yang ditunjukkan Sang Buddha untuk melenyapkan penderitaan menuju suatu kedamaian, kebahagiaan dan kebebasan sempurna.... yang menjadi tujuan akhir dari para Buddha, Bodhisattva, dewa dan semua makhluk yang tampak maupun yang tak tampak, yaitu Nibbana !

“Apakah kebenaran mulia tentang
Jalan menuju lenyapnya penderitaan itu?
Inilah Jalan mulia beruas delapan, yaitu :
Pandangan benar,
pikiran benar,
ucapan benar,
perbuatan benar,
penghidupan
benar,
usaha benar,
perhatian benar dan
konsentrasi benar.”
( Digha Nikaya 22 )


“ Dari empat kebenaran ini,
Kebenaran Mulia tentang dukkha
harus ditembusi dengan pengetahuan lengkap dengan dukkha;
Kebenaran Mulia tentang asalnya dukkha
harus ditembus dengan meninggalkan keinginan;
Kebenaran Mulia tentang lenyapnya dukkha
harus ditembus dengan memahami lenyapnya keinginan;
Kebenaran Mulia tentang Jalan menuju lenyapnya dukkha
harus ditembus dengan memelihara Jalan Mulia beruas delapan itu .”
(Samyutta Nikaya 56:11:29)

“ Kebenaran ini adanya nyata, bukan tak nyata,
tak berbeda dengan yang tampak.”
(Samyutta Nikaya 56 : 27).




1 komentar: