Rabu, Mei 26, 2010

SUTTA PITAKA - DIGHA NIKAYA



A. SILAKANDHA-VAGGA

1). DN 1- BRAHMAJALA SUTTA : "Jala Brahma". Sang Buddha bersabda bahwa beliau mendapat penghormatan bukan semata-mata karena kesusilaan, melainkan karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau temukan dan nyatakan. Beliau memberikan sebuah daftar berisi enam puluh dua bentuk spekulasi mengenai dunia dan dari guru-guru lain.

2). DN 2 - SAMANNAPHALA SUTTA : "Pahala yang dimiliki oleh setiap pertapa". Kepada Ajatasattu yang berkunjung pada Sang Buddha, beliau menerangkan keuntungan menjadi seorang bhikkhu, dari tingkat terendah sampai tingkat Arahat.

3). DN 3 - AMBATTHA SUTTA : Percakapan antara Sang Buddha dengan Ambattha mengenai kasta, yang sebagian memuat cerita tentang raja Okkaka, leluhur Sang Buddha.


4). DN 4 - SONADANDA SUTTA  Percakapan dengan Brahmana Sonadanda mengenai sifat-sifat Brahmana sejati.

5). DN 5 - KUTADANTA SUTTA : Percakapan dengan Brahmana Kutadanta tentang ketidaksetujuan terhadap penyembelihan binatang untuk sajian.

6). DN 6 – MAHALI SUTTA : Percakapan dengan Mahali mengenai penglihatan gaib. Yang lebih tinggi daripada ini ialah latihan menuju kepada pengetahuan sempurna.

7). DN 7 - JALIYA SUTTA : Perbincangan apakah jiwa sama dengan badan jasmani, suatu persoalan yang tidak diterangkan dan dianggap tidak tepat bagi seorang yang mengikuti latihan sebagai bhikkhu.

8). DN 8 – MAHASIHANADA SUTTA : Percakapan dengan seorang pertapa telanjang Kassapa tentang tidak bermanfaatnya menyiksa diri.

9). DN 9 – POTTHAPADA SUTTA : Perbincangan dengan Potthapada mengenai jiwa; Sang Buddha menolak memberi jawaban karena persoalan ini tidak membawa kepada penerangan dan Nibbana.

10). DN 10 – SUBHA SUTTA : Pelajaran tentang cara melatih diri yang diberikan oleh Ananda kepada siswa Subha tidak lama setelah Sang Buddha mangkat.

11). DN 11- KEVADDHA SUTTA : Sang Buddha menolak permintaan seorang bhikkhu untuk mempertunjukkan kegaiban. Beliau hanya menyetujui kegaiban dari ajaran. Cerita tentang seorang bhikkhu yang mengunjungi para dewa untuk mencari jawaban atas suatu masalah dan dipersilahkan menghadap Sang Buddha.

12). DN 12 – LOHICCA SUTTA : Percakapan dengan Brahmana Lohicca mengenai kewajiban seorang guru untuk memberi bimbingan.

13). DN 13 – TEVIJJA SUTTA : Tentang ketidakbenaran pelajaran ketiga Veda untuk menjadi anggota kelompok dewa-dewa Brahma.

B. MAHA - VAGGA

14). DN 14 – MAHAPADANA SUTTA : Penjelasan Sang Buddha mengenai enam orang Buddha yang sebelumnya dan beliau sendiri, mengenai masa-masa mereka muncul, kasta, susunan keluarga, jangka kehidupan, pohon Bodhi, siswa-siswa utama, jumlah pertemuan, pengikut, ayah, ibu, dan kota dengan sebuah khotbah kedua mengenai Buddha Vipassi dari saat meninggalkan surga Tusita hingga saat permulaan memberi pelajaran.

15). DN 15 – MAHANIDANA SUTTA : Mengenai rantai sebab musabab yang bergantungan dan teori-teori tentang jiwa.

16). DN 16 - MAHA PARINIBBANA SUTTA : Cerita tentang hari-hari terakhir dan kemangkatan Sang Buddha, serta pembagian relik-relik.

17). DN 17 - MAHASUDASSANA SUTTA : Cerita tentang kehidupan lampau Sang Buddha sebagai Raja Sudassana, dituturkan oleh Sang Buddha menjelang akhir hayatnya.

18). DN 18 - JANAVASABHA SUTTA : Sambungan khotbah kepada rakyat Nadika, sebagaimana diberikan pada No. 16, di mana Sang Buddha mengulangi cerita yang beliau peroleh dari Yakkha Javanasabba.

19). DN 19 - MAHAGOVINDA SUTTA : Pañcasikha pemusik dari surga menghadap Sang Buddha dan menceritakan kunjungannya ke surga di mana ia bertemu dengan Brahma Sanamkumara yang mengisahkan cerita Mahagovinda. Pancasikha bertanya kepada Sang Buddha apakah beliau ingat akan cerita ini dan Sang Buddha berkata bahwa beliau sendirilah Mahagovinda itu.

20). DN 20 - MAHASAMAYA SUTTA : Khotbah mengenai Pertemuan Agung. Para dewa dari Sukavati mengunjungi Sang Buddha, yang menyebutkan mereka dalam sebuah syair berisi 151 baris.

21). DN 21 - SAKKAPANHA SUTTA : Dewa Sakka mengunjungi Sang Buddha, menanyakan sepuluh persoalan, dan mempelajari kesunyataan bahwa segala sesuatu yang timbul akan berakhir dengan kemusnahan.

22). DN 22 - MAHASATIPATTHANA SUTTA : Khotbah mengenai empat macam meditasi (mengenai badan jasmani, rangsangan indria, perasaan, pikiran) disertai penjelasan mengenai Empat Kesunyataan.

23). DN 23 - PAYASI SUTTA : Kumarakassapa menyadarkan Payasi dari pandangan keliru bahwa tiada kehidupan selanjutnya atau akibat dari perbuatan. Setelah Payasi mangkat, Bhikkhu Gavampati menemuinya di Surga dan melihat keadaannya.

C. PATIKA - VAGGA

24). DN 24 - PATIKA SUTTA : Cerita mengenai seorang siswa yang mengikuti guru lain, karena Sang Buddha tidak menunjukkan kegaiban maupun menerangkan asal mula benda-benda. Selama percakapan, Sang Buddha menerangkan kedua hal tersebut.

25). DN 25 - UDUMBARIKA-SIHANADA SUTTA : Perbincangan antara Sang Buddha dengan pertapa Nigrodha di Taman Ratu Udumbarika mengenai dua macam cara bertapa.

26). DN 26 - CAKKAVATI-SIHANADA SUTTA : Cerita tentang raja dunia dengan berbagai tingkat penyelewengan moral dan pemulihannya serta ramalan tentang Buddha Metteyya yang akan datang.

27). DN 27 - AGGANNA SUTTA : Perbincangan mengenai kasta dengan penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya yang sesungguhnya.

28). DN 28 - SAMPASADANIYA SUTTA : Percakapan antara Sang Buddha dengan Sariputta yang menyatakan keyakinannya kepada Sang Buddha dan menjelaskan ajaran Buddha. Sang Buddha berpesan untuk kerap kali mengulangi pelajaran ini kepada para siswa.

29). DN 29 - PASADIKA SUTTA : Berita kematian Nataputta (pemimpin Jaina) disampaikan kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha berkhotbah mengenai guru yang sempurna dan guru yang tidak sempurna serta tingkah laku para bhikkhu.

30). DN 30 - LAKKHANA SUTTA : Penjelasan mengenai tiga puluh dua tanda Orang Besar (raja alam semesta atau seorang Buddha), yang dijalin dengan syair berisi dua puluh bagian; tiap bagian dimulai dengan "Di sini dikatakan".

31). DN 31 - SIGALAKA SUTTA : Sang Buddha menemukan Sigala sedang memuja enam arah. Beliau menguraikan kewajiban seorang umat dengan menjelaskan bahwa pemujaan itu ialah menunaikan kewajiban terhadap enam kelompok orang (orang tua, dan lain-lain).

32). DN 32 - ATANATIYA SUTTA : Empat Maha Raja mengunjungi Sang Buddha dan memberikan sebuah mantera (dalam syair) untuk dipakai sebagai perlindungan terhadap roh jahat. Sang Buddha mengulanginya kepada para bhikkhu.

33). DN 33 - SANGITI SUTTA : Sang Buddha meresmikan sebuah balai pertemuan baru di Pava dan setelah lelah, beliau memerintahkan Sariputta untuk memberi penerangan-penerangan kepada para bhikkhu. Sariputta memberikan suatu daftar ajaran tunggal disusul dengan penjelasan kelompok dua dan seterusnya hingga menjadi kelompok sepuluh.

34). DN 34 - DASUTTARA SUTTA : Sariputta didampingi Sang Buddha memberikan khotbah "Tambahan hingga sepuluh" yang berisi sepuluh pelajaran tunggal, sepuluh pelajaran rangkap dua dan seterusnya hingga menjadi sepuluh rangkap sepuluh.


oooOOoo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar