Jumat, September 11, 2009

HUKUM KARMA ( Bag.II )

Disusun Oleh : Tanhadi

Bab. II
Jenis-jenis Karma


Dua Jenis Karma Berdasarkan Sifatnya:

1). Karma Buruk/Jahat atau disebut dengan Akusala Kamma.yaitu: 

Karma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh lobha (keserakahan), moha (kebodohan batin) dan dosa (kebencian),

Contoh: membunuh, mencuri, berbohong, mabuk-mabukan, dsb.

2). Karma Baik atau disebut dengan Kusala kamma, yaitu;

Karma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh adosa (ketidakbencian), alobha (ketidakserakahan), dan amoha (ketidak bodohan batin).

Contoh: berdana, menolong makhluk yang kesukaran, berkata jujur,  bermeditasi, dsb.

I. Empat Jenis Karma Berdasarkan Waktu

1. Ditthadhamma vedaniya Kamma ( Karma yang langsung berbuah) yaitu Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) dalam jangka waktu satu kehidupan. Karma ini terbagi 2 macam, yaitu :

a). Karma yang telah masak dan memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, atau disebut dengan Paripakka Dittha Dhamma vedaniya Kamma.

Contoh 1. : Seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana makanan kepada YA. Sariputta Maha Thera menjadi kaya-raya dalam waktu tujuh hari setelah berdana.

Contoh 2.  : Misalnya saja ketika kita mengambil helm milik orang lain, karena helm kita sendiri telah dicuri seseorang. Supaya tidak ketahuan, kita mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi walaupun lampu lalu lintas berwarna merah. Akhirnya kita ditangkap polisi. Terpaksa kita harus membayar tilang Rp 15.000,- (padahal harga sebuah helm hanya Rp 10.000,-). Ini adalah salah satu contoh sederhana karma yang langsung berbuah.

b). Karma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari atau disebut dengan Aparipakka Dittha Dhammavedaniya.

Contoh : Jika berbuat kebaikan atau kejahatan dalam usia muda, akan dipetik hasil dalam usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang ini juga.

2. Upajja vedaniya Kamma  yaitu Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya yaitu satu kehidupan setelah kehidupan sekarang.

Misalnya orang yang melakukan meditasi hingga mencapai jhana tertentu, maka setelah meninggal ia akan langsung terlahir di Alam Brahma.

3. Aparapariya vedaniya Kamma yaitu Karma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya secara berturut-turut.

Salah satu contoh adalah orang yang sering mendengarkan Dhamma, besar kemungkinan ia akan terlahir kembali di alam sorga dalam kehidupan-kehidupan yang berikutnya. Mengapa demikian? Dengan mendengarkan Dhamma, orang tersebut telah melakukan kamma baik karena ia telah melatih berdana perhatian. Selama mendengarkan Dhamma, ia juga telah memusatkan pikiran, ucapan serta perbuatannya ke arah kebajikan, apalagi jika ia dapat mengerti serta melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Kebajikan ini tentunya sangat selaras dengan salah satu isi kotbah Sang Buddha yang menyatakan bahwa mendengarkan Dhamma pada saat yang sesuai adalah Berkah Utama.

4. Ahosi Kamma yaitu Karma yang tidak sempat berbuah karena telah kehabisan waktu atau kehilangan kesempatan untuk berbuah.

Ahosi Kamma terbentuk ketika kekuatan suatu perbuatan (karma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan (karma) lain yang sangat besar. Selain itu Ahosi Kamma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk karma itu berbuah, sehingga karma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka).

Sering orang mengatakan bahwa tercapainya Nibbana (Bhs. Pali) atau Nirvana (Bhs. Sanskerta) adalah ketika karma baik dan karma buruknya telah habis. Padahal karma itu sangat sulit untuk dapat habis berbuah karena jumlahnya yang tidak terbatas. Namun, karma dapat dipotong. Kita dapat merasakan buah karma apabila kita masih mempunyai badan dan batin, artinya kita masih hidup setelah dilahirkan. Apabila kita tidak dilahirkan kembali, maka kesempatan untuk merasakan buah karma baik maupun buruk sudah tidak ada lagi. Dengan demikian, ada berbagai karma yang tidak sempat berbuah.

II. Empat Jenis Karma Berdasarkan Fungsinya

1. Janaka Kamma (Fungsi karma yang melahirkan) yaitu Karma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali suatu makhluk. Karma ini menimbulkan batin (Nama) dan jasmani (Rupa).

Contoh : - Seseorang terlahir dilingkungan keluarga yang bahagia, serba berkecukupan dan memperoleh pendidikan yang baik, dan kebalikannya seseorang terlahir dilingkungan keluarga yang amburadul, serba kekurangan/miskin dan tidak pernah mengenyam pendidikan yang layak.

2. Upatthambhaka Kamma (Fungsi karma yang mendukung) yaitu Karma ini mendukung fungsi karma yang melahirkan (Janaka Kamma), yaitu :

a). Membantu Janaka Karma yang belum waktunya untuk menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.

b)  Membantu Janaka Karma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara sempurna.

c). Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama.

Contoh  1. : Selain ia terlahir di keluarga yang miskin, dia juga terlahir dalam keadaan cacat. Inilah salah satu contoh karma yang mendukung.

Contoh 2. : - Umur seseorang yang semestinya ditetapkan oleh Janaka Kamma hanya hidup selama 60 tahun dibumi ini, tetapi didalam kehidupannya sehari-hari ia banyak melakukan perbuatan baik, suka menolong makhluk lain, berdana, melaksanakan sila dan selalu waspada dalam semua tindakan pikiran, ucapan dan perbuatan jasmaninya.... sehingga umur yang ditetapkan oleh Janaka Kamma selama 60 tahun tersebut bertambah 20 tahun lagi.

3. Upapilaka Kamma (Fungsi karma yang mengurangi) yaitu Karma yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari satu sebab. Fungsi karma yang mengurangi ini berhubungan dengan perbuatan kita yang baik maupun buruk yang dilakukan dalam kehidupan saat ini. Karma ini adalah menekan Janaka Kamma, yaitu :

a). Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.

b). Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.

c). Upapilaka Kamma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.

Contoh 1.: - Meskipun seseorang terlahir sebagai orang yang miskin serta cacat, orang tersebut mungkin saja mempunyai perilaku kemoralan yang baik.

Contoh 2.: - Budi seorang narapidana yang divonis 10 tahun hukuman penjara, namun dalam kesehariannya, ia sering menunjukan tabiat yang baik, rajin bekerja, maka Budi mendapatkan keringanan hukuman menjadi 7 tahun saja.

4. Upaghâtaka Kamma  yaitu karma yang memotong atau menghancurkan kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya karma baru.

1). Walaupun orang itu cacat tubuhnya, Karena perilaku kemoralannya baik, ucapannya serta tingkah lakunya juga baik, maka mungkin saja ada orang yang simpati kepadanya. Orang tersebut mungkin akan memberinya pekerjaan yang sesuai dengan keadaannya. Inilah salah satu contoh karma yang memotong, artinya bertentangan atau memotong buah karma yang sedang berlangsung atau buah karma yang sedang dialaminya.

2). Misalnya: Taufik adalah seorang pemain bulutangkis. Ia sering menjadi juara dalam beberapa pertandingan dan bulutangkis adalah karirnya. Suatu hari, saat Taufik mengendarai mobil, tiba-tiba ia menabrak truk yang ada didepannya. Akibatnya tangan kiri Taufik menjadi patah dan cacat seumur hidup sehingga karirnya menjadi hancur.

Karma sangat berhubungan dengan perbuatan seseorang saat ini. Segala sesuatu yang dilakukan pada saat ini akan menentukan buah karma di masa depan. Dengan demikian, karma bukanlah nasib yang tidak bisa diubah. Karma masih dapat diperbaiki dan diubah dengan melakukan berbagai karma atau perbuatan yang lain. Jadi, perbuatan saat inilah yang paling penting!

III. Empat Jenis Karma Berdasarkan Sifatnya

1. Garuka Kamma yaitu Karma Berat, yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil dalam waktu satu kehidupan atau kehidupan kedua, dan kekuatan karma lain tidak mampu mencegahnya. Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis yaitu:

a). Akusala Garuka Kamma  adalah Perbuatan Buruk/Jahat yang berat. Yang disebut Akusala Garuka Kamma (Perbuatan jahat yang berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma (Perbuatan pandangan salah yang pasti) dan Pancanantariya-Kamma (Lima perbuatan durhaka, yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai seorang Buddha dan memecah-belah Sangha). Apabila seseorang melakukan salah satu atau lebih dari kelima perbuatan buruk tersebut, maka setelah meninggal dunia, orang tersebut langsung terlahir di Alam Neraka Avici. (Alam yang menyedihkan, yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura). Akusala Garuka Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena dampaknya masih dapat di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129.

Contoh: Devadatta yang telah melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah Sangha, dilahirkan kembali di alam neraka avici. Dan Raja Ajatasattu yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara) tidak dapat meraih kesucian Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan besar dari Akusala Garuka Kamma.

b). Kusala Garuka Kamma  adalah Perbuatan Baik yang berat.  Yang disebut Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8, akibatnyapun lebih cepat daripada tingkatan batin yang lainnya. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma adalah tumimbal-lahir di alam Brahma.

Kamma jenis ini juga bisa terjadi untuk mereka yang telah melatih meditasi pengembangan kesadaran sehingga mencapai kebijaksanaan atau mencapai Nibbana. Dengan tercapainya Nibbana, maka ia sudah tidak akan terlahir kembali di alam manapun juga setelah ia meninggal di kehidupan ini.

Akusala Garuka Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Karma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma , bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Karma membantu).

2. Asanna Kamma (Karma yang berkesan yang muncul pada saat kematian) Pada saat seseorang akan meninggal dunia, maka pikirannya akan mengingat perbuatan kusala kamma (perbuatan baik) dan akusala kamma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukannya.

Apabila tidak ada perbuatan berat ( karma berat ) yang pernah dilakukan selama hidupnya, maka pikirannya akan mengingat salah satu perbuatan yang paling berkesan dalam hidupnya.

Karma inilah yang akan menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan datang jika tidak ada kekuatan karma lain yang lebih besar lagi yang menentukan.

Misalnya: Ia teringat kesan baik ketika ia mendengarkan Dhamma atau sering bertemu dengan para bhikkhu. Apabila ia meninggal pada saat mengingat kesan baik tersebut, ia akan terlahir di alam bahagia. Sebaliknya kalau ia teringat kesan perbuatan yang tidak baik, maka ia dapat saja terlahir di alam menderita. 

Contoh: Seorang algojo pada saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah memberi sedekah kepada Y.A. Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia terlahir di alam yang bahagia. Namun, meskipun terlahir di alam bahagia, ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa perbuatan buruk yang pernah ia lakukan.

Ini pula sebabnya seseorang yang akan meninggal dunia dilakukan upacara pembacaan paritta. Salah satu tujuan upacara ritual ini adalah untuk membantu orang yang akan meninggal tersebut mengingat berbagai kesan kebajikan yang telah dilakukannya selama hidup. Dengan demikian, ia akan mempunyai kondisi untuk terlahir di alam bahagia.

3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Karma Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan.

Kalau di dalam proses kematian itu tidak ada perbuatan yang berkesan atau tidak sempat berpikir, misalnya karena ia meninggal dalam keadaan koma atau kecelakaan fatal, maka hal yang menentukan kelahiran kembalinya adalah perbuatan yang menjadi kebiasaan dalam hidupnya.

Misalnya, orang yang mempunyai kebiasaan bermain musik, apabila pada saat meninggal dunia ia teringat dengan kebiasaannya itu, maka ia dapat saja terlahir kembali sebagai orang yang memiliki bakat bermain musik sejak kecil.

Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.

4. Kattata Kamma  adalah Karma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Karma ini yang paling lemah di antara semua karma. Karma ini merupakan perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang hampir tidak didorong oleh kehendak. Karma ini berproses apabila ketiga kamma diatas tidak pernah dilakukan.

Misalnya: Pada satu saat, seseorang pernah melihat dan menyingkirkan paku agar tidak ada orang lain yang terluka karenanya, apabila kamma sederhana yang membahagiakan ini timbul di saat kematian, ia dapat pula terlahir di alam bahagia.

Dari keterangan di atas, dapatlah dimengerti bahwa karma walaupun hanya SATU, namun, dari berbagai sudut pandang, karma dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu menurut waktu, fungsi dan sifatnya. Setiap kelompok terdiri dari empat bagian. Dengan demikian, secara keseluruhan, SATU karma yang dimiliki oleh seseorang dapat dimengerti sebagai 12 jenis karma yang saling berkaitan menjadi satu kesatuan.

( bersambung ke Bag. III.....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar