KISAH BHIKKHU YANG KERAS
KEPALA
Dhammapada XXII : 311- 312- 313
Suatu ketika ada seorang bhikkhu yang merasa sangat
menyesal karena telah memotong rumput tanpa sengaja. Ia mengakui hal tersebut
di hadapan bhikkhu lain. Bhikkhu yang mendapat pengakuan kesalahan tersebut
mempunyai sifat sembrono dan keras kepala, ia memandang remeh terhadap
kesalahan kecil.
Maka, ia menjawab kepada bhikkhu pertama,
"Memotong rumput adalah pelanggaran yang sangat kecil. Jika kamu
menyatakan dan mengakui kesalahan kepada bhikkhu lain, secara otomatis kamu
bebas dari kesalahan. Tak ada yang perlu dirisaukan".
Setelah mengatakan hal itu, ia sendiri mencabut
segenggam rumput dengan kedua tangannya untuk menunjukkan bahwa ia hanya
menganggap ringan terhadap pelanggaran yang tak berarti ini. Ketika Sang Buddha
diberi tahu tentang hal ini, Beliau menegur bhikkhu yang sembrono dan keras
kepala itu.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair
311, 312 dan 313 berikut ini:
Bagaikan rumput kusa,
bila dipegang secara salah akan melukai
tangan;
begitu juga kehidupan seorang pertapa,
apabila dijalankan secara salah akan
menyeret orang ke neraka.
(311)
Bila suatu pekerjaan dikerjakan dengan
seenaknya,
suatu tekad tidak dijalankan dengan
selayaknya,
kehidupan suci tidak dijalankan dengan
sepenuh hati;
maka semuanya ini tidak akan membuahkan
hasil yang besar.
(312)
Hendaklah orang mengerjakan sesuatu
dengan sepenuh hati.
Suatu kehidupan suci yang dijalankan
dengan seenaknya
akan membangkitkan debu nafsu yang lebih
besar.
(313)
Pada akhir khotbah Dhamma, bhikkhu yang sembrono dan
keras kepala itu menyadari pentingnya pengendalian diri dalam kehidupan seorang
bhikkhu, dan mematuhi secara ketat "Peraturan Pokok (Patimokkha) bagi para
bhikkhu. Beberapa waktu kemudian, melalui praktek meditasi "Pandangan
Terang", bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian arahat
]
Sumber:
Dhammapada Atthakatha —Kisah-kisah
Dhammapada, Bhikkhu Jotidhammo (editor),
Vidyasena Vihara Vidyaloka, Yogyakarta,
1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar