Disusun oleh : Tanhadi
Kesunyataan, berasal dari kata “Sunnata” (Pali) , “Sunyata” (Sansekerta), yang berarti Jalan Pikiran (konsepsi) yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata manusia, ia hanya dapat ditembus dengan intuisi/pandangan terang dan kata Sunya/Sunna ini memiliki makna pencirian segala sesuatu yang Kosong ( suwung) dari sebuah definisi yang tepat.
Kesunyataan berarti “ Kenyataan Mutlak yang tidak tergantung pada waktu dan tempat ”. Didalam Madhayanika Shastra XV disebutkan bahwa :
“ Tidak dapat disebut Kosong atau tidak kosong atau kedua-duanya atau bukan kedua-duanya (netral), tetapi untuk mencirikannya disebut saja Sunya/Sunna”.
Dalam Bahasa Indonesia Kenyataan Mutlak ini disebut KESUNYATAAN.
Contohnya:
Pada Tgl. 8 Desember 1941 Jepang menyerang Pearl Harbor di Samudera Pasifik. Ini bukan Kesunyataan, tapi Kenyataan; karena jika kita mengatakannya padda Tgl. 8 Januari 1941, adalah waktunya yang salah. Atau kita mengatakan di Samudera Atlantik, adalah tempatnya yang salah. Jadi kebenaran ini masih tergantung Waktu dan tempat yang benar.
Hukum alam, hukum gaya tarik bumi padda tingkat lapisan tertentu dari angkasa luar tidak berlaku lagi. Karena benda-benda disitu bebas dari gaya tarik bumi. Hukum ini juga bukan Kesunyataan.
Ada kata-kata “Sabbe sankhara anicca”, artinya: Semua bentuk yang terdiri dari gabungan/perpaduan unsur (terkondisi/berkondisi) adalah tidak kekal. Ini adalah sebuah Kesunyataan, karena berlaku kapan saja dan dimana saja.
Parinibbana adalah sebuah Kesunyataan, karena hanya dapat ditembus oleh Pandangan terang dan intuisi.
PENGERTIAN HUKUM KESUNYATAAN
Hukum Kesunyataan berarti hukum abadi yang berlaku dimana-mana, mengatasi waktu dan tempat serta keadaan. Ini berarti bahwa hukum Kesunyataan bersifat kekal dan abadi sepanjang masa yang berlaku disemua tempat, didalam semua keadaan/kondisi di setiap waktu.
Hukum Kesunyataan berbeda dengan hukum yang dibuat oleh manusia. Karena hukum yang dibuat oleh manusia sifatnya tidak kekal dan tidak dapat mengatasi waktu, tempat dan keadaan. Jadi berbeda sekali dengan hukum Kesunyataan yang dibuat oleh sesuatu yang kekal dan abadi yaitu Sanghyang Adi Buddha.
AGAMA BUDDHA DISEBUT AGAMA KESUNYATAAN
Dari uraian diatas, ternyata bahwa agama Buddha adalah sebuah agama Kesunyataan dan bukan agama Kepercayaan. Karena Sang Buddha Gotama mengundang kita untuk membuktikan Kebenaran Ajaran yang telah dibentangkan “ EHIPASSIKO”, yaitu “Datang dan buktikan”.
** Kesunyataan (Sanskerta: sunyata), yang merupakan salah satu kebenaran yang paling mendalam di dalam ajaran Buddha, sering disalahpahami. Sunya adalah istilah yang paling tepat, meskipun tidak pas diterjemahkan sebagai ‘kekosongan’. Kesunyataan merupakan kebenaran praktis yang sangat membantu kita dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh-Contoh Kesunyataan
Sebuah analogi untuk menjelaskan Kesunyataan adalah sebuah sungai. Sebuah sungai tidak sungguh-sungguh eksis karena sungai itu merupakan banyak arus air yang datang dan pergi, yang merupakan penyusunnya. Setiap arus ini tidak substansial, masing-masing tersusun dari kumpulan arus-arus yang lebih kecil lagi di dalamnya. Tidak ada sungai yang substansial atau “riil”—yang ada hanya aliran. Kita mengatakan bahwa sungai itu kosong dari sifat nyata yang pasti—inilah Kesunyataan. Segala sesuatu di alam semesta (fenomena fisik dan mental) menunjukkan karakteristik Kesunyataan.
Contoh lain adalah sebuah air terjun. Sebuah air terjun yang dilihat dari jauh tampak seperti ujud utuh helaian yang berkilau. Namun, ketika diamati lebih dekat, kita melihat dengan jelas bahwa “helaian” itu tak lain adalah sebuah arus air yang mengalir secara sinambung. Pada hakikatnya, tidak ada “air terjun” yang riil—yang ada hanyalah tetes air yang terjun.
DUA SISI KESUNYATAAN
Berikut adalah sebuah ungkapan yang berguna untuk mengingat konsep pokok Kesunyataan:
* Kesunyataan menerima Keberadaan dari Keberadaan;
* Kesunyataan menolak Inti Diri dalam Keberadaan.
Ini berarti bahwa Kesunyataan TIDAK menyangkal keberadaan segala sesuatu, tetapi menyangkal adanya suatu diri yang tetap dan tidak berubah di dalam atau di balik segala sesuatu.
Kembali memakai perumpamaan sebuah sungai, kita dapat mengatakan bahwa keberadaan sebuah sungai (yang tersusun dari banyak arus kecil) tergantung pada atau terkondisi oleh arus-arus kecil tersebut—ini menjelaskan aspek pertama dari ungkapan di atas. Karena sungai terus mengalir (terus mengalami perubahan), kita mengatakan bahwa sungai tidak eksis secara bebas lepas atau tidak terkondisi (karena ia tidak memiliki hakikat atau diri yang tidak mengalami perubahan)—ini menjelaskan aspek kedua dari ungkapan di atas.
KESUNYATAAN DAN JALAN TENGAH
Kedua aspek Kesunyataan di atas harus disadari secara bersama karena keduanya secara bersama-sama menunjukkan Jalan Tengah yang mengatasi segala ekstrem.
Menyadari aspek Kesunyataan pertama tanpa menyadari aspek yang kedua dapat menyebabkan kita menjadi serakah dan mementingkan diri sendiri, secara keliru percaya bahwa segala kenikmatan dan materi adalah “nyata” dan abadi.
Menyadari aspek kedua tanpa menyadari aspek yang pertama dapat membuat kita menjadi pesimistik, pasif, atau amoral, berpandangan salah bahwa tidak ada apa pun yang layak diperjuangkan karena segala sesuatu itu hampa dan tak berarti.
Karena itu, sangatlah penting untuk melihat kedua aspek ini secara bersama untuk difungsikan dengan Kebijaksanaan dalam suatu cara yang seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus belajar memandang segala sesuatu sebagaimana adanya sembari mengetahui sifat sejati keberadaan mereka. Seseorang yang menyadari Kesunyaan dapat hidup dengan positif dalam ketenteraman dan kebebasan, menghargai segala sesuatu tanpa kemelekatan.
KESUNYATAAN BUKAN BERARTI TIDAK ADA APA-APA
Kesunyataan TIDAK berarti kehampaan fisik atau mental—ini adalah kaidah keterbukaan total dan kemungkinan-kemungkinan tanpa batas. Kesunyataan, bagaikan langit luas nan cerah yang membiarkan awan-awan, burung-burung, pesawat-pesawat terbang, dan lain-lain datang dan pergi, membiarkan segala fenomena terjadi di dalamnya. Dengan demikian, Kesunyaan jauh melampaui segala sesuatu yang dapat dicerap oleh makhluk yang belum tercerahkan. Karena Kesunyataan, segala sesuatu—termasuk kita—dapat terus berubah ke arah yang lebih baik. Apa pun dapat berubah menjadi sesuatu yang lain jika ada perpaduan sebab dan kondisi yang tepat. Demikian pula, siapa saja dapat menjadi tercerahkan jika dia berkembang secara spiritual. Dengan demikian, Kesunyataan merupakan ajaran yang penuh harapan.
KESUNYATAAN MENTAL DAN MATERI
Kesunyataan berlaku untuk semua entitas(keberadaan) fisik/materi. Jauh lebih halus lagi, Kesunyaan juga berlaku untuk semua entitas mental (keadaan pikiran). Dalam pemeriksaan yang terperinci, semua entitas fisik hanyalah fluktuasi molekul, atom, elektron, netron, proton, partikel, partikel sub-atom, dan energi yang tiada hentinya. Semua hanyalah manifestasi energi yang tiada batasnya.
Dalam pemeriksaan yang terperinci, semua entitas mental hanyalah proses-proses yang berubah dengan hampir tidak kentara sepanjang waktu. Misalnya, kita tahu bahwa kita memiliki gagasan, tetapi bagaimana suatu gagasan mengalir dari satu gagasan ke gagasan yang lain adalah hal yang paling tidak kentara bagi pikiran yang tidak terlatih.
PESONA KESUNYATAAN
Segala sesuatu semata-mata adalah seperti apa yang tampak, di balik itu… tidak ada “apa-apa”.
Di depan kita ada segala sesuatu, tetapi di belakang segala sesuatu itu tidak ada sesuatu yang substansial (karena semuanya adalah perubahan abadi). Namun segala sesuatu yang ada di sini sesungguhnya ADA di sini! Dan “ketiadaan” di balik mereka sesungguhnya ADA di sini, sekaligus di tempat dan waktu yang sama!
SEGALA SESUATU ADALAH SAMA, SEKALIGUS BERBEDA.
Segala sesuatu adalah sama dalam pengertian bahwa semuanya sama-sama kosong. Bagaimanapun juga, segala sesuatu jelas berbeda karena mereka bermanifestasi dalam berbagai bentuk yang tak terhingga banyaknya. “Segala sesuatu” juga merujuk pada semua kepemilikan kita, keluarga, kesehatan, kekayaan, ketenaran, dan lain-lain.
Sebagaimana dalam perumpamaan sungai, sungai adalah di sini sekaligus tidak di sini pada tempat dan saat yang sama. Hal ini berlaku untuk segala sesuatu. Seluruh jagad raya yang kita ketahui adalah “nyata tapi tidak nyata” pada saat yang sama. Ini adalah “tipuan sulap” yang terhebat, yang mana orang yang belum tercerahkan tidak mampu melihatnya, sehingga terpikat padanya.
MANFAAT MENYADARI KESUNYATAAN
Kegelapan batin kita melihat ilusi sebagai sesuatu yang “begitu nyata”. Kita melihat perubahan yang terus-menerus sebagai sesuatu yang tidak berubah dan menjadi melekat pada hal-hal yang tidak substansial. Ketidak-mampuan melihat ketidak-nyataan diri menciptakan penderitaan yang terpusat di sekitar pandangan kita yang salah tentang diri. Tidak ada petunjuk tentang suatu diri yang kekal di dalam segala sesuatu, baik fisik maupun mental. Tidak ada “saya, kamu, milik saya, milik kamu…”. Jika diri disadari sebagai kosong dan tidak nyata, segala perbedaan yang bertentangan akan sirna, semuanya tampak sebagaimana adanya dalam realitas mereka yang telanjang tanpa label-label kosong, penghakiman, atau prasangka.
Kemampuan menerapkan Kesunyataan dalam kehidupan sehari-hari membawa kemudahan dan kebahagiaan yang tak terkira karena kita menjadi terbebaskan dari belenggu kemelekatan. Menyadari Kesunyataan adalah mencapai Kebijaksanaan tentang ketiadaan diri (melihat hakikat tiada inti diri dalam segala sesuatu). Berfungsinya ketiadaan inti diri adalah Welas Asih. Jadi, Kebijaksanaan sejati adalah Welas Asih dan Welas Asih sejati adalah Bijaksana—keduanya saling berkaitan. Kesempurnaan Kebijaksanaan dan Welas Asih membentuk puncak ganda pengembangan spiritual atau Pencerahan.
Jika kita membiasakan diri kita dengan Kesunyataan, secara berangsur-angsur kita membuka pikiran kita dan membebaskan diri kita dari belenggu ketidaktahuan yang memahami realita secara salah. Pada waktunya, kita akan mengenyahkan segala kegelapan batin, kemarahan, kemelekatan, keangkuhan, iri hati, dan sikap-sikap negatif lainnya dari pikiran kita. Dengan berbuat demikian, kita tidak lagi menciptakan tindakan-tindakan merusak yang termotivasi oleh semua ketidakbaikan itu. Selanjutnya kita akan terbebaskan dari semua masalah. Dengan kata lain, menyadari Kesunyaan mendatangkan Kebahagiaan Sejati.
Sebagai rangkuman, sebuah penerapan praktis Kesunyataan dalam kehidupan sehari-hari adalah:
Hargailah segala sesuatu ( pada saat ini )
karena semuanya adalah sementara;
Janganlah melekat pada segala sesuatu ( pada saat ini )
karena semuanya adalah sementara.
Sumber :
Sumber : Kebahagiaan dalam Dhamma- Majelis Buddhayana Indonesia
lagunya download dimana?
BalasHapussilahkan Anda memberikan alamat e-mailnya, nanti akan saya kirimkan MP3nya
BalasHapusTerimakasih Pak Tanhadi. Sungguh mencerahkan.
BalasHapusSalam,
Hans