Kamis, Maret 22, 2012

Manfaat Memiliki Buddha Rupang di Rumah


MANFAAT MEMILIKI BUDDHA RUPANG DI RUMAH

Oleh: Bhikkhu Gunasilo

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Puja ca pujaniyanam, etammangalamuttaman’ti

Menghormat yang patut dihormat. Itulah berkah utama
(Mahamangala Sutta, Sutta Nipata, Khuddaka Nikaya)

Sebagai umat Buddha, tentu kita tahu tentang simbol Buddharupang, yaitu untuk menghormati nilai-nilai luhur dari Sang Buddha, karena Sang Buddha telah menyebarkan ajaran kebenaran demi keselamatan umat manusia agar terbebas dari penderitaan. Sesungguhnya Buddharupang yang telah dibuat dari berbagai negara seperti Jepang, Thailand, Korea, Indonesia, dan sebagainya, memiliki nilai-nilai luhur yang sama, hanya masing-masing negara berbeda versinya dalam membuat Buddharupam.  

Alangkah baiknya kalau kita juga memiliki Buddharupang sendiri di rumah untuk kita hormati dan kita puja sekaligus sebagai sarana untuk melakukan puja bakti di rumah. Tetapi, sayangnya sebagian umat Buddha belum memiliki Buddharupang atau altar di rumah. Mereka beralasan karena sibuk, jarang berada di rumah, kesulitan mengurus dan sebagainya.

Bahkan ada juga yang memiliki pandangan salah, dengan mengatakan bahwa, memiliki Buddharupang atau altar terlebih dahulu dikwe-kwang atau diisi, diblessing, dengan tujuan agar tidak dimasuki oleh makhluk halus yang jahat. Kemudian dirawat dan sering dibacakan paritta-paritta suci dan bermeditasi setiap sore. Apabila hal ini tidak dilakukan maka Buddharupang ini akan marah dan nantinya seluruh keluarga akan celaka. Di samping itu merupakan perbuatan kamma buruk yang sangat besar.

Berdasarkan pandangan salah inilah para umat Buddha enggan untuk memiliki altar atau Buddharupang di rumah. Padahal dengan memiliki Buddharupang, kita bisa melakukan puja bakti setiap hari di rumah, sekaligus mendidik dan membiasakan anak-anak agar terlatih dalam membaca paritta-paritta suci. Dengan melakukan puja bakti secara rutin dan teratur, maka kita akan melatih beberapa hal yang sangat utama yang akan menjadikan landasan kita untuk selalu berdisiplin mengenal Dhamma, membina batin, mengingatkan kita akan pentingnya pelaksanaan sila, membina hubungan keluarga yang harmonis serta meningkatkan keyakinan kita kepada Sang Tiratana.

Dalam melakukan puja bakti di rumah yang terpenting adalah ketulusan hati. Segala macam persembahan bukan menjadi jaminan untuk memperoleh pahala yang besar. Persembahan ini adalah wujud bakti dan terima kasih kita atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan oleh Sang Buddha.

Untuk melakukan puja bakti di rumah, hal yang perlu dilakukan adalah:

1.  Pertama kita menyalakan sepasang lilin dilanjutkan dengan membakar hio sebanyak tiga batang sambil mengucapkan ’semoga semua makhluk selalu hidup berbahagia’.

2.  Membacakan Namakara Patha, dilanjutkan dengan membaca Pubbabhaganamakara, Saranagamanapatha, Pañcasila, Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, Saccakiriya Gatha, Karaniyametta Sutta (minimal sampai Karaniyametta Sutta) bisa juga ditambah dengan paritta yang lain.

3.  Setelah kita membacakan paritta-paritta suci, kita memulai meditasi minimal 15 menit, pada saat mengakhiri latihan meditasi, kita mengucapkan sabbe satta bhavantu sukhitatta; semoga semua makhluk hidup berbahagia.

4.   Puja bakti diakhiri dengan membaca Ettavata dan ditutup dengan Namakara Patha.

Demikianlah cara melakukan puja bakti di rumah. Bila kita dapat melakukan puja bakti setiap hari lebih baik, lalukanlah setiap pagi dan sore, bila tidak memungkinkan tidak menjadi masalah, dan semua ini dilakukan dengan penuh kebijaksanaan, bukan dengan pemaksaan dan keharusan. Memang dalam agama Buddha untuk melakukan puja bakti tidak harus ada Buddharupang pun tidak apa-apa, yang penting pikirannya dapat terkonsentrasi. Masalahnya kebanyakan umat awam belum dapat mencapai tahap melatih diri tanpa objek puja bakti. Maka itulah perlu kiranya kita memiliki Buddharupang di rumah sebagai sarana untuk melatih batin dan sebagai alat konsentrasi. Dengan demikian timbullah keyakinan yang kuat dalam batin kita.  

Sesungguhnya memiliki altar atau Buddharupang di rumah sangat baik sekali bagi kita, di samping untuk memperkuat keyakinan kepada Sang Tiratana, juga untuk mengingatkan kita akan keluhuran dari sifat-sifat Sang Buddha yang penuh cinta kasih kepada semua makhluk hidup. Dengan demikian kita dapat mencontoh dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula ketika kita sedang dalam berduka, banyak masalah, bingung, takut, maka kita selalu teringat akan ajaran Sang Buddha pada saat itu, sehingga muncullah kebijaksanaan, keyakinan serta ketegaran dalam menghadapi berbagai macam derita. Selain itu kita juga dapat lebih giat lagi dalam membaca paritta-paritta suci maupun bermeditasi, sehingga batin menjadi lebih tenang, tentram, dan damai. Dengan adanya altar atau Buddharupang ini, maka umat Buddha diingatkan untuk selalu mengikuti jejak langkah Sang Buddha, agar dapat mencapai pembebasan.

Peletakan altar boleh diletakkan di mana saja yang penting terhormat, tidak mengganggu orang lewat, jadi tidak ada keharusan untuk menghadap ke samping, atau ke belakang agar rumahnya bisa banyak hoki atau rejeki. Altar sebaiknya diletakkan di tempat terhormat seperti; ruang utama, ruang khusus, ruang tamu, dapat pula diletakkan di meja kecil yang ditempatkan di dinding. Apabila kita memiliki loteng atau lantai bertingkat dua, sebaiknya altar diletakkan di lantai dua. Bagian atas altar sebaiknya tidak merupakan tempat yang dilalui orang-orang lewat.

Beberapa hal yang perlu diletakkan di meja altar antara lain; Buddharupang, lilin, pelita, bunga, dupa/hio, air, dan persembahan lainnya seperti buah-buahan. Buah yang diletakkan di altar misalnya; jeruk, anggur, apel, pisang, jambu, kelengkeng, dan sebagainya. Jadi tidak harus buah yang khusus. Dengan memiliki altar atau Buddharupang di rumah, umat Buddha diharapkan dapat melakukan puja bakti setiap pagi dan sore bersama-sama keluarga di hadapan Sang Tiratana. Dengan demikian kita juga dapat mendidik dan mengajarkan anak-anak kita untuk selalu membiasakan puja bakti di rumah dengan membaca paritta dan bermeditasi, dengan demikian anak-anak akan memiliki keyakinan yang lebih kuat terhadap agamanya sendiri dan kepada Sang Tiratana yaitu Buddharatana, Dhammaratana, dan Sangharatana, sehingga batinnya tak mudah tergoyahkan.

Puja bakti ini juga merupakan salah satu penghormatan kepada Sang Tiratana dan ini merupakan sikap yang sangat terpuji yang menunjukkan sikap rendah hati. Penghormatan ini dapat dilakukan melalui tiga cara:

1.  Bersikap añjali;
2.   Ber-namakara sebanyak tiga kali; dan
3.   Padakkhina (mengelilingi vihara sebanyak tiga kali searah jarum jam).

Sang Buddha bersabda :
puja ca pujaniyanang, etammangalamuttamang
(menghormat yang patut dihormat itulah berkah utama).

Oleh karena itu, milikilah altar atau Buddharupang di rumah, jangan takut dan jangan ragu, karena dengan memiliki altar Buddharupang di rumah membuat kita lebih yakin kepada Sang Tiratana, sehingga dapat mengkondisikan batin kita menjadi lebih tenang, tentram, damai, dan bahagia. Selain itu, pada saat membaca paritta, berdoa, maupun bermeditasi, pikiran akan lebih membantu untuk berkonsentrasi. 


4 komentar:

  1. selamat siang pak Tanhadi... Namo Buddhaya.... saya ingin menanyakan apakah buddha rupang seperti Buddha Sakyamuni, Buddha Amitabha & Buddha Bhaysajaguru boleh kita letakkan sebagai buddha rupang dialtar pemujaan dirumah....? dan apabila dirumah saya juga ada rupang Bodhisatva dan dewa letak penempatan rupang" tsb baiknya spt apa susunannya dimeja altar...?

    BalasHapus
  2. Namo Buddhaya,

    Karena Rupang hanyalah sebagai sarana untuk menghormati nilai-nilai luhur dari Sang Buddha, maka boleh-boleh saja salah satu dari Rupang para Buddha tersebut di letakkan di altar rumah kita.

    Untuk meletakkan berbagai macam rupang didalam satu altar, seyogianya disusun sesuai dengan tingkatan pencapaian batin para orang suci tersebut, dan secara umum peletakannya disusun seperti anak tangga Paling atas adalah Buddha, dibawah Buddha adalah para Bodhisatva, dan dibawah Bodhisatva adalah para dewa.

    Perlu diketahui bahwa altar para orang suci (Buddha, Bodhisatva dan dewa) jangan dijadikan satu dengan altar para leluhur kita (kalau ada).

    Demikian yang dapat saya sampaikan,
    Semoga Anda beserta keluarga terberkahi kesehatan dan kesejahteraan.
    Semoga kita semua dapat mempertahankan kebahagiaan kita.
    Semoga semua makhluk berbahagia.

    Tanhadi

    BalasHapus
  3. Salam Pak Tanhadi,

    Apa yang harus dilakukan dengan persembahan seperti buah-buahan, air, atau bunga yang dapat kotor, layu, atau membusuk? Apakah dibiarkan di altar sampai kondisinya sudah kurang baik lalu diganti atau bagaimana?

    Terima kasih.

    BalasHapus
  4. Salam Pak ,
    Apa boleh kita meletakkan altar kecil-kecilan di kamar kita ? (bukan kamar suami istri )
    dan Adakah ukuran rupang tertentu yang tidak boleh , misal di rumah tdk boleg rupang besar ?

    BalasHapus