Jumat, Maret 21, 2014

Kekuatan Metta yang Mempesona

Kekuatan Metta yang Mempesona
Oleh: Nârada Mahâthera

Pada suatu hari Sang Buddha dan para bhikkhu mengunjungi kota Kusinara. Kabar gembira tentang kedatangan Beliau tersebar luas di antara suku Malla, dan mereka mengeluarkan maklumat yang disetujui bersama bahwa barang siapa di antara mereka tidak pergi memberi selamat datang kepada Sang Buddha akan didenda 500 mata uang.

Roja, seorang bangsawan suku Malla yang pernah menjadi sahabat dari Bhikkhu Ananda, menyambut Sang Buddha, kemudian mendekati Bhikkhu Ananda, memberi salam dan duduk di sebelahnya.

"Sungguh baik engkau, O Roja. Dengan bersusah payah engkau datang memberi selamat datang kepada Sang Bhagava", kata Bhikkhu Ananda.

"Bukan demikian, Bhikkhu Ananda. Bukanlah karena hormat kepada Sang Buddha, Dhamma dan Sangha yang membuat aku datang menyambut Sang Bhagava. Kami sudah mewajibkan di antara kami bahwa, barang siapa yang tidak datang menyambut Sang Buddha akan didenda 500 mata uang. Karena takut didenda itulah aku datang kemari".

Bhikkhu Ananda tidak gembira mendengar ucapan yang tak terduga itu; menghadap Sang Buddha, dan mohon kepada Sang Tathagata untuk menjelaskan Dhamma Beliau kepada Roja dari suku Malla supaya dia mengerti akan Dhamma.

"Adalah tidak sukar Ananda, bagi Sang Tathagata untuk menerangkan Dhamma kepada Roja, dan menariknya ke dalam Sasana", jawab Sang Buddha.

Segera Beliau pancarkan pikiran-plkiran penuh metta kepada Roja dari suku Malla itu, lalu Beliau masuk ke kamar-Nya. Seluruh tubuh Roja dari suku Malla itu ditembusi oleh cahaya cinta kasih yang dipancarkan oleh Sang Buddha. Badan jasmaninya dipenuhi dengan pikiran-pikiran metta yang amat besar, sehingga ia tidak mampu menguasai dirinya lagi. Roja merasakan dirinya tertarik oleh kekuatan yang tak nampak dan sukar untuk ditolaknya. Bagalkan anak sapi yang lari membayangi ibunya. Roja tergesa-gesa berlarian dari satu kamar ke kamar yang lain dan bertanya, "Para Bhante, di manakah Sang Bhagava, Arahat, Samma Sambuddha kini berada? Aku ingin menemui Beliau".

"O Roja yang balk, di sanalah kamar Sang Buddha yang pintunya tertutup, berjalanlah pelan-pelan, jangan berisik, dan ketuklah pintunya. Sang Buddha akan membukakan pintu untukmu".

Roja dari suku Malla berbuat sesuai dengan yang ditunjukkan kepadanya. Sang Buddha membuka pintu, Roja masuk, memberi hormat dan duduk di sampingNya.

Dengan penuh kasih sayang Sang Tathagata membabarkan Dhamma kepadanya, setahap demi setahap. Pertama-tama Sang Bhagava mengajarkan tentang dana, sila, dan pengendalian pikiran, kemudian tentang hal-hal buruk dari kesenangan duniawi dan berkah-berkah dari pengorbanan dan pelepasan. Ketika Sang Buddha melihat bahwa batin Roja sudah cukup masak untuk mengerti Dhamma yang lebih dalam. Beliau mulai menerangkan Empat Kesunyataan Mulia.

Seketika itu Mata-Kebenaran (Dhamma-Cakkhu) timbul dalam dirinya, dan Roja menjadi salah seorang yang mencapai tingkat kesucian.

Metta atau cinta kasih mempunyai kekuatan gaib. Hati yang suci bersih, yang terkonsentrasi penuh akan memancarkan sinarnya, dapat merubah sifat liar dan buas menjadi jinak, merubah seorang pembunuh menjadi seorang rahib yang luhur.

Kekuatan gaib dari metta dapat menjangkau semua makhluk. Hanya ketekunan dan tekad yang diperlukan untuk mendapatkannya.

Praktekkan metta dan pergi tidur. Anda pasti akan tertidur lelap, dan keesokan harinya akan bangun dengan wajah berseri-seri.

Bangunlah tiap hari dengan bahagia dan pancarkan metta. Semua orang akan mencintaimu seperti engkau mencintai mereka. Tiada kekuatan jahat yang akan mengusikmu sebab engkau sudah dilindungi oleh kekuatan metta. Pikiran menjadi tenang dan engkau hidup dalam sorga ciptaanmu sendiri. Orang-orang yang bergaul denganmu akan merasakan kedamaian dan kegembiraan yang mempesona.

Berpikir dan hiduplah dalam metta, berbuatlah lebih banyak lagi dalam ucapan dan perbuatanmu setiap hari. Dengan demikian engkau tidak akan menutup diri dalam suatu ruangan yang sumpek. Diskriminasi dan segala perbedaan lambat laun akan lenyap. Sang 'Aku' menyerap kesemuanya dan tidak akan ada 'Aku' lagi. Pada akhirnya engkau akan menjadi satu dengan 'semua' (sabbatta). Inilah titik tertinggi dari metta —cinta kasih.***

Sumber:
Buku Peresmian Pembukaan Perpustakaan Narada; Yayasan Jakarta Dhammacakka Jaya; 21 Oktober 1989

-oOo-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar