Senin, Maret 17, 2014

Kekuatan Mukjizat

Kekuatan Mukjizat

Jika orang jahat dapat menjadi suci dan agamis,
inilah yang disebut mukjizat sejati.

Di semua agama kita mendengar tentang mukjizat yang dilakukan, baik oleh sang pendiri agama maupun oleh murid-muridnya. Dalam hal Sang Buddha, mukjizat terjadi dari hari kelahiran-Nya sampai wafat-Nya menuju Nibanna. Banyak kekuatan batin Buddha dicapai melalui latihan-Nya yang lama dan kuat dalam meditasi. Sang Buddha bermeditasi dan melalui semua tingkat tertinggi penyadaran yang mencapai puncaknya dalam kemurnian dan kebijaksanaan. Pencapaian melalui meditasi semacam itu dianggap tidak ajaib, tetapi berada dalam jangkauan kemampuan petapa yang terlatih.

Saat bermeditasi pada malam Pencerahan-Nya, dalam pikiran Sang Buddha timbullah suatu pandangan terang tentang kelahiran-Nya yang sebelumnya, banyak kehidupan dengan rincinya. Ia ingat kelahiran yang sebelum-Nya dan bagaimana ia telah menggunakan kelahiran ini untuk mencapai pencerahan-Nya. Kemudian Sang Buddha mengalami penglihatan kedua yang lebih lebar dimana Ia melihat seluruh alam semesta sebagai suatu sistem kamma dan kelahiran kembali. Ia melihat alam semesta terdiri dari makhluk-makhluk yang mulia dan jahat, bahagia dan tidak bahagia. Ia melihat mereka semua terus-menerus “berlalu sesuai dengan perbuatan baik dan buruknya”, meninggalkan suatu bentuk eksistensi dan mengambil bentuk lainnya. Akhirnya, Ia memahami sifat penderitaan, penghentian penderitaan dan jalan menuju penghentian penderitaan. Kemudian penglihatan ketiga muncul dalam diri Sang Buddha. Ia menyadari bahwa Ia sepenuhnya terbebas dari segala ikatan, baik manusiawi maupun ilahi. Ia menyadari bahwa Ia telah melakukan apa yang harus dilakukan. Ia menyadari bahwa tidak akan ada lagi kelahiran kembali bagi-Nya karena Ia telah memadamkan segala nafsu, Ia kini hidup dengan tubuh-Nya yang terakhir. Pengetahuan ini menghancurkan semua ketaktahuan, kegelapan, dan bangkitlah terang dalam diri-Nya. Demikianlah kekuatan batin dan kebijaksanaan yang muncul dalam diri Sang Buddha saat Ia duduk bermeditasi dibawah pohon Bodhi.

Sang Buddha memiliki kelahiran alamiah; Ia hidup secara normal. Tetapi Ia adalah orang yang luar biasa, ditinjau dari Pencerahan-Nya. Mereka yang belum belajar untuk menghargai kebijaksanaan tertinggi-Nya mencoba menjelaskan kebesaran-Nya dengan mengintip kedalam hidup-Nya dan mencari-cari mukjizat. Bagaimanapun, Pencerahan tertinggi Sang Buddha sudah lebih dari cukup bagi kita untuk memahami kebesaran-Nya. Tidak perlu untuk menunjukkan kebesaran-Nya dengan memamerkan kekuatan ajaib apapun. Mukjizat hampir tidak tak ada hubungannya dengan melihat sesuatu sebagaimana adanya.

Sang Buddha mengetahui kekuatan yang dapat dikembangkan melalui pelatihan pikiran manusia. Ia juga tahu bahwa murid-murid-Nya dapat memiliki kekuatan semacam itu melalui pengembangan batin. Jadi Sang Buddha menasihati mereka agar jangan melatih kekuatan batin semacam itu untuk mempengaruhi orang yang kurang pandai. Apa yang ia maksud adalah tentang mukjizat berjalan diatas air, mengusir roh jahat, membangkitkan orang mati dan melakukan praktik-praktik paranormal. Juga mengenai “ramalan gaib” seperti membaca pikiran, meramal nasib dan sebagainya. Ketika orang percaya, yang kurang berpendidikan melihat kinerja kekuatan semacam itu, kepercayaan mereka menjadi semakin dalam. Banyak orang tertarik pada suatu agama karena kekuatan-kekuatan semacam ini mempengaruhi iman, bukan karena mereka menyadari kebenaran, tetapi karena mereka terhalusinasi. Selain itu, sebagian orang mungkin menilai bahwa keajaiban ini disebabkan oleh kharisma atau muslihat tertentu. Untuk menarik orang agar mendengarkan Dhamma, Buddha melakukan pendekatan nalar.

Cerita berikut ini menggambarkan sikap Sang Buddha terhadap kekuatan ajaib. Suatu hari Sang Buddha bertemu dengan seorang petapa yang sedang duduk ditepi sungai. Petapa ini telah berlatih kesaktian selama 25 tahun. Sang Buddha bertanya apa yang telah ia hasilkan dari upayanya itu. Petapa itu dengan bangganya menjawab bahwa sekarang, akhirnya, ia sanggup menyeberangi sungai dengan berjalan diatas air. Sang Buddha menunjukkan bahwa pencapaian ini tidak sepadan dibanding perjuangan sekian tahun, karena siapapun bisa menyeberangi sungai cukup hanya dengan membayar sekeping uang!

Dalam agama tertentu, kinerja mukjizat seseorang dapat membantunya untuk diakui sebagai orang suci. Tetapi dalam Ajaran Buddha, mukjizat dapat menjadi suatu hambatan bagi seseorang untuk merealisasikan kesucian, yang merupakan pencapaian pribadi secara bertahap untuk membasmi cemaran dalam batin. Setiap orang harus bekerja untuk kesuciannya melalui permurnian diri dan tidak ada orang lain yang dapat membuat seseorang menjadi suci.

Sang Buddha berkata bahwa seseorang dapat memperoleh kekuatan ajaib tanpa mengembangkan kekuatan spiritual. Ia mengajarkan bahwa jika kita mula-mula memperoleh kekuatan spiritual, maka kita secara otomatis mendapatkan kekuatan ajaib juga. Tetapi jika kita mengembangkan kekuatan ajaib tanpa pengembangan spiritual, maka kita ada dalam bahaya. Kita bisa menyalahgunakan kekuatan ini untuk keuntungan duniawi (Pataligama-Udana). Banyak orang yang telah menyimpang dari jalan yang benar dengan menggunakan kekuatan ajaibnya tanpa memiliki pengembangan spiritual apapun. Banyak orang yang seharusnya telah menguasai kekuatan ajaib mengalah pada kesia-siaan perolehan duniawi. Lebih buruk lagi, orang dengan kekuatan gaib namun tanpa pengembangan spiritual dapat berpikir bahwa mereka memiliki kekuatan ilahi.

Banyak hal yang dianggap keajaiban yang diperbincangkan orang merupakan imajinasi dan halusinasi semata yang diciptakan oleh pikiran mereka sendiri karena kurangnya pemahaman akan segala sesuatu sebagaimana adanya. Semua keajaiban ini tetap merupakan keajaiban selama orang tidak mengetahui apakah kekuatan ini sebenarnya.

Sang Buddha juga dengan tegas melarang murid-murid-Nya menggunakan keajaiban untuk membuktikan kehebatan ajaran-Nya. Pada suatu peristiwa Ia berkata bahwa penggunaan keajaiban untuk membujuk orang lain masuk agama lain adalah seperti menggunakan gadis-gadis penari untuk menggoda orang agar melakukan sesuatu. Siapapun dengan latihan mental yang tepat dapat melakukan keajaiban karena hal ini hanyalah merupakan ekspresi superioritas mental atas materi.

Menurut Sang Buddha, penyadaran kebenaran adalah mukjizat yang sebenarnya. Ketika seorang pembunuh, pencuri, teroris, pemabuk atau pelacur disadarkan bahwa apa yang telah ia lakukan adalah salah dan meninggalkan jalan hidupnya yang buruk, amoral dan membahayakan, perubahan ini dapat dianggap sebagai suatu mukjizat. Perubahan menjadi lebih baik yang timcul dari pemahaman hukum Universal Dhamma merupakan mukjizat tertinggi yang dapat dilakukan oleh orang.


Sumber  : “Keyakinan Umat Buddha “- Dr. Kirinde Sri Dhammananda Nayaka Mahathera


-oOo-






1 komentar:

  1. Justru mujizat adalah karunia TUHAN kepada seseorang, yang mengemban tugas/amanat dari 'sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak' untuk menyampaikan kehendakNya kepada seseorang agar seseorang tersebut yakin bahwa hal yang disampaikan benar-benar berasal dari Sang Penciptnya.

    BalasHapus