Kamis, September 05, 2013

Ehipassiko

EHIPASSIKO

Kata Ehipassiko berasal dari kata Ehipassika yang terdiri dari 3 suku kata yaitu ehi, passa dan ika. Secara harafiah ”ehipassika” berarti datang dan lihat. Ehipassikadhamma merupakan sebuah undangan kepada siapa saja untuk datang, melihat serta membuktikan sendiri kebenaran yang ada dalam Dhamma. Istilah ehipassiko ini tercantum dalam Dhammanussati (Perenungan Terhadap Dhamma) yang berisi tentang sifat-sifat Dhamma.

Sang Buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajaranNya. Beliau mengajarkan untuk ”Datang dan buktikan” ajaranNya, bukan ”Datang dan percaya”. Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu ajaran yang penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran lainnya.

Salah satu sikap dari Sang Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam perbincangan antara Sang Buddha dengan suku Kalama berikut ini:

"Wahai, suku Kalama.

Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu,
atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi
atau sesuatu yang didesas-desuskan.

Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis dalam kitab-kitab suci,
juga apa yang dikatakan sesuai logika dan kesimpulan belaka,
juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu,
atau karena ingin menghormati seorang pertapa yang menjadi gurumu.

Tetapi, setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui;
Hal ini berguna, hal ini tidak tercela, hal ini dibenarkan oleh para bijaksana,
hal ini kalau terus dilakukan akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan,
maka, sudah selayaknya kamu menerima dan hidup sesuai dengan hal-hal tersebut.”

( Kalama Sutta, Anguttara Nikaya III. 65 )

Sikap awal untuk tidak percaya begitu saja dengan mempertanyakan apakah suatu ajaran itu adalah bermanfaat atau tidak, tercela atau tidak tecela; dipuji oleh para bijaksana atau tidak, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan atau tidak, adalah suatu sikap yang akan menepis kepercayaan yang membuta terhadap suatu ajaran. Dengan memiliki sikap ini maka nantinya seseorang diharapkan dapat memiliki keyakinan (saddha) yang berdasarkan pada kebenaran.

Ajaran Ehipassiko yang diajarkan oleh Sang Buddha juga harus diterapkan secara bijaksana. Meskipun ehipassiko berarti ”datang dan buktikan” bukanlah berarti selamanya seseorang menjadikan dirinya objek percobaan.

Sebagai contoh sederhana :

- Ketika seseorang ingin membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, bukan berarti orang tersebut harus terlebih dulu menggunakan narkoba tersebut. Sikap ini adalah sikap yang salah dalam menerapkan ajaran Ehipassiko.

Untuk membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, seseorang cukup melihat orang lain yang menjadi korban karena menggunakan narkoba. Melihat dan menyaksikan sendiri orang lain mengalami penderitaan karena penggunaan narkoba, itu pun suatu pengalaman, suatu pembuktian.

- Demikian pula dengan Racun, kita tidak perlu lagi untuk membuktikan sendiri bahwa siapapun yang meminum racun pasti fatal akibatnya, karena Racun dari sejak jaman dahulu kala, saat ini dan kelak dikemudian hari telah terbukti kebenarannya bahwa ia memiliki sifat yang destruktif (merusak) bagi siapa saja yang mengkonsumsinya.

- Jika ada orang yang meminta kita untuk membuktikan kebenaran adanya Kelahiran kembali (Rebirth), perlukah kita membuktikannya kepada orang tersebut ?, tentu saja tidak bukan ? karena kalau kita hendak membuktikannya..maka kita harus melanggar sila ke satu dari Pancasila Buddhist.

- Jika kita diminta untuk membuktikan tentang Neraka Avicci, berarti kita harus membunuh ayahanda atau ibunda kita dulu dong? sebab mencari Arahat untuk dibunuh kan sulit, atau memecah-belah Sangha juga bukan hal yang mudah…

Nah, setelah kita bunuh salah satu ortu kita , biar cepat / instant untuk membuktikan ada atau tidaknya neraka avicci, kita bunuh diri (supaya/berharap terlahir di sana untuk membuktikannya... ). Apa yang terjadi ?...percayalah bahwa orang yang meminta kepada kita untuk membuktikan adanya neraka Avicci itu masih berada di Bumi... dan kita akan jadi penghuni neraka avicci berkappa-kappa......, jadi untuk hal-hal yang seperti ini tidak perlu ada pembuktian seperti itu...,cukup diyakini dengan kebijaksanaan diri sendiri.

Jadi, pada hakekatnya Ehipassiko diajarkan memang bertujuan untuk “Menguji kebenaran suatu ajaran dengan cara mendengarkan, merenungkan, memahami dan membuktikan sendiri kebenarannya”, sehingga dengan cara yang demikian dapat menimbulkan kebijaksanaan dan keyakinan yang terbebas dari cengkeraman rasa takut, terbebas dari keragu-raguan, terbebas dari kekotoran dan kebodohan batin serta terbebas dari berpandangan keliru terhadap suatu ‘Ajaran Kebenaran’ sebagaimana adanya.


Semoga bermanfaat bagi kemajuan batin dan keyakinan kita.

Disusun kembali oleh : Tanhadi
dari berbagai sumber artikel Buddha Dhamma





Tidak ada komentar:

Posting Komentar