DHAMMA VIBHAGA I
(PENGGOLONGAN DHAMMA)
Kelompok Aneka Ragam
(Sumber : Dhamma Vibhaga - Penggolongan Dhamma;
oleh: H.R.H. The Late Patriarch Prince Vajirananavarorasa;
alih bahasa : Bhikkhu Jeto, Editor : Bhikkhu Abhipanno;
Penerbit : Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta; Cetakan Pertama 2002)
PAKINNAKA - KELOMPOK ANEKA RAGAM
1. Enam belas Upakkilesa - kekotoran-kekotoran yang menodai watak seseorang :
1. Abhijhavisamalobha : serakah, memiliki banyak keinginan rendah atau menginginkan barang-barang orang lain.
2. Dosa : kasar dan kejam.
3. Kodha : bersifat pemarah.
4. Upanaha : mudah tersinggung.
5. Makkha : merendahkan sifat-sifat mulia dan jasa-jasa orang lain.
6. Palasa : sombong, dengan kata lain, menganggap dirinya lebih tinggi.
7. Issa : iri hati, dengan kata lain, apabila orang lain menerima keuntungan ia tidak dapat menerimanya.
8. Macchariya : kekikiran.
9. Maya : bersifat menipu, dengan kata lain, tidak jujur.
10. Satheyya : suka menyombongkan diri sendiri, pembual.
11. Thambha : keras kepala atau kepala batu.
12. Sarambha : suka menekan orang lain dengan kata-kata kasar.
13. Mana : kesombongan, tinggi hati.
14. Atimana : menghina atau memandang rendah orang lain.
15. Mada : pemabuk atau peminum.
16. Pamada : malas, lengah.
M. I. 15, 36.
2. Tiga puluh tujuh Bodhipakkiya-dhamma - faktor-faktor Penerangan sejati:
- Empat Satipatthana.
- Empat Sammappadhana.
- Empat Iddhipada.
- Lima Indriya.
- Lima Bala.
- Tujuh Bojjhanga.
- Delapan Magganga.
Semua keterangan mengenai bagian-bagian ini dapat dilihat di bagian yang telah diterangkan di atas.
D. II. 120; Vism. II. 678.
GIHI PATIPATTI
(Praktik Umat Awam)
CATUKKA - KELOMPOK EMPAT
1. Empat macam Kammakilesa - perbuatan-perbuatan buruk:
- Panatipata : menyebabkan kematian makhluk-makhluk hidup.
- Adinnadana : mengambil barang-barang yang tidak diberikan oleh pemiliknya, berkelakuan seperti yang dilakukan oleh pencuri.
- Kamesu-micchacara : kelakuan salah berkenaan dengan seks.
- Musavada : ucapan tidak benar, berbohong.
Empat jenis perbuatan ini tidak pernah dipuji oleh para Samana.
D. III. 181.
2. Empat macam Apayamukkha - sebab-sebab yang membawa keruntuhan.
- Seorang yang suka menggoda wanita.
- Seorang pemabuk.
- Seorang penjudi.
- Bergaul dan menjadi kawan orang jahat.
Seseorang janganlah melakukan empat macam hal-hal buruk ini
A. IV 287.
3. Empat macam Ditthadhammikatthapayojana - hal-hal yang berguna pada saat sekarang.
- Utthanasampada : rajin dan bersemangat di dalam bekerja mencari nafkah.
- Arakkhasampada: penuh hati-hati, dengan kata lain, menjaga dengan hati-hati kekayaan apapun yang telah diperoleh dengan kerajinan dan semangat, tidak membiarkannya mudah hilang atau dicuri. Juga terus menjaga cara bekerja sehingga tidak mengalami kemunduran atau kemerosotan.
- Kalyanamittata : memiliki teman-teman baik, dan tidak bergaul dengan orang-orang jahat.
- Samajivita : menempuh cara hidup yang sesuai dengan penghasilan, tidak terlalu kikir dan juga tidak terlalu boros.
A. IV 285.
4. Empat macam Samparayikattapayojana - hal-hal yang berguna di masa yang akan datang.
- Saddhasampada : memiliki keyakinan, dengan kata lain, percaya pada hal-hal yang harus dipercayai, seperti mempercayai bahwa berbuat baik akan memberikan akibat baik, dan berbuat jahat akan memberikan akibat buruk.
- Silasampada : memiliki sila, dengan kata lain, menjaga perbuatan-perbuatan secara jasmani dan secara ucapan dengan baik dan pantas, tanpa kesalahan.
- Cagasampada : memiliki kemurahan hati, sehingga dapat memberikan kebahagiaan pada orang-orang lain.
- Paññasampada : memiliki kebijaksanaan, karena itu mengetahui hal-hal seperti: apa yang buruk dan apa yang baik; apa yang benar dan apa yang salah; apa yang berguna dan apa yang tidak berguna.
A. IV. 288.
5. Empat macam teman palsu:
- mereka yang mengajak berkawan untuk tujuan menipu.
- mereka yang hanya manis di mulut saja.
- mereka yang memuji-muji dan membujuk.
- mereka yang mendorong seseorang untuk menuju ke jalan yang membawa pada kerugian dan kehancuran.
Empat macam orang-orang ini, bukanlah teman-teman sejati; mereka adalah teman-teman palsu, dan seseorang janganlah bergaul dengan mereka.
D. III. 186.
1. Mereka yang mengajak kawan untuk tujuan menipu mempunyai empat ciri:
1. Mereka hanya memikirkan tentang apa yang akan mereka peroleh dalam bersahabat dengan kita.
2. Mereka memberi sedikit dan berpikir bagaimana untuk memperoleh banyak.
3. Apabila mereka berada di dalam bahaya mereka akan melakukan hal-hal bagi kita (sehingga memperkokoh persahabatan dan saling melindungi).
4. Mereka bergaul dengan kita hanya karena mereka tahu bahwa pergaulan itu memberikan keuntungan pada mereka.
2. Mereka yang hanya manis di mulut saja mempunyai empat ciri:
1. Mereka selalu membicarakan hal-hal yang telah lampau dan tidak berguna.
2. Mereka cenderung membicarakan hal-hal yang belum terjadi.
3. Mereka membantu mengerjakan hal-hal yang tidak berguna.
4. Apabila diminta untuk membantu, mereka selalu mengatakan tidak dapat membantu (dengan bermacam-macam alasan untuk menghindari).
3. Mereka yang memuji-muji dan membujuk, mempunyai empat ciri:
1. Jika kita berbuat jahat, mereka akan setuju dan membenarkannya.
2. Jika kita berbuat baik, mereka akan setuju dan membenarkannya.
3. Di hadapan kita mereka akan memuji-muji kita.
4. Di belakang kita mereka akan mencela kita.
4. Mereka yang mendorong seseorang untuk menuju ke jalan yang membawa pada kerugian dan kehancuran, mempunyai empat ciri:
1. Mereka mengajak kita untuk minum-minuman yang memabukkan.
2. Mereka mengajak kita untuk berkeliaran di malam hari.
3. Mereka membuat kita melekat untuk mengejar kesenangan-kesenangan.
4. Mereka membuat kita menjadi seorang penjudi.
6. Empat macam teman sejati:
- Seorang teman yang mampu membantu di dalam berbagai cara.
- Seorang teman yang mempunyai rasa simpatik baik di dalam suka maupun di dalam duka.
- Seorang teman yang memperkenalkan kita pada hal-hal yang berguna.
- Seorang teman yang memiliki perasaan bersahabat.
D. III. 187.
Empat macam orang-orang ini adalah teman-teman sejati, dan seseorang seharusnya bergaul dengan mereka:
1. Seorang teman yang mampu membantu di dalam berbagai cara, mempunyai empat ciri:
1. Ia melindungi seorang kawan yang lengah.
2. Ia melindungi harta kekayaan seorang kawan yang lengah.
3. Apabila ada bahaya, ia dapat memberikan perlindungan.
4. Apabila ada suatu pekerjaan yang akan dilakukan, ia membantu dengan menawarkan lebih banyak bantuan daripada yang diminta.
2. Seorang teman yang mempunyai rasa simpatik baik dalam suka maupun di dalam duka, mempunyai empat ciri:
1. Ia membuka hal-hal rahasia mengenai dirinya kepada kawannya.
2. Ia menjaga rahasia kawannya, tidak membiarkan mereka bocor.
3. Ia tidak meninggalkan kawannya pada saat mengalami banyak kesukaran.
4. Ia mungkin bahkan mengorbankan hidupnya demi kawannya.
3. Seorang teman yang memperkenalkan kita pada hal-hal yang berguna, mempunyai empat ciri:
1. Ia mencegah kita untuk berbuat jahat.
2. Ia menganjurkan kita untuk berbuat hal-hal yang baik
3. Ia memberitahukan kita tentang hal-hal yang belum pernah kita dengar sebelumnya.
4. Ia memberitahukan kita tentang metode untuk mencapai alam-alam kebahagiaan.
4. Seorang teman yang memiliki perasaan persahabatan, mempunyai empat ciri:
1. Ia ikut merasakan duka apabila kawannya menderita.
2. Ia ikut merasakan suka apabila kawannya berbahagia.
3. Ia menghadapi mereka yang mencela kawannya.
4. Ia membenarkan mereka yang memuji kawannya.
7. Empat macam Sanghavatthu - sifat-sifat yang menjadikan suasana persahabatan :
- Dana : memberi dan membagi barang-barang pada orang lain yang pantas untuk menerimanya.
- Piyavaca : berdiskusi atau membicarakan hal-hal dengan ucapan yang menyenangkan dan halus.
- Atthacariya : melakukan hal-hal yang berguna bagi orang lain.
- Samanattata : memiliki ketenangan batin dan tanpa kesombongan.
Empat sifat-sifat mulia ini akan selalu menarik hati orang lain.
A. II. 32.
8. Empat macam Sukha bagi umat awam:
- Sukha yang timbul karena memiliki kekayaan.
- Sukha yang timbul karena mempergunakan kekayaan.
- Sukha yang timbul karena tidak mempunyai hutang.
- Sukha karena tidak melakukan pekerjaan yang tercela.
A. II. 69.
9. Empat keinginan yang dimiliki orang di dunia dan yang dapat dicapai oleh mereka walaupun dengan kesukaran apabila mereka mau menempuh dengan jalan benar:
- Semoga saya menjadi kaya dan semoga kekayaan terkumpul padaku dengan cara benar dan pantas.
- Semoga saya beserta sanak keluarga dan kawan-kawan dapat mencapai kedudukan sosial yang tinggi.
- Semoga saya selalu berhati-hati di dalam kehidupan ini, sehingga saya dapat berusia panjang.
- Apabila kehidupan di dalam dunia ini telah berakhir, semoga saya dapat dilahirkan di alam bahagia.
A. II. 65.
10. Empat macam Dhamma yang menyebabkan seorang dapat mencapai keinginan-keinginan seperti disebutkan di atas :
- Saddhasampada : dikaruniai dengan keyakinan.
- Silasampada : dikaruniai dengan kelakuan bermoral.
- Caga sampada : dikaruniai dengan kemurahan hati.
- Paññasampada : dikaruniai dengan kebijaksanaan.
11. Suatu keluarga kaya tidak dapat mempertahankan kekayaannya untuk waktu yang lama, karena empat hal:
- Mereka tidak mencari dan menambah barang-barang yang telah hilang.
- Mereka tidak memperbaiki barang-barang yang telah rusak.
- Mereka tidak bersikap sederhana dalam mempergunakan kekayaannya.
- Mereka memilih orang yang mempunyai sila buruk untuk membantu mengurus rumah tangga.
Siapapun juga yang ingin menjadikan keluarga mereka teguh dan kuat serta bersatu harus menghindari empat hal ini.
A. II. 240.
12. Empat Dhamma bagi umat awam (kepala rumah tangga):
- Sacca : memiliki kejujuran dan menepati janji kepada orang-orang.
- Dama : mengetahui cara mengendalikan pikirannya sendiri.
- Khanti : memiliki kesabaran di dalam menghadapi setiap kemalangan.
- Caga : bermurah hati dan memberi sesuatu kepada orang-orang yang pantas dan sesuai untuk diberi.
S. I. 215.
PANCAKA - KELOMPOK LIMA
1. Lima keuntungan yang diperoleh karena memiliki kekayaan.
Setelah memperoleh kekayaan dan harta benda di dalam cara-cara yang benar dan pantas, seseorang dapat:
- Merawat ayah dan ibu, anak, istri dan pembantu-pernbantu sehingga mereka semua hidup dengan bahagia.
- Menjamu kawan-kawan sehingga mereka pun dapat hidup dengan bahagia.
- Menghilangkan bahaya-bahaya yang timbul dari bermacam-macam sebab.
- Mengadakan lima macam pengorbanan sebagai berikut :
1. Pengorbanan keluarga - memberikan bantuan kepada sanak keluarga.
2. Pengorbanan tamu - menyambut tamu dengan sepantasnya.
3. Pengorbanan untuk mereka yang telah meninggal - melakukan perbuatan-perbuatan berjasa dan mempersembahkan kepada mereka yang telah meninggal.
4. Pengorbanan untuk raja - memenuhi kewajiban pada raja (pemerintah) misalnya, membayar pajak-pajak dan memenuhi tugas-tugas lain.
5. Pengorbanan dewa - melakukan perbuatan-perbuatan berjasa dan mempersembahkannya kepada para dewa.
5. Memberikan bantuan kepada para Samana yang kelakuannya benar dan sesuai dengan fungsi mereka sebagai Samana.
A. III. 45.
2. Lima sila - peraturan kemoralan:
- Panatippata-veramani: menahan diri dari membunuh makhluk-makhluk hidup.
- Adinnadana-veramani: menahan diri dari mengambil barang-barang yang tidak diberikan pemiliknya.
- Kamesu micchicara veramani: menahan diri dari kelakuan seks yang salah.
- Musavada veramani: menahan diri dari ucapan yang tidak benar.
- Surameraya majapamadatthanna veramani: menahan diri dari minum-minuman yang memabukkan, dengan kata lain, minum-minuman yang diragikan yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Umat awam seharusnya mempertahankan lima sila ini.
A. III. 203.
3. Lima macam Micchavanijja - perdagangan yang keliru:
- Memperdagangkan barang-barang yang dipergunakan untuk membunuh makhluk-makhluk hidup, atau dengan kata lain senjata-senjata.
- Memperdagangkan manusia (perdagangan budak).
- Memperdagangkan binatang-binatang yang akan disembelih untuk makanan.
- Memperdagangkan minum-minuman keras yang memabukkan.
- Memperdagangkan racun.
Lima macam perdagangan ini terlarang bagi umat Buddha (Upasaka - Upasika).
A. III. 208.
4. Lima macam "kekayaan" dari para Upasaka:
- Ia dikaruniai dengan keyakinan.
- Ia memiliki kemurnian sila.
- Ia tidak memperdulikan firasat-firasat dan "alamat-alamat". Dengan kata lain, ia percaya dengan kamma, tidak pada firasat-firasat.
- Ia tidak mencari mereka "yang pantas untuk diberi" (dakkhineyyam) di luar Ajaran Sang Buddha.
- Ia memberi kepada mereka yang patut diberi sesuai dengan Ajaran Sang Buddha.
Para Upasaka seharusnya berusaha untuk memiliki lima macam "kekayaan" ini, dan berusaha untuk menghindari lima macam "keruntuhan" yang merupakan lawan dari lima hal di atas
A.III. 206.
CHAKKA - KELOMPOK ENAM
1. Enam jurusan:
- Puratthimadisa : jurusan ke depan (sebelah timur); melambangkan ibu dan ayah.
- Dakkhinadisa : jurusan ke kanan (sebelah Selatan); melambangkan Acariya (Guru).
- Pacchimadisa : jurusan ke belakang (sebelah Barat); melambangkan anak dan istri.
- Uttaradisa : jurusan ke kiri (sebelah Utara); rnelambangkan kawan-kawan.
- Hetthimadisa : ke bawah; melambangkan para pelayan.
- Uparimadisa : ke atas, melambangkan para Samana.
D. III. 188.
1. Puratthimadisa - jurusan ke depan, rnelambangkan ibu dan ayah; di mana seorang anak harus berbakti di dalam lima cara:
1. Mereka telah merawat dan mendidiknya, maka ia harus membalas budi ini dengan merawat mereka.
2. Ia harus membantu menyelesaikan urusan-urusan mereka.
3. Ia harus menjaga nama baik keluarga.
4. Ia harus berkelakuan di dalam cara yang sesuai, yang menjadikannya patut untuk menerima warisan kekayaan.
5. Apabila orang tuanya telah meninggal, ia harus membuat jasa dan mempersembahkannya kepada mereka.
Ibu dan ayah harus membantu anak mereka di dalam lima cara:
- Dengan tidak membiarkan anaknya berbuat jahat.
- Dengan menganjurkan anaknya untuk berbuat baik
- Dengan mengusahakan agar anak terlatih di dalam ilmu pengetahuan dan seni.
- Dengan mencarikan seorang istri yang sesuai baginya.
- Dengan mewariskan kekayaan pada saat yang tepat.
2. Dakkhinadisa - jurusan ke kanan, melambangkan Acariya (guru) yang harus dihormati oleh muridnya di dalam lima cara:
1. Dengan berdiri untuk menerimanya apabila ia datang (sebagai tanda hormat).
2. Dengan mengunjungi kamarnya dan melayaninya.
3. Dengan memberikan perhatian pada apa yang ia katakan.
4. Dengan berlaku sebagai seorang pembantu padanya.
5. Dengan mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan dan seni darinya dengan suatu sikap hormat.
Guru harus membantu muridnya di dalam lima cara:
- Dengan memimpinnya baik-baik.
- Dengan mendorongnya untuk belajar dengan baik.
- Dengan mengajarkan semua mata pelajaran tanpa merahasiakan sesuatu kepadanya.
- Dengan memujinya di antara teman-temannya.
- Ia memberikan perlindungan ke dalam semua jurusan (dengan kata lain, kemanapun ia pergi, ia tidak akan mengalami kecelakaan).
3. Pacchimadisa - jurusan ke belakang; melambangkan istri yang harus dijaga oleh suaminya di dalam lima cara:
1. Dengan memuji dan mempertahankan hubungan yang erat sebagai suami istri.
2. Dengan tidak merendahkan atau menghina istrinya.
3. Dengan bersikap selalu setia kepadanya.
4. Dengan membiarkannya mengurus keluarga dan rumah tangga.
5. Dengan memberikan pakaian dan perhiasan-perhiasan.
Istri harus membantu suaminya di dalam lima cara :
- Mengatur semua urusan mereka dengan baik.
- Membantu sanak keluarga dan kawan-kawan suami.
- Bersikap selalu setia kepada suaminya.
- Menjaga barang-barang berharga dan kekayaan yang telah dikumpulkan oleh suarninya.
- Selalu rajin dan tidak malas di dalam semua tugas-tugasnya.
4. Uttaradisa - jurusan ke kiri; melambangkan teman-teman baik yang harus dibantu dengan lima cara :
1. Memberikan atau membagikan barang-barang dengan mereka.
2. Berbicara dengan cara yang menyenangkan kepada mereka.
3. Mengerjakan hal-hal yang berguna bagi mereka.
4. Bersikap rendah hati dan tidak sombong.
5. Dengan berbicara tanpa rasa curiga dan jujur.
Seorang teman yang baik akan membantu kita dalam lima cara :
- Memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati.
- Menjaga barang-barang dan harta benda apabila kita lengah.
- Memberikan perlindungan apabila kita berada di dalam bahaya.
- Tidak meninggalkan apabila kita sedang mengalami bahaya.
- Membantu sanak keluarga kita.
5. Hetthimadisa - ke bawah: melambangkan pelayan-pelayan, yang harus diperhatikan oleh majikannya dengan lima cara:
1. Memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya.
2. Memberikan makanan dan hadiah sebagai balas jasa.
3. Memberikan perawatan apabila mereka sakit.
4. Menikmati bersama-sama dengan mereka dalam hal-hal yang menyenangkan.
5. Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi mereka.
Seorang pelayan harus memperlakukan majikannya dengan lima cara:
1. Bangun dan bekerja lebih dahulu daripada majikannya.
- Beristirahat setelah tuannya.
- Hanya mengambil barang-barang yang diberikannya.
- Selalu mencoba untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik
- Memuji sifat-sifat mulia majikannya ke manapun mereka pergi.
6. Uparimadisa - ke atas; melambangkan para Samana; yang harus dibantu oleh para siswanya di dalam lima cara:
1. Dengan perbuatan-perbuatan badan jasmani - dengan kata lain, apapun juga yang dikerjakan harus dikerjakan dengan perasaan Metta.
2. Dengan perbuatan-perbuatan dan ucapan, dengan kata lain, apapun yang dikatakan, harus dikatakan dengan perasaan Metta.
3. Dengan perbuatan-perbuatan pikiran, dengan kata lain, apapun yang dipikirkan, harus disertai dengan perasaan Metta.
4. Tidak "menutup pintu", dengan kata lain, tidak pernah melarang mereka memasuki rumah sang siswa.
5. Dengan memberikan amisa dana (barang-barang kebutuhan hidup).
Para Samana harus membantu murid-muridnya di dalam enam cara:
- Dengan melarang, tidak membiarkan mereka berbuat jahat.
- Dengan menganjurkan mereka untuk selalu berbuat baik.
- Membantu mereka dengan pikiran penuh kasih sayang.
- Mengajar mereka tentang hal-hal yang belum mereka dengar sebelumnya.
- Menjelaskan hal-hal yang telah mereka dengar sebelumnya, tetapi belum jelas bagi mereka.
- Mengajar mereka jalan untuk mencapai alam-alam kebahagiaan.
D. III. 118.
2. Enam Apayamukha - sebab-sebab keruntuhan:
- Minum-minuman keras yang memabukkan.
- Berkeliaran tanpa tujuan di malam hari.
- Berkeliaran melihat pertunjukan-pertunjukan.
- Berjudi.
- Bergaul dengan teman-teman jahat.
- Malas melakukan pekerjaan.
D. III. 182.
- Minum-minuman keras yang memabukkan adalah buruk di dalam enam cara :
1. Memboroskan kekayaan.
2. Menimbulkan pertengkaran dan pertikaian.
3. Menimbulkan bermacam-macam penyakit.
4. Menimbulkan celaan dan kritikan-kritikan.
5. Seorang yang mabuk akan kehilangan rasa malunya.
6. Melemahkan sifat kebijaksanaan.
- Berkeliaran tanpa tujuan di malam hari adalah buruk di dalam enam cara :
1. Itu berarti bahwa ia tidak memperhatikan dirinya.
2. Itu berarti bahwa ia tidak memperhatikan anak istrinya.
3. Itu berarti bahwa ia tidak menjaga harta benda dan barang-barangnya.
4. Ia menimbulkan rasa curiga dan keragu-raguan bagi setiap orang.
5. Ia akan menjadi korban tuduhan-tuduhan palsu.
6. Ia akan mengalami banyak kesulitan.
- Berkeliaran melihat pertunjukan-pertunjukan, adalah buruk di dalam enam cara:
1. Di manapun terdapat pertunjukan tari-tarian, ia pergi ke sana.
2. Di manapun terdapat pertunjukan rombongan nyanyi ia pergi kesana.
3. Di manapun terdapat pertunjukkan musik, ia pergi ke sana.
4. Di manapun terdapat pertunjukan penyanyi tunggal, ia pergi kesana.
5. Di manapun terdapat pertunjukan nyanyian dengan tepuk tangan, ia pergi ke sana.
6. Di manapun terdapat permainan tambur, ia pergi ke sana.
- Berjudi adalah buruk di dalam enam cara:
1. Apabila ia menang, ia akan mengundang rasa permusuhan dan dendam.
2. Apabila ia kalah, ia pasti akan merasa menyesal atas kekalahannya.
3. Harta kekayaan dan uang belanjanya menjadi lenyap.
4. Tak seorangpun akan mempercayai kata-katanya.
5. Ia mengundang celaan dan kritikan-kritikan dari kawan-kawannya.
6. Tak seorangpun ingin menikah dengannya.
- Bergaul dengan teman-teman jahat adalah buruk di dalam enam cara:
1. Mereka mendorongnya untuk menjadi seorang penjudi.
2. Mereka mendorongnya untuk menjadi seorang yang tidak bermoral.
3. Mereka mendorongnya untuk menjadi seorang pemabuk.
4. Mereka mendorongnya untuk menjadi seorang penipu.
5. Mereka mendorongnya untuk menjadi seorang perampok.
6. Mereka mendorongnya untuk menjadi seorang pelanggar hukum.
6. Malas melakukan pekerjaan adalah buruk di dalam enam cara, di mana ia pasti mengatakan bahwa:
1. Hari amat dingin, maka ia tidak bekerja.
2. Hari amat panas, maka ia tidak mau bekerja.
3. Hari sudah amat terlambat, maka ia tidak mau bekerja.
4. Hari masih terlalu pagi, maka ia tidak mau bekerja.
5. Ia amat lapar, maka ia tidak mau bekerja.
6. Ia amat haus, maka ia tidak mau bekerja.
D. III. 182.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar