Jumat, September 13, 2013

Kehidupan Ayam Hutan yang Mulia

KEHIDUPAN AYAM HUTAN YANG MULIA

(Hidup Saling Menghormati dan Menghargai)
Di petik dan di edit seperlunya oleh : Upa. Amaro Tanhadi

Ketika Sang Buddha berada di Savatthi, Beliau memberikan wejangan Dhamma kepada para bhikkhu dengan sebuah cerita kelahiran “Kehidupan ayam hutan yang mulia”, demikianlah kisah yang dibabarkan oleh Sang Buddha :

Pada suatu waktu, o para bhikkhu, di suatu tempat di Himalaya ada sebuah pohon beringin yang amat besar, di bawah pohon itu hidup tiga sekawan. Mereka dalah ayam hutan, gajah dan kera. Mereka sering bersikap kasar dan saling mencela satu sama lain, dan mereka hidup tanpa memikirkan antara satu dengan yang lainnya. Mereka berpikir : “ Jika saja kita dapat menetapkan siapa yang tertua di antara kita, maka kita dapat menghormati, menghargai, memuji dan memuliakan serta mematuhi nasihatnya.”

Ayam hutan dan kera bertanya kepada gajah : “ Sejauh manakah engkau mengingat masa lalu ?”

 “ Ketika aku masih kanak-kanak, aku dapat berjalan melangkahi pohon beringin ini, sehingga ia ada di sela-sela kakiku dan ujungnya menyentuh perutku,” jawab gajah.

Kemudian ayam hutan dan gajah itu bertanya kepada kera : “ Sejauh manakah engkau mengingat masa lalu ?”

“ Ketika aku masih bayi, aku dapat duduk di atas tanah dan mengunyah pucuk pohon ini,” jawab kera.

Kemudian gajah dan kera bertanya kepada ayam hutan : “Sejauh manakah engkau mengingat masa lalu ?”

“ Di suatu tempat ada sebatang pohon beringin, aku memakan salah satu bijinya dan membuangnya lewat kotoran dan pohon beringin ini tumbuh dari biji itu. Jadi aku lebih tua dari kalian berdua.” jawab ayam hutan.

Kemudian gajah dan kera itu berkata kepada ayam hutan : “ Engkau lebih tua daripada kita berdua. Kami akan menghormati, menghargai, memuji dan memuliakan engkau serta mematuhi nasihatmu.”

Sejak saat itu, mereka saling menghormati dan menghargai serta saling memikirkan satu sama lain.


Setelah menceritakan kisah tersebut, Sang Buddha memberikan nasihatNya kepada para bhikkhu : “ Maka, o para bhikkhu, hewan-hewan tersebut dapat saling menghormati dan menghargai, serta hidup saling memikirkan antara satu dengan lainnya, cobalah tiru mereka. Jika kalian saling bersikap kasar dan menghina, serta hidup tanpa memikirkan satu sama lain dibawah Dhamma dan Vinaya yang sudah dinyatakan dengan sempurna seperti ini, maka sikap seperti itu sama halnya dengan kalian tidak memberikan kepercayaan bagi mereka yang sudah percaya; dan sebaliknya, hal itu mengakibatkan bagi mereka yang tidak percaya untuk tetap tidak percaya, dan membahayakan bagi yang sudah percaya menjadi tidak percaya lagi terhadap Dhamma dan Vinaya ini.”

(Vinaya. Cv. Kh. 6)

Sumber buku bacaan :
-       Kehidupan Sang Buddha – Penerbit Yayasan Dhammacarini- Bandung Thn.1993.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar