Minggu, September 01, 2013

Dhammapada XXII: 314- Kisah Seorang Wanita Berwatak Iri Hati

KISAH SEORANG WANITA BERWATAK IRI HATI
 Dhammapada XXII : 314


Seorang wanita dengan perasaan iri hati yang kuat tinggal bersama suaminya di Savatthi. Ia mengetahui bahwa suaminya berselingkuh dengan pelayan wanitanya. Pada suatu hari ia mengikat wanita pelayan tersebut dengan tali yang kuat, memotong telinga dan hidungnya, dan mengurungnya di suatu kamar. Setelah melakukan hal tersebut, ia meminta suaminya untuk menemaninya pergi ke Vihara Jetavana.

Tidak lama setelah mereka pergi, beberapa kerabat pelayan tersebut datang ke rumah mereka, menemukan pelayan tersebut terikat dan terkunci di suatu kamar. Mereka mendobrak kamar tersebut, melepaskannya dan membawanya ke vihara. Mereka tiba di vihara ketika Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma.

Wanita pelayan tersebut menceritakan kepada Sang Buddha apa yang telah dilakukan oleh majikan wanitanya, bagaimana ia telah dipukuli, dan bagaimana hidung dan telinganya dipotong. Ia berdiri di tengah kerumunan orang agar semua orang dapat melihat bagaimana ia telah diperlakukan dengan buruk.

Kemudian Sang Buddha berkata, Janganlah berbuat jahat dengan berpikir bahwa orang-orang tidak akan mengetahuinya. Suatu perbuatan buruk yang dilakukan secara rahasia, bila ditemukan, akan membawa penderitaan dan kesedihan; tetapi perbuatan baik dapat dilakukan secara rahasia, karena hal itu hanya akan membawa kebahagiaan dan bukan penderitaan".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 314 berikut:

Sebaiknya seseorang tidak melakukan perbuatan jahat,
karena di kemudian hari perbuatan itu akan menyiksa dirinya sendiri.
Lebih baik seseorang melakukan perbuatan baik,
karena setelah melakukannya ia tidak akan menyesal.

Pasangan suami istri itu mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah khotbah Dhamma berakhir.

]˜

Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta, 1997.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar