Kamis, Juni 16, 2011

Dhamma Vibhaga I (Penggolongan Dhamma) Kelompok 2-4




DHAMMA VIBHAGA I :
(PENGGOLONGAN DHAMMA)
Kelompok 2-4




(Sumber : Dhamma Vibhaga - Penggolongan Dhamma;
oleh: H.R.H. The Late Patriarch Prince Vajirananavarorasa;
alih bahasa : Bhikkhu Jeto, Editor : Bhikkhu Abhipanno;
Penerbit : Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta; Cetakan Pertama 2002)


DUKA - KELOMPOK DUA

1. Dhamma yang amat membantu:
a.  Sati : Kemampuan mengingat (kesadaran).
b.  Sampajañña : Mengetahui diri sendiri (pengertian jelas).

A. I. 95; D. III. 273


2. Dhamma pelindung dunia (Lokapala):

a.  Hiri : Rasa malu untuk berbuat jahat.
b.  Ottapa : Rasa takut akan akibat perbuatan jahat.

A. I. 51; Iti. 36


3. Dhamma yang menjadikan sifat lemah lembut:

a.  Khanti : Kesabaran.
b.  Soracca : Rendah hati.

A. I. 94; Vin. I. 349


4. Orang yang sukar diketemukan:

a.  Pubbakari : Seorang yang memberikan pertolongan sejati.
b.  Kataññukatavedi : Seorang yang menyadari pertolongan yang diberikan pada dirinya dan merasa berterima kasih.

A. I. 87


TIKA - KELOMPOK TIGA

1. Tiga permata (TIRATANA):

a.  BUDDHA,
Orang yang telah mencapai Penerangan Sempurna dan mengajar para pengikutnya untuk melatih pikiran, perbuatan dan ucapan sesuai dengan Dhamma dan Vinaya, yang dinamakan Buddha - Sasana.

b.  DHAMMA,
Ajaran (Dhamma) dan peraturan-peraturan disiplin (Vinaya) yang diajarkan oleh Sang Buddha.

c.  SANGHA,
Sekelompok orang yang telah mendengar ajaran-Nya dan menjalani kehidupan sesuai dengan Dhamma dan Vinaya.


2.  Sifat-sifat mulia Sang Tiratana:

a.  Sang Buddha, setelah mencapai Pengetahuan Sempurna kemudian mengajar orang lain sehingga mereka dapat mengikuti dan mencapai tingkat kesucian yang sama.

b.  Dhamma, menjaga mereka yang melaksanakan ajaran agar mereka tidak jatuh ke jalan yang sesat.

c.  Sangha, persaudaraan para Bhikkhu yang mempraktikkan Dhamma secara tepat dan merupakan penjaga dari Dhamma Sang Buddha.


3. Tiga cara Sang Buddha mengajar:

a.  Beliau mengajarkan Dhamma agar mereka yang mendengar dapat mengetahui secara mendalam dan melihat dengan benar apa yang pantas untuk diketahui dan dilihat.

b.  Beliau mengajar dengan alasan-alasan sehingga mereka yang mendengar dapat merenungkan (Dhamma) dan melihatnya dengan benar (bagi diri mereka sendiri).

c.  Beliau mengajar dengan cara yang luar biasa sehingga mereka yang mengikuti jalan itu dapat memperoleh faedah-faedah sesuai dengan praktek mereka.

A. I. 276; M. II. 9.


4. Tiga nasihat-nasihat Sang Buddha:

a.  Menghentikan duccarita .
Dengan kata lain, menghentikan praktek-praktek jahat melalui badan, ucapan, dan pikiran.

b.  Mengembangkan Succarita.
Dengan kata lain, mengembangkan praktek-praktek yang benar melalui badan, ucapan dan pikiran.

c.  Membuat hati (pikiran) menyingkir dari hal-hal yang menimbulkan kekotoran, yaitu: Keserakahan, Kebencian dan Kebodohan.


5. Tiga Duccarita - cara-cara kelakuan buruk:
a.  Kaya-duccarita : Kelakuan buruk dengan badan jasmani
b.  Vaci-duccarita : Kelakuan buruk dengan ucapan.
c.  Mano-duccarita : Kelakuan buruk dengan pikiran.


a . Tiga macam Kaya-duccarita :

1. Membunuh makhluk-makhluk hidup.
2. Mencuri dan menipu.
3. Kelakuan seks yang tidak pantas.

b . Empat macam Vaci-duccarita:
1.  Berbohong.
2.  Ucapan yang dapat menimbulkan rasa marah dan permusuhan.
3.  Kata-kata kasar.
4.  Berbicara tentang hal-hal yang tidak berguna dan tidak bertujuan (omong-kosong).

c.  Tiga macam Mano-duccarita:
1. Lobha : Menginginkan harta orang lain.
2. Byapada : Pikiran ingin menyakiti orang lain.
3. Micchaditthi : Pengertian keliru yang tidak sesuai dengan Dhamma.

Semua tiga Duccarita ini adalah hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. Mereka harus dihentikan secara mutlak.

A.V. 281.

6.  Tiga Succarita - cara-cara kelakuan baik:
a.  Kaya-succarita : Kelakuan baik dengan badan jasmani.
b.  Vaci-succarita : Kelakuan baik dengan ucapan.
c.  Mano-succarita : Kelakuan baik dengan pikiran.

a.     Tiga macam Kaya-succarita:
1. Menahan diri dari pembunuhan makhluk-makhluk hidup.
2. Menahan diri dari mencuri dan menipu.
3. Menahan diri dari kelakuan seks yang tidak pantas.

b. Empat macam Vaci-succarita:
1.  Menahan diri dari pembohongan.
2.  Menahan diri dari pembicaraan yang dapat menimbulkan rasa marah dan rasa permusuhan.
3.  Menahan diri dari kata-kata kasar.
4.  Menahan diri dari pembicaraan tentang hal-hal yang tidak berguna dan tidak bertujuan.

c.  Tiga macam Mano-succarita:
1. Alobha : Tidak menginginkan harta orang lain.
2. Abyapada : Pikiran-pikiran yang tidak ingin menyakiti orang lain.
3. Samma-ditthi : Pikiran benar yang sesuai dengan Dhamma.


Semua tiga succarita ini adalah hal-hal yang harus dilakukan dan harus dipraktekkan.


A. V. 281.


7. Tiga Akusalamula - akar-akar buruk:

Asal atau sumber dari apa yang buruk adalah disebut Akusalamula. Semuanya ada tiga macam.

1. Lobha : Keserakahan atau menginginkan harta orang lain.
2. Dosa : Kerpikir akan menyakiti orang lain karena tidak senang.
3. Moha : Ketidaktahuan atau mengetahui secara salah.


Jika salah satu dari tiga akusalamula ini muncul maka hal-hal buruk lainnya (Akusala) yang belum timbul akan timbul, dan apa yang telah timbul akan berkembang dengan banyak. Untuk alasan ini, maka mereka harus ditinggalkan secara mutlak.


D. III. 273; Iti. 45.


8. Tiga Kusalamula - akar-akar baik:

Asal atau sumber dari apa yang baik disebut Kusalamula. Semuanya ada tiga macam:

1. Alobha : Tidak serakah atau tidak ingin memiliki barang orang lain.
2. Adosa : Tidak ingin menyakiti orang lain, tidak membenci.
3. Amoha : Kebijaksanaan.


Jika salah satu dari tiga kusalamula ini muncul, maka hal-hal lain yang baik (Kusala) yang belum muncul akan muncul, dan apa yang telah timbul akan berkembang dengan subur. Untuk alasan ini, maka mereka harus dikembangkan sehingga menjadi watak seseorang.


D. III. 275.


9. Tiga Sappurisapaññatti: hal-hal yang patut dilakukan.

1.    Dana :
Pelepasan barang milik sendiri sehingga mereka dapat berguna bagi orang lain.

2.    Pabbajja :
Meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk terbebas dari perjuangan dan keruwetan-keruwetan dunia.

3.    Matapitu upatthana :
Merawat ibu dan ayah sehingga mereka berbahagia.

A. I. 151.


10. Tiga Apannaka patipada : praktek-praktek yang bebas dari kesalahan.

1.  Indriyasamvara :
Mengendalikan enam indria, yaitu: mata, telinga, hidung, lidah, badan dan pikiran, tidak membiarkan diri terlalu senang atau tidak senang pada saat melihat, mendengar, mencium, merasakan sentuhan-sentuhan pada badan jasmani dan menerima obyek-obyek dari luar melalui pikiran.

2.  Bhojane mattaññuta :
Mengetahui jumlah yang tepat pada saat menikmati makanan dan mengambil secukupnya, tidak terlalu banyak, tidak terlalu sedikit.

3.  Jagariyanuyoga :
Berusaha sekuat tenaga untuk menyucikan pikiran dan menjadikannya murni tanpa noda serta tidak membiasakan diri untuk berbaring dengan malas.

A.I. 113.


11. Tiga Puññakiriyavatthu - lapangan-lapangan perbuatan berjasa.

Diterangkan dengan ringkas, yaitu:

1.  Danamaya :
Jasa yang diperoleh dengan memberikan dana (kemurahan hati yang mempunyai dasar pelepasan).

2.  Silamaya :
Jasa yang diperoleh dengan mempertahankan kelakuan bermoral.

3.  Bhavanamaya :
Jasa yang diperoleh dengan mengembangkan bhavana (melatih bathin dan pikiran).

A.IV. 241.

12. Tiga Samaññalakhana - corak-corak umum dan semua sankhara (hal-hal yang berkondisi).
1. Aniccata : Mereka adalah hal-hal yang tidak kekal.
2. Dukkhata : Mereka adalah hal-hal yang tidak memuaskan (menderita).
3. Anattata : Mereka adalah hal-hal yang tidak mempunyai inti dan bukan 'aku'.

S. IV. 1


CATUKKA - KELOMPOK EMPAT

1. Vuddhi - perkembangan dengan mempraktekkan Dhamma.
1.  Sappurisasamseva :
Bergaul dengan orang-orang yang mulia dan terpuji dalam perbuatan, ucapan dan pikiran.

2.  Saddhammasavana :
Mendengarkan ajaran-ajaran dari orang-orang mulia dengan penuh penghormatan.

3.  Yonisomanasikara :
Merenungkan dan mengetahui hal-hal apa yang baik dan buruk.

4.  Dhammanudhammapatipatti :
Mempraktikkan Dhamma sesuai dengan Dhamma yang telah diselidiki dan dimengerti.

A. II. 245.

2. Empat Cakka - Roda:
1.  Patirupadesavasa :
Bertempat tinggal di tempat yang sesuai.

2.  Sappurisapassaya :
Bergaul dengan orang-orang yang baik.

3.  Attasammapanidhi :
Memahami apa yang berguna bagi diri sendiri.

4.  Pubbekatapuññata :
Memiliki 'simpanan' perbuatan-perbuatan baik, dengan kata lain, banyak berbuat kebaikan di masa lalu.

Empat Dhamma ini akan membawa seseorang pada perkembangan dan kesejahteraan, dan dapat diumpamakan seperti roda-roda sebuah kereta.

A. II. 32.


3. Empat Agati - cara-cara salah:

1.  Chandagati : Kecurigaan karena mencintai seseorang tertentu saja.
2.  Dosagati : Kecurigaan karena merasa tidak senang atau membenci.
3.  Mohagati : Kecurigaan karena kebodohan atau ketidaktahuan.
4.  Bhayagati : Kecurigaan karena merasa takut.

A. II 18.


4. Empat bahaya bagi para Bhikkhu atau Samanera baru:

1.  Tidak dapat menerima ajaran-ajaran yang diberikan, dengan kata lain, rasa tidak senang kepada apa yang diajarkan dan malas untuk mempraktikkannya.

2.  Hanya memikirkan perut dan mulutnya sendiri dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang diterimanya.

3.  Menikmati kesenangan-kesenangan indria saja dan terlalu banyak keinginan untuk memperoleh kesenangan.

4.  Senang dengan wanita.

Para Bhikkhu dan Samanera, yang ingin maju harus berhati-hati agar empat bahaya ini tidak menguasai diri mereka.

A. II. 123.


5. Empat Padhana - usaha rajin dan bersemangat:

1.    Samvarappadhana  :  
Usaha rajin agar keadaan jahat dan buruk tidak timbul di dalam diri seseorang.

2.    Pahanappadhana :
Usaha rajin untuk menghilangkan keadaan-keadaan jahat dan buruk yang telah timbul.

3.    Bhavanappadhana :
Usaha rajin untuk menimbulkan keadaan-keadaan baik di dalam diri seseorang.

4.    Anurakkhappadhana :
Usaha rajin untuk menjaga keadaan-keadaan baik yang telah timbul dan tidak membiarkan mereka lenyap.

Empat usaha rajin ini adalah 'Usaha Benar'. Tiap-tiap orang harus berusaha untuk mengembangkannya di dalam diri masing-masing.

A. II. 16.


6. Empat Adhitthanadhamma - dhamma yang harus dikembangkan dalam diri:

1.  Pañña : Mengetahui segala sesuatu yang seharusnya diketahui (Kebijaksanaan).

2.  Sacca : Mengerjakan apapun juga yang seharusnya dikerjakan dengan penuh kejujuran.

3.  Caga : Bermurah hati di dalam memberikan bantuan kepada mereka yang memerlukannya.

4.  Upasama : Menenangkan pikiran dari hal-hal yang berlawanan dengan ketenangan.

M. III. 240.


7. Empat Iddhipada - kondisi-kondisi berguna yang memungkinkan seseorang untuk mencapai tujuan terakhir.

1.  Chanda :
Kepuasan dan kegembiraan di dalam mengerjakan hal-hal yang sedang dikerjakan.

2.  Viriya :
Usaha yang bersemangat di dalam mengerjakan sesuatu.

3.  Citta :
Memperhatikan dengan sepenuh hati terhadap hal-hal yang sedang dikerjakan tanpa membiarkannya begitu saja.

4.  Vimamsa :
Merenungkan dan menyelidiki alasan-alasan di dalam hal-hal yang sedang dikerjakan.

Empat kesucian-kesucian ini, apabila mereka disempurnakan, mereka dapat membawa seseorang pada suatu tujuan terakhir yang berada di dalam kemampuannya.

Vbh. 216 & 413


8. Empat hal yang tidak boleh diabaikan:

1.  Di dalam meninggalkan cara-cara perbuatan buruk melalui badan jasmani (kaya-duccarita) dan mempraktikkan cara-cara perbuatan baik melalui badan jasmani (kaya-succarita).

2.  Di dalam meninggalkan cara-cara perbuatan buruk melalui ucapan (Vaci-duccarita) dan mempraktikkan cara-cara perbuatan baik melalui ucapan (Vaci-succarita).

3.  Di dalam meninggalkan cara-cara perbuatan buruk melalui pikiran (mano-duccarita) dan mempraktikkan cara-cara perbuatan baik melalui pikiran (mano-succarita).

4.  Di dalam meninggalkan pandangan-pandangan salah (miccha-ditthi) dan berusaha untuk memperoleh pandangan benar (samma-ditthi).


Empat kelompok lain seperti di atas:


1.  Menjaga pikiran, tidak membiarkannya terpengaruh oleh obyek-obyek (arammana) yang dapat membangkitkan nafsu seks.

2.  Menjaga pikiran, tidak membiarkannya menjadi marah pada obyek-obyek yang dapat membangkitkan kemarahan.

3.  Menjaga pikiran, tidak membiarkannya menjadi bingung di hadapan obyek-obyek yang menimbulkan kebingungan.

4.  Menjaga pikiran, tidak membiarkannya untuk menjadi kacau dan terangsang pada obyek-obyek yang dapat menimbulkan kekacauan dan rangsangan.

A. II. 19.


9. Empat Parisuddhi-sila - kesucian kelakuan bermoral :

1.  Patimokkhasadivara :
Menahan diri sesuai dengan Patimokkha (peraturan kedisiplinan para Bhikkhu). Menghindarkan hal-hal yang dilarang oleh Sang Buddha.

2.  Indriyasamvara :
Menahan diri dari enam indra, tidak membiarkan terseret oleh perasaan senang atau tidak senang pada saat indria berkontak dengan obyek-obyek luar.

3.  Ajivaparisuddhi :
Mencari nafkah dalam cara yang benar, tidak dengan menipu orang lain.

4.  Paccayapaccavekkhana :
Sebelum mempergunakan salah satu dari empat kebutuhan-kebutuhan pokok (paccaya), yaitu Jubah (Civara), makanan (Pindapata), tempat tinggal (Senasana), obat-obatan (Bhesajja), harus merenungkan tentang fungsi mereka yang sebenarnya, dan tidak mempergunakan mereka karena keserakahan.

Vism. I. 15/16


10. Empat Arakkhakammatthana-meditasi pelindung:

1.  Buddhanussati :
Perenungan terhadap kesucian-kesucian Sang Buddha dan bantuan-bantuan yang telah diberikan oleh Beliau kepada segenap manusia.
   
2.  Metta :
Memancarkan rasa persahabatan dan menginginkan agar semua makhluk dapat hidup berbahagia tanpa kecuali.

3.  Asubha :
Merenungkan badan sendiri dan juga milik orang lain, bahwa mereka itu pada dasarnya adalah menjijikkan.

4.  Maranasati :
Merenungkan kematian dan bahwasanya kematian dapat muncul setiap saat.

Empat Kammatthana ini harus selalu dikembangkan di dalam diri kita masing-masing.

(Dari Mokkhupayagatha, oleh King Mongkut, Rama IV).


11. Empat Brahma Vihara - kediaman luhur.

1. Metta :
Cinta kasih kepada semua makhluk, mengharapkan agar mereka semua hidup dengan bahagia.

2. Karuna :
Kasih sayang kepada mereka yang sedang mengalami penderitaan, ingin membantu agar mereka terbebas dari dukkha.

3. Mudita :
Ikut bergembira atas keuntungan yang diperoleh orang lain.

4. Upekkha :
Seimbang, artinya tidak merasa bergembira atau merasa sedih, karena memiliki pengertian bahwa semua yang diterima adalah hasil dari perbuatan kita masing-masing.

Ini adalah empat cara-cara di mana para bijaksana melatih dirinya.

Vbh. 272 & 642.


12. Empat Satipatthana - dasar-dasar bagi kesadaran:



1. Kayanupassana :

Kesadaran yang terbatas pada penyelidikan terhadap badan jasmani (kaya) sebagai obyek pikiran, demikian: "Badan ini hanyalah sekedar badan, bukan makhluk, orang atau aku; bukan milik diri sendiri atau milik orang lain".

2. Vedananupassana :
Kesadaran yang terbatas pada penyelidikan terhadap perasaan (vedana), yang meliputi sukkha, dukkha dan bukan sukkha ataupun dukkha sebagai obyek-obyek pikiran, demikian: "Perasaan ini hanyalah sekedar perasaan, bukan makhluk, orang atau aku; bukan milik diri sendiri atau milik orang lain".

3. Cittanupassana :
Kesadaran yang terbatas pada penyelidikan terhadap pikiran, yaitu pikiran yang ternoda dan kotor atau pikiran-pikiran yang murni dan bersih, demikian: "Pikiran ini hanyalah sekedar pikiran, bukan makhluk, orang atau aku; bukan milik diri sendiri atau milik orang lain".

4. Dhammanupassana :
Kesadaran yang terbatas pada penyelidikan terhadap Dhamma, yaitu kusala (baik) atau akusala (tidak baik) dan yang timbul dari pikiran, demikian: "Dhamma ini hanyalah sekedar Dhamma, mereka bukan makhluk, orang atau aku; bukan milik diri sendiri atau milik orang lain".

D. II. 290.


13. Empat Dhatukammatthana - meditasi pada unsur-unsur:



1. Pathavi-dhatu : unsur padat.

Apa saja yang mempunyai corak keras, padat, disebut Pathavi-dhatu. Unsur padat di dalam diri kita meliputi: rambut kepala, rambut badan, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, buah pinggang, jantung, selaput rongga dada, limpa, paru-paru, usus besar, usus kecil, makanan yang belum dicerna, kotoran.

2. Apo-dhatu : unsur cair.
Apa saja yang mempunyai corak cair dan melekat disebut Apodhatu.
Unsur cair di dalam diri kita meliputi: empedu, lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, minyak persendian, air kencing.

3. Tejo-dhatu : unsur api.
Apa saja yang mempunyai corak panas adalah Tejo-dhatu. Unsur api di dalam diri kita meliputi: 'api' yang menyebabkan panas di dalam tubuh: ... 'api' yang menyebabkan tubuh menjadi lapuk, 'api' yang menyebabkan tubuh terangsang, 'api' yang membakar sehingga makanan dapat dicerna.

4. Vayo-dhatu : unsur udara.
Apa saja yang mempunyai corak bergerak disebut Vayo-dhatu. Unsur udara di dalam diri kita meliputi: 'udara' di dalam perut, 'udara' di dalam usus-usus, 'udara' yang mengalir ke seluruh tubuh dan 'udara' pernafasan.

Penyelidikan yang terbatas pada badan jasmani ini, sehingga itu semata-mata terlihat hanya sebagai empat unsur: tanah, air, api dan udara, yang dikelompokkan bersama-sama, dan bukan 'milik-ku', ataupun 'milik sang aku', adalah disebut dhatu-kammatthana.

M. I. 185.


14. Empat Ariya-sacca - kebenaran mulia:

1. Dukkha : penderitaan atau tidak memuaskan.
Dukkha meliputi penderitaan bathin dan jasmani, karena keduanya adalah tidak menyenangkan dan pada dasarnya tidak memuaskan.

2. Samudaya : sebab timbulnya dukkha.
Tanha atau nafsu keinginan diberi nama Samudaya, karena itu merupakan sebab bagi timbulnya dukkha.


Ada tiga macam Tanha:

1.  Kamatanha : Nafsu keinginan terhadap obyek-obyek kemelekatan;
2.  Bhavatanha : Nafsu keinginan untuk menjadi ini atau itu.
3.  Vibhavatanha : Nafsu keinginan untuk tidak menjadi ini atau itu.


3. Nirodha : berhentinya dukkha.

Dengan melenyapkan tanha secara mutlak, maka dukkha akan berakhir. Itu disebut Nirodha, karena itu adalah akhir dari dukkha.

4.  Magga : jalan yang harus ditempuh untuk mengakhiri dukkha
Pañña atau kebijaksanaan yang melihat dengan benar bahwa: 'Inilah dukkha'; 'inilah sebabnya timbul dukkha'; 'inilah akhirnya dukkha'; 'inilah jalan yang membawa pada akhir dari dukkha'. Diberi nama 'Magga' karena itu mencakup bagian-bagian praktek untuk mencapai akhir dari dukkha.


Magga mempunyai delapan faktor-faktor bagian, yaitu:

1. Pandangan benar (samma-ditthi).
2. Pikiran benar (samma-sankappa).
3. Ucapan benar (samma-vaca).
4. Perbuatan benar (samma-kammanta).
5. Mata pencaharian benar (samma-ajiva).
6. Usaha benar (samma-vayama).7. Perhatian benar (samma-sati).
8. Konsentrasi benar (samma-samadhi).

Vbh. 99 & 199.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar