Minggu, April 22, 2012

Prinsip Dasar Dalam Pembacaan Paritta


PRINSIP DASAR DALAM PEMBACAAN PARITTA


Paritta berarti kata-kata Buddha atau dikenal juga dengan sebutan sutta, yang berfungsi sebagai pelindung, menghalau segala mara bahaya dari segala penjuru; menenangkan dan mengakhiri segala bahaya dan melenyapkannya; mencegah terjadinya bahaya yang akan muncul.

Manggala Sutta, Ratana Sutta, dll, adalah khotbah yang diajarkan oleh Buddha, dan cukup kuat untuk melindungi sipembaca dan si pendengar dari bahaya yang akan terjadi, juga dapat menolak dan membuyarkan bahaya yang sedang terjadi. Sutta-sutta ini memiliki sifat membawa kesejahteraan dan kemakmuran; oleh karena itu sutta-sutta ini diberi nama khusus: Paritta.

Untuk dapat memberikan manfaat, sipembaca harus memiliki 4 kecakapan dan sipendengar juga harus memiliki 4 kecakapan, sbb:

A.   4 Kecakapan si pembaca.

1. Sipembaca harus memiliki kemampuan membaca kalimat-kalimat dan kata-kata dalam bahasa Pali dengan ucapan, artikulasi, dan aksen yangg tepat.

2.  Ia harus memahami benar kalimat-kalimat Pali yang ia ucapkan.

3.  Sipembaca harus membacakan paritta tanpa mengharapkan imbalan atau hadiah.

4.  Paritta harus dibacakan dengan hati yang penuh cinta kasih dan welas asih.

Jika kondisi ini tidak terpenuhi oleh sipembaca, tidak ada manfaat yang akan diperoleh dari pembacaan paritta.

Kegagalan dan keberhasilan seseorang dalam  ‘membaca paritta’.

Kegagalan disebabkan oleh 2 hal :

1. Payoga vippatti, ketidakmampuan dalam mengucapkan kata-kata dan kalimat secara tepat dan ketidakmampuan dalam memahami maknanya, karena kurangnya usaha dalam belajar.

2. Ajjhasaya vippatti, pembacaan paritta dengan keinginan untuk mendapat imbalan berupa benda/kemahsyuran.

Keberhasilan disebabkan oleh 2 hal :

1. Payoga sampatti, kemampuan dalam membacakan paritta karena usaha yang rajin dalam mempelajari cara yang benar dalam mengucapkan, denganpemahaman yang penuh atas maknanya.

2. Ajjhasa sampatti, kecakapan dalam membaca paritta melalui cinta kasih dan welas asih dengan tekad agar mencapai kebebasan dan tanpa mengharap imbalan.

B.   4 Kecakapan si pendengar.

1. Sipendengar harus terbebas dari kesalahan atas 5 pelanggaran besar, yang akibatnya akan segera berbuah (a. membunuh ayah  b. membunuh ibu  c. membunuh seorg Arahanta  d.melukai seorang Buddha   e. Memecah belah kesatuan para siswa Buddha/Sanggha.)

2.  Sipendengar harus bebas dari pandangan salah (niyata-miccchaditthi)

3. Sipendengar harus memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan mengenai kemanjuran dan manfaat dari paritta.

4. Sipendengar harus mendengarkan pembacaan paritta dengan penuh tekun, penuh perhatian, dan penuh hormat.

Kegagalan dan keberhasilan dalam ‘mendengarkan’ pembacaan paritta.

Kegagalan disebabkan oleh 2 penyebab:

1. Payoga vippatti, ketidakmampuan dalam mendengarkan pembacaan paritta dengan penuh hormat, merangkapkan kedua tangan; dengan perhatian terpusat pada paritta tanpa terganggu, yang disebabkan oleh kurangnya usaha.

2. Ajjhasaya vippatti, mendengarkan pembacaan paritta dengan setengah hati, tanpa keyakinan akan kemanjuran dan manfaat dari paritta; mendengarkan paritta hanya untuk menyenangkan orang yang mengundang pada suatu upacara pembacaan paritta.

Keberhasilan disebabkan oleh 2 penyebab:

1. Payoga sampatti, berusaha mendengarkan pembacaan paritta dengan merangkapkan kedua tangan dan dengan penuh hormat dengan perhatian terpusat pada paritta tanpa terganggu.

2. Ajjhasaya sampatti, mendengarkan pembacaan paritta dengan sepenuh hati, dengan keyakinan penuh akan kemanjuran dan manfaat dari paritta; mendengarkan paritta tidak sekedar menyenangkan orang lain, namun dengan sepenuh hati berkeinginan melakukan kebajikan.

Seperti halnya sipembaca, sipendengarpun harus menghindari 2 faktor kegagalan dan harus berusaha melaksanakan 2 faktor keberhasilan.

Jelaslah sudah, membaca paritta tidak bisa secara sembarangan, harus memenuhi faktor-faktor tsb di atas.


Sumber :The Great Chronicle of Buddha's


Tidak ada komentar:

Posting Komentar